Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 3A - THE DAY AT THE MUSEUM

ARC I – THE SCARLET MOONLIGHT

"Wah, pemandangannya bagus sekali. Marisa, lihat lihat!"

"Ya, Alice, aku lihat kok." Reimu, Marisa, dan Alice sekarang dalam perjalanan menuju musium. Musium tersebut berada di pusat kota Gensokyo. Karena perjalanan yang agak jauh dari tempat tinggal mereka, mereka menuju ke sana naik bus.

"Apa kalian pernah pergi ke pusat kota sebelumnya?" Reimu bertanya kepada kedua temannya sambil melanjutkan membaca novel yang ia beli beberapa waktu yang lalu.

"Aku pernah, dan aku dulu tinggal di sana. Tapi, aku tidak begitu suka kota besar dan aku tidak punya teman. Aku minta izin pada ibuku untuk tinggal sendiri dan masuk Akademi Tohno." Alice menjawab pertanyaan Reimu sambil menceritakan sedikit masa lalunya.

"Sekarang kau tinggal sendiri Alice? Pantas saja rumahmu selalu sepi tiap hari. Aku belum pernah ke sana sih, tapi aku selalu ingin tahu tempat baru yang punya barang menarik."

"Ehehe, aku belum bilang ya? Ya begitulah, perjanjian dengan ibuku aku boleh tinggal sendiri apabila aku bisa masuk. Dan..aku tidak begitu ingin pulang ke rumah."

"Tapi, setidaknya temuilah ibumu Alice. Kalau kamu tinggal sendiri semenjak masuk ke akademi, berarti sudah 3 tahun kira-kira kamu tidak pulang." "Ya, seperti kata Reimu. Tapi kalau kau memintaku untuk bertemu ayahku maka jawabannya adalah ti...dak.". Marisa sependapat dengan Reimu tetapi langsung menghindari semua saran agar ia bertemu dengan ayahnya. Semenjak Marisa meninggalkan rumah, mereka tidak pernah bicara ataupun bertemu lagi padahal ayahnya juga masih tinggal di area sekitar sekolah mereka.

"Ya, akan kupikirkan. Terima kasih sarannya kalian berdua."

Setelah menempuh perjalanan selama 1 setengah jam, akhirnya mereka tiba di pusat kota Gensokyo, dimana pusat pemerintahan seluruh dataran berada di sini. Tidak hanya itu, semua transportasi menuju luar wilayah berasal dari sini dan akses ke setiap bagian Gensokyo dimulai dari sini.

"Oke dari sini kita tinggal berjalan menuju blok 21. Sekarang kita ada di blok 8. Alice, apakah kamu tahu jalan cepat ke sana?"

"Berhubung kita sudah di sini, aku tahu jalan cepat menuju ke sana. Sekalian kita lihat-lihat kota ini, bagaimana?"

"Oooh, tur kota gratis asik!" "Kurasa tidak masalah, aku juga ingin lihat-lihat."

"Baiklah kalau begitu, ayo kita pergi." Alice memandu Reimu dan Marisa menuju musium sambil menunjukkan tempat-tempat yang ada di pusat kota. Dan tidak jauh dari mereka, sebuah rombongan juga baru saja tiba. Mobil yang mereka naiki berhenti di samping trotoar dengan asap mengepul dari ban. Penumpangnya satu per satu turun. Dan salah satunya tidak menahan diri untuk mengatakan sesuatu.

"Kak Meiling, bisa nyetir yang bener nggak sih? Hampir saja kita nabrak tadi!" Sakuya memberikan pendapatnya soal kemampuan menyetir Hong Meiling, gadis penjaga gerbang yang mendadak menjadi supir.

"Ya bisa Saku, tetapi Nona bilang lebih cepat. Kalau mau cepat, ya aku harus nyetir kayak gitu."

"Memang aku bilang cepat Meiling, tapi jika kamu berani melakukan hal seperti tadi lagi, maka kamu dipecat!" Remilia langsung memarahi Meiling dan menunjukkan padanya siapa majikan di sini.

"Huaa, ampun Nona. Maaf, tidak akan terjadi lagi." Jawab Meiling sambil menundukkan kepala dalam-dalam dan sadar tindakannya tadi tidak hanya membahayakan nyawa mereka, tetapi pekerjaannya juga.

"Sudah, sudah. Yang penting sekarang kita sudah sampai di kota. Kakak, kira-kira kita mau ke mana?" Gadis berambut pirang dengan ikatan poni samping berbaju merah di belakang Remilia berusaha menenangkan suasana dan mengubah subjek.

"Ah, Flan. Pertanyaan bagus. Aku berencana untuk mengunjungi tempat-tempat menarik di pusat kota ini sambil makan siang. Tapi jika kau mau melihat yang lain, aku akan menemanimu."

"Eh tidak usah repot-repot kak. Flan hanya ikut agar bisa menghabiskan waktu bersama kakak. Kakak selalu sibuk dan lelah akhir-akhir ini, jadi Flan sedikit khawatir apabila ada yang ingin kakak lakukan."

Gadis bernama Flan ini nama lengkapnya Flandre Scarlet. Flandre dan Remilia merupakan saudara tiri, namun karena mereka sering bersama semenjak masa kanak-kanak hubungan mereka berdua terlihat harmonis.

"Kalau kau bilang begitu, baiklah. Sakuya, payung. Flan, jangan jauh-jauh dariku. Meiling, pulanglah dan tunggu beberapa jam lagi. Akan kuberi tahu apabila urusan kami sudah selesai. Oh ya, siapkan makanan untuk Patchy, sepertinya dia terlalu sibuk dengan bukunya."

"Ya Nona." "Um." "Siap Nona, kalau begitu saya pergi dulu. Selamat bersenang-senang." Ketiganya menjawab instruksi Remilia dan mulai melakukan perjalanan keliling kota.

Sesudah melewati beberapa jalan memutar dan melihat bangunan-bangunan bersejarah yang memang sudah ada sebelum kota ini berubah menjadi kota besar, Reimu dan kawan-kawan tiba di musium.

"Kota ini ternyata punya banyak bangunan-bangunan tua ya. Dan kebanyakan dari mereka sudah ada sekitar ratusan tahun. Menarik sekali."

"Lalu, sekarang kita tiba di musium dan lihat! Sedang ada expo 'Insiden Kabut Merah'. Ayo kita ke sana." Reimu dan kawan-kawan memasuki area expo tersebut. Karena hari itu hari libur, pengunjungnya pun lebih banyak dari biasanya. Di sana terdapat sejarah singkat insiden yang dijadika tema, siapa saja yang terlibat dan bagaimana akhirnya. Mereka juga terkejut menemukan sebuah foto, yang semestinya belum ada jika insiden ini terjadi sekitar 100-200 tahun yang lalu. Di dalam foto tersebut adalah pemandangan di mana seorang vampir dengan sayapnya yang terbuka lebar, membelakangi bulan dan langit yang berwarna merah pekat berhadap-hadapan dengan dua orang gadis, yang satu memakai pakaian miko yang bisa dibilang berbeda dan yang satu memakai pakaian seperti penyihir, lengkap dengan sapu dan topi. Mereka seolah-olah akan melakukan pertarungan penentuan.

"Foto ini diambilnya bagaimana ya? Zaman dulu memangnya sudah ada kamera ya?" Marisa bertanya-tanya.

"Entahlah, tapi jelas-jelas ini adalah foto, bukan lukisan atau semacamnya. Gensokyo zaman dulu sepertinya sudah cukup maju. Dan lihat banyak sekali foto-foto lainnya, seperti foto sebuah mansion beserta ruangan di dalamnya."

"Foto-foto yang ini diambil sesudah insiden selesai. Satu-satunya bukti pertarungan yang tersisa hanya tinggal foto vampir melawan miko dan penyihir. Aku jadi bingung, Gensokyo ini benar-benar ada di Jepang atau tidak? Yah, miko memang dari Jepang sih." Mereka bertiga menoleh ke belakang setelah mendengar seseorang tiba-tiba ikut berbicara.

"Maaf, anda siapa ya?" Tanya Marisa dengan wajah bingung.

"Oh, maaf maaf. Aku terbiasa langsung ikut berbicara jika ada orang membicarakan hal yang aku tahu. Namaku Ajuu. Ajuu Hieda. Kalian anak-anak dari luar kota ya?" Wanita tersebut memperkenalkan diri kepada mereka bertiga. Rambutnya berwarna ungu dengan ornamen bunga diletakkan di kepalanya dan dia mengenakan pakaian tradisional Jepang.

"Hieda? Apakah anda berhubungan dengan Hieda Kamishirasawa?" Tanya Reimu ketika ia mendengar Ajuu memperkenalkan diri.

"Oh, itu hanya nama inisial aku dengan temanku. Kamishirasawa adalah nama temanku, yang juga menjadi penyelenggara acara expo ini. Sudah lama aku tidak mendengar nama kombi itu, habisnya dia sibuk dengan pekerjaan barunya dan aku juga punya pekerjaan lain." Jawab Ajuu sambil tertawa kecil.

"Oh begitu. Memangnya pekerjaan nona Ajuu apa?" Tanya Alice penasaran.

"Aku merupakan penulis arsip sejarah Gensokyo. Semua arsip yang ada di musium ini aku yang menulis. Ini merupakan tradisi keluargaku selama bertahun-tahun. Oh ya, aku belum tahu nama kalian. Kalian tidak keberatan memberitahuku?"

"Kalau begitu mulai dari aku dulu. Namaku Reimu Hakurei" "Marisa Kirisame, salam kenal." "Alice Margatroid, senang berkenalan." Raut wajah Ajuu yang tadinya tersenyum berubah menjadi terkejut. Nama-nama yang ia dengar barusan sepertinya tidak asing.

"Kalian...nama kalian...benar-benar itu?" "Ada apa nona Ajuu? Ibuku memberiku nama itu dan aku yakin namaku memang Reimu Hakurei." "Yah, di akte kelahiranku namaku memang itu, jadi ya..memang itu namaku." "Aku memang jarang menggunakan nama belakangku, tapi namaku memang itu."

"Pantas saja aku bisa berada di sini sekarang. Tentu saja, bukankah Keine juga ada? Mereka dan yang lainnya tentu saja akan muncul di sini." Ajuu berbicara pada dirinya sendiri dan ketiga gadis tersebut kebingungan lagi kenapa Ajuu mulai bertingkah aneh.

"Maaf, nona Ajuu..?" "Eh, oh maaf aku jadi bicara sendiri. Aku ingin menunjukkan sesuatu pada kalian, tetapi tolong jangan sebarkan pada siapapun, oke?" Nada bicara Ajuu menjadi serius.

"Um, oke. Kalau begitu kami akan ikut denganmu. (Mungkin kita bisa mendapat informasi yang dapat menjawab pertanyaanku.)" "Psst, Reimu. Bukannya aku ragu dengan nona Ajuu, tapi aku tidak yakin mau ikut kalau tujuannya tidak jelas." "Aku sependapat dengan Marisa, kita baru saja bertemu kan?" Marisa dan Alice merasa ragu dengan Ajuu.

"Kalian tidak percaya padaku? Padahal aku menunjukkan sesuatu yang mungkin bisa memuaskan rasa penasaran kalian. Kalian penasaran dengan apa yang terjadi saat gempa besar kan?" Mereka bertiga terkejut karena Ajuu bisa tahu tujuan mereka datang ke musium.

"Ikut aku." Dan mereka bertiga berpandangan satu sama lain kemudian memutuskan ikut dengan Ajuu.

Ajuu membawa mereka ke bagian tokoh-tokoh Gensokyo. Di sana terdapat gambar para tokoh tersebut lengkap dengan deskripsi dan cerita mereka masing-masing. Mereka berhenti di satu bagian yang berisi deskripsi 2 tokoh. Reimu, Marisa, dan Alice terkejut melihat foto yang terpasang di sana. "Bukankah...bukankah itu kita, Marisa?" "Ha..haha.. apa ini? Apa maksudnya ini?" "Ah, ada foto yang mirip denganku juga." Alice menunjuk sebuah foto yang tidak jauh dari posisi mereka. Foto yang pertama menggambarkan seorang miko dengan gohei di tangannya dengan latar belakang kuil Hakurei, dengan judul 'Reimu Hakurei, The Flying Shrine Maiden'. Wajahnya mirip sekali dengan Reimu. Foto kedua menggambarkan penyihir dengan pakain hitam dan putih dan dia sedang menaiki sapu terbangnya. Penyihir itu mengedipkan matanya dan berpose ke arah kamera. Namanya 'Marisa Kirisame, The Ordinary Magician'. Foto yang ditunjuk oleh Alice menggambarkan seorang gadis yang di tangannya mengenakan cincin dengan benang-benang yang terhubung ke beberapa boneka yang membawa berbagai macam senjata. Namanya 'Alice Margatroid, The Seven Colored Puppeteer'.

"Seperti yang kalian lihat sekarang, nama dan penampilan kalian mirip sekali dengan 3 orang ini. Mereka bertiga adalah orang-orang yang dulu menyelesaikan insiden-insiden yang pernah terjadi di tanah ini. Setelah gempa besar, hampir semua yang ada di ruangan ini menghilang tanpa jejak. Nenekku, Akyuu dulu hidup di zaman yang sama dengan mereka dan cerita yang kalian baca di sini adalah yang ia tulis. Dan mereka semua memiliki kemampuan khusus masing-masing."

"Contohnya?" Tanya Reimu sambil memproses informasi sedikit demi sedikit.

"Aku adalah reinkarnasi dari nenekku Akyuu. Sesuai nama kami, aku berarti yang ke-10. Kami yang membawa nama-nama ini bertugas untuk menulis setiap arsip Gensokyo untuk diceritakan ke masa-masa mendatang. Kami membawa ingatan dari inkarnasi kami sebelumnya juga. Namun ingatanku soal mereka baru saja pulih saat mendengar nama kalian. Sepertinya ini takdir."

"Wow, hal itu sangat menarik tapi yang benar saja? Reinkarnasi? Ingatan yang diteruskan? Itu semua hanya hal-hal yang ada di cerita fiksi kan?"

"Pemikiran bagus darimu Marisa. Tetapi Gensokyo sendiri memang dijuluki negeri ilusi. Dan di sini, ilusi dapat menjadi kenyataan sesuai kehendak 'dia'." Ajuu menjawab pertanyaan Marisa dengan tenang.

"'Dia'? Siapa?"

"Orang yang bertanggung jawab memainkan aturan sesuka hatinya. Hanya seorang pemimpi dengan tujuan besar, begitu yang dikatakannya. Dia adalah alasan kenapa Gensokyo masih ada setelah gempa besar 100 tahun yang lalu, dan juga kenapa kalian muncul kembali sekarang."

"Heh? Apakah orang itu adalah dewa?" "Tidak Alice, dia bukan dewa. Walaupun bisa dibilang, kemampuannya sudah mirip dewa. Dia hanya manusia biasa." "Kalau sudah setara dewa, bukan manusia lagi dong." "Kukuku, cara menjawabmu persis seperti Marisa saat nenekku memberitahukan keberadaannya dulu."

"Lalu, apa yang dia inginkan sekarang? Maksudmu dia mampu memanipulasi alur reinkarnasi dan membuat kami terlahir kembali?"

"Aku sendiri tidak tahu, tapi aku sudah dapat melihat sedikit tujuannya melakukan ini. Dia ingin melihat kembali apa yang tadinya merupakan keseharian di Gensokyo."

"Dan itu adalah?"

"Insiden, danmaku, spell card. Kalian pasti sudah tahu itu kan?" Mereka bertiga mengangguk.

"Yang dia inginkan adalah membuat dunia kita sekarang menjadi arena pertarungan danmaku seperti ratusan tahun yang lalu. Tapi aku juga tidak yakin, karena aku sendiri belum menemukan adanya tanda-tanda permainan danmaku di sini."

"Itu merupakan sebuah permainan?"

"Begitulah, gadis kecil. Danmaku adalah cara mencari solusi yang diinginkan oleh si miko Hakurei. Dan itu tidak lebih dari sebuah permainan kecil yang menjadi atraksi, namun keadilan menjadi ada di antara setiap penghuninya jika terjadi konflik." Seseorang tiba-tiba mendatangi mereka sambil menjawab pertanyaan Marisa.

"Anda siapa?" Tanya Reimu.

"Akhirnya aku menemukanmu, miko Hakurei.Ufufufu." Orang tersebut tertawa kecil dan berjalan mendekati mereka.   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro