CHAPTER 2 - SEARCHING FOR AN ANSWER
ARC I – THE SCARLET MOONLIGHT
"Ah, nona Remilia dan Sakuya. Selamat datang." Seorang gadis berambut merah dengan pakaian Cina menyambut Remilia dan Sakuya yang baru saja kembali.
"Aku kembali Meiling. Tolong siapkan makan malam Sakuya."
"Baik nona, akan saya siapkan."
"Meiling, di mana Patche dan Flan? Apa mereka sudah tidur?"
"Nona Patchouli sedang di perpustakaan. Dia hanya meminta saya untuk menyampaikan kepada nona apabila nona sudah kembali untuk segera menemuinya. Nona Flan...ah, mohon maaf nona saya tidak melihatnya dari tadi."
"Ya sudah, tidak apa-apa. Aku akan menemui Patche sekarang. Jika makanan sudah siap, tolong panggil aku.
"Baik nona."
Tempat semua pembicaraan barusan adalah sebuah rumah bergaya Eropa yang mewah dan kuno, tetapi terlihat terawat. Tempat tersebut adalah Scarlet Devil Mansion. Nama tersebut diambil dari pemilik pertama mansion tersebut. Setelah ayah Remilia membelinya, tempat ini bisa dibilang rumah liburan keluarga mereka di Jepang, tempat kelahiran ibu Remilia yang sudah lama meninggal.
"Kenapa setiap aku berjalan di rumah ini, aku merasa tidak asing dengan tempat ini. Seolah-olah aku sudah pernah kemari. Bahkan ketika kita tiba, kita tidak membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi dengan rumah ini. Ayah, apa ada yang ayah sembunyikan dariku ketika menyuruhku kemari? Ah, sudahlah. Pikirkan itu nanti saja, semoga Sakuya tidak lama lagi selesai." Dan Remilia melanjutkan langkahnya menuju perpustakaan.
---
"Ibu.." "Hum?" "Ibu tahu bola ini apa?" Sesudah tiba di rumah, mandi, dan makan malam, Reimu memutuskan untuk menanyakan bola dengan simbol yin-yang yang diberikan oleh Rinnosuke.
"Dari siapa bola ini Reimu?"
"Kak Rinnosuke, dia bilang bawa saja kalau mau."
"Bola ini sedikit mirip dengan..Oh! Sebentar, kalau tidak salah..." Ibu Reimu tiba-tiba berdiri kemudian menuju ruang bacanya, lalu mencari sebuah buku. "Seharusnya disini..Ah ini dia" Kemudian dia kembali ke ruang keluarga membawa sebuah buku yang berjudul 'Sejarah dan Artifak Gensokyo' karangan Hieda Kamishirasawa.
"Buku apa ini bu?"
"Di buku ini terdapat penjelasan mengenai artifak kuno yang tersembunyi di sekitar Gensokokyou, kamu mungkin tidak percaya tapi ibu dulu senang mencari harta yang ada di buku ini, tapi kebanyakan sudah tidak ada atau dimusiumkan."
"Hmm, begitu. Lalu hubungan antara buku ini dengan bola yang kubawa apa?"
"Oh ya, benar-benar. Kalau tidak salah halaman ke-10, ya ini dia 'Bola Yin-Yang Miko Hakurei'. Di sini dituliskan bahwa bola yin-yang ini adalah pusaka, pelindung, sekaligus senjata miko Hakurei dalam menyelesaikan insiden yang terjadi di Gensokyo. Setelah miko terakhir Hakurei menggunakannya dalam insiden yang menghasilkan gempa bumi besar yang meluluhlantakan Gensokyo, bola ini kehilangan kekuatannya dan sang miko tidak pernah menggunakannya lagi. Menurut catatan yang ditinggalkan oleh tengu, bola itu kehilangan kekuatannya karena miko Hakurei menggunakan seluruh kekuatannya untuk mengurangi dampak kehancuran dari gempa sekaligus memperbaiki kerusakannya."
"Wah, panjang sekali. Di sini juga dijelaskan bola ini lebih dari 1, apa yang satunya ada di tengah kuil bu?"
"Ibu rasa iya, bola ini mirip dengan yang ada di dalam kuil."
"Ibu tidak keberatan aku pinjam buku ini dulu? Aku masih ingin melihat mungkin ada artifak yang bisa ditemukan. Siapa tahu Marisa tertarik."
"Ho, jarang-jarang kamu mau mencari tahu hal-hal seperti ini. Ya silahkan saja."
"Terima kasih bu. Ngomong-ngomong tengu itu apa bu?"
"Mereka dulu adalah youkai yang menguasai daerah pegunungan setelah para oni meninggalkan permukaan dan terusir ke bawah tanah. Setidaknya begitu yang ibu ketahui, tidak tahu apakah mereka masih ada apa tidak. Dan lagipula mereka itu hanya mitos Reimu, tidak usah terlalu dipikirkan."
"Iya deh, sudah ya aku tidur duluan. Selamat malam bu." "Selamat malam sayang." Reimu pergi ke kamarnya dan bersiap tidur. Ibunya terdiam sesaat sebelum menggumamkan sesuatu, "Apakah akan terjadi lagi? Insiden-insiden itu? Mereka hanya legenda kan? Ibu..."
"Haah, aku ngantuk. Besok saja deh aku lanjutkan bacanya, Marisa juga sebaiknya kuberitahu soal buku ini. Kelihatannya menarik." Reimu memejamkan matanya dan perlahan mulai terlelap.
---
Sepulang sekolah, Reimu, Marisa dan Alice berjalan pulang ke rumah. Di perjalanan, Reimu menanyakan apakah Marisa dan Alice ingin ke musium besok karena sekolah libur.
"Eh, musium katamu?" Tanya Marisa kepada Reimu.
"Ya, aku menemukan suatu informasi menarik dari ibu. Bola yang aku bawa kemarin merupakan peninggalan dari Gensokyo di masa lampau. Kalau tidak percaya lihat saja buku ini." Jawab Reimu sambil memberikan buku yang ditunjukkan ibunya kemarin malam.
"Wah aku mau lihat juga." Alice terlihat tertarik dengan buku itu.
"Hm, aku tidak menyangka Reimu tertarik dengan hal-hal begini, lalu tujuanmu memberitahu kita apa?"
"Aku pikir kamu pasti penasaran soal artifak-artifak bersejarah, berhubung kak Rinnosuke punya m banyak barang seperti ini."
"Yang ada di tempat Kourin cuma sampah, tapi aku juga ingin tahu. Aku juga baru tahu ternyata benda ini artifak." Marisa mengeluarkan mini-hakkero dari tasnya.
"Benda itu unik sekali Marisa, memangnya itu apa?" Tanya Alice dengan tatapan penasaran.
"Menurut buku ini, 'Mini-Hakkero Penyihir Hitam Putih'. Namanya lucu juga ya. 'Benda ini adalah senjata andalan Penyihir Hitam Putih yang dia gunakan untuk membasmi youkai atau menembakkan teknik andalannya dalam duel danmaku. Benda ini didesain dan dibuat oleh pemilik toko yang memiliki kemampuan mengenali barang. Benda ini lenyap ketika insiden gempa terjadi, bersama dengan si Penyihir'." Marisa membaca apa yang tertulis di buku.
"Sama seperti bola itu, benda ini juga lenyap bersama pemiliknya. Tetapi si Penyihir sepertinya tidak selamat dari gempa."
"Ngomong-ngomong danmaku itu apa?"
"Eh?" Reimu dan Marisa menoleh ke pada Alice yang tiba-tiba bertanya.
"Dari penjelasan mini-hakkero ini, si Penyihir menggunakannya untuk duel danmaku. Apakah itu semacam permainan atau pertarungan kuno?"
"Sebentar-sebentar..Ada! Di sini dijelaskan, duel danmaku adalah metode penyelesaian masalah yang sering digunakan di Gensokyo dengan duel antara 2 orang atau lebih dengan cara menembakan semacam tembakan atau projektil, baik itu sihir maupun benda fisik sungguhan seperti pisau, peluru, dan lain-lain. Tidak hanya itu, semua insiden yang pernah terjadi juga diselesaikan dengan cara ini. Dan ada tambahannya, tiap peserta duel diperbolehkan menggunakan spell card. Spell card dapat menentukan pola serangan yang dilakukan. Aturan spell card dalam duel danmaku bertujuan untuk mencegah pertumpahan darah dalam pertarungan dan pihak pertama yang menyatakan menyerah atau tidak sadarkan diri akan dianggap kalah. Ini metode yang diterapkan agar manusia dan youkai yang dulu menghuni Gensokyo dapat menyelesaikan masalah secara adil. " Marisa menjelaskan.
"Wah, tak disangka tempat kita tinggal sekarang punya sejarah seperti itu ya."
"Sepertinya masih banyak misteri yang perlu diungkap, jadi bagaimana? Kalian mau ikut besok?"
"Tentu saja!" "Ya, aku mau!" Marisa dan Alice menjawab bersamaan.
"Oke, kita berkumpul di dekat stasiun. Jam 9 pagi ya. Kata ibu musium buka sekitar jam 10, jadi kita akan tiba saat musium masih sepi."
Setelah tiba di persimpangan dan berpisah, ketiga gadis menuju rumah mereka masing-masing.
Di sebuah jalur pertokoan, ada seorang pria yang berbadan besar dan memakai jaket tebal berjalan dengan cepat dan nafas tersengal-sengal. Setiap beberapa langkah dia menoleh ke belakang, seolah melihat apakah ada yang mengikutinya. "Hah..hah..mereka tidak akan menemukanku sekarang. Lagipula mereka tidak akan bisa macam-macam di tengah keramaian orang seperti ini." Orang tersebut tersenyum lega dan mulai berjalan lagi.
"Siapa yang tidak bisa menemukanmu?" "Huah?!" Tiba-tiba di hadapannya muncul wanita dengan pakaian gotik dan membawa payung berwarna merah dan seluruh tempat menjadi sepi.
"Cih, sebenarnya kau ini siapa hah? Tiba-tiba mendatangiku sambil bertanya 'Kau youkai ya?' .Pertanyaan macam apa itu? Apa kau mengira aku ini youkai?" Jawab orang tersebut sambil menarik nafas dalam-dalam.
"Kenapa kau jadi defensif begitu, kalau kau memang bukan youkai kenapa lari sambil panik begitu? Apakah kau tega meninggalkan wanita yang datang jauh-jauh untuk mencarimu?"
"Aku bahkan tidak mengenalmu! Sekarang katakan apa maumu sebelum aku lakukan hal yang akan kau sesali!" Wajah orang tersebut berubah menjadi sesosok makhluk yang berwajah buruk, telinga yang lancip, dan giginya mengeluarkan taring.
"Oh, aku takut sekali. Sakuya, tolong aku." Wanita itu mengeluarkan ekspresi tidak peduli dan memanggil Sakuya.
"Ya nona?" Sakuya muncul tiba-tiba di antara mereka.
"Apa? Kapan gadis itu muncul? Heh, nona kecil tolong minggir. Wanita ini perlu diberi pelajaran tentang cara berbicara dengan penghuni di sini."
"Maaf saja, aku nggak punya niat minggir. Lagian jangan berlagak ya, teman-temanmu sudah aku bungkam. Tenang aja, mereka nggak mati kok."
"Kerja bagus Sakuya. Dengan begini tugas kita menjadi lebih mudah."
"Sialan! Kubunuh kau!" Orang itu melompat ke arah Sakuya dan Remilia. Pada saat itu penampilannya berubah menjadi seperti hewan buas yang mengamuk.
"Lamban. Sakuya selesaikan ini." "Baik. Maiden Sign – Ruler of Times!" Teriak Sakuya sambil mengeluarkan kartu dengan gambar jam saku antik.
Tiba-tiba seluruh tubuh Sakuya diselimuti cahaya berwarna merah dan muncul putaran waktu pada sebuah jam di sekitarnya. Jarum pada jam tersebut berputar hingga mencapai jarum jam 12.
"Cancel!" Sakuya meneriakkan kata itu dan di hadapan mereka muncul wanita berpakaian pelayan dengan pisau di kedua tangannya. Kemudian dia menerjang ke arah monster di depannya.
"Kau punya kemampuan yang menarik..Akan kuhabisi kau!" Monster itu menerjang ke arah Sakuya dengan tujuan menebasnya dengan cakarnya. Sakuya melompat ke samping untuk menghindarinya kemudian melemparkan pisau ke arahnya.
"Heh, serangan seperti itu tidak ada apa-apanya. Aku hanya perlu menghinda-JLEB. Ack!" Tiba-tiba 10 pisau muncul di sekitarnya dan menghujam titik-titik vitalnya. "Kenapa bisa? Aku sudah bergeser menghindarinya?!" Monster itu tidak percaya.
"Oh, ayolah aku tidak punya tujuan untuk membunuhmu, tetapi kau yang memulai duluan. Berterimakasihlah aku hanya melumpuhkanmu." Sakuya mendekatinya sambil mengeluarkan beberapa pisau lagi.
"Sebenarnya maumu apa? Mengasihaniku? Cih, aku tidak sudi kalah dari manusia sepertimu. Setelah tempat ini hancur, kami bisa bertindak seperti dulu lagi. Kami tidak perlu terikat dengan aturan-aturan yang diterapkan oleh miko itu."
"Tutup mulutmu sebelum aku mengirimmu ke alam baka." "Sudah cukup Sakuya."
Remilia meminta Sakuya mundur, dan Remilia berlutut di depan monster itu kemudian bertanya, "Sepertinya kau tahu banyak hal, kalau kau tidak keberatan aku ingin tahu satu hal."
"Apa yang kau mau?" "Apakah kau mengenal seseorang bernama Yakumo?" Setelah mendengar Remilia bertanya, wajahnya yang menahan sakit dan marah berubah pucat dan ketakutan. "Ya..Yakumo katamu? Me..memangnya kau mau apa dengannya?"
"Bukan urusanmu, sekarang jawab kau mengenal Yakumo atau tidak?"
"Tidak tahu. Tidak pernah dengar."
"Kau tentunya sadar kalau nyawamu bergantung pada kami? Kami tidak akan membunuhmu sekarang, tetapi kami punya banyak cara untuk memaksamu buka mulut." Remilia menoleh ke Sakuya dan Sakuya mengacungkan pisaunya ke arah monster itu.
"Coba saja..cih" "Baiklah kalau begitu, bawa dia Sakuya." "Baik" Ketika mereka hendak membawa monster itu, sebuah lubang gelap dengan mata yang menatap dari dalamnya menghisap monster tadi. Dan seketika tempat tadi menjadi sunyi.
"Ugh, sepertinya kita terlambat selangkah."
"Yakumo sudah tahu kita ada di sini. Menyusahkan saja, kenapa jadi kita yang disuruh mencarinya kalau orangnya sudah tahu."
"Hahaha, sepertinya tuan besar tidak memperkirakan kalau Yakumo akan bergerak."
"Jadi dia juga sama seperti kita, tetapi selama 'dia' belum muncul, Yakumo bisa menunggu."
"Apa nona mau jalan-jalan saja besok? Tidak ada salahnya melihat-lihat kota ini bukan?"
"Bukannya kau yang mau jalan-jalan? Eh, tidak masalah. Kita ajak yang lain juga. Firasatku mengatakan kita akan bersenang-senang besok?"
"Nona mau mencurangi urusan kita besok ya? Kukira nona tidak akan menggunakan 'itu'."
"Apa maksudmu Sakuya? Aku sedang bosan sekarang, kalau aku menggunakan 'itu', lebih baik kita pergi mencari Yakumo."
"Iya ya, ayo pulang nona."
"Siapa yang jadi majikan di sini ya? Ufufu. Yakumo dan Hakurei..2 nama itu mengingatkanku pada sesuatu yang sudah lama sekali. Hum, perasaanku saja mungkin."
Remilia dan Sakuyaberjalan pulang dan seketika jalan pertokoan berubah menjadi ramai lagi,seolah-olah tidak ada apa-apa.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro