Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 12 - ALLIANCE? PART 2

ARC I – THE SCARLET MOONLIGHT

Yamame melontarkan jaringnya untuk membuka ruang antara mereka dengan lawan. "Entahlah, laporan terakhir yang kuterima memang ada aktivitas youkai yang tidak wajar di beberapa sektor. Aku kurang tahu di wilayah lain, tetapi setiap aku berpatroli di kota sering sekali terjadi perkelahian atau penyerangan terhadap youkai-youkai maupun peri dan semacamnya. Ini aneh sekali." Yuugi menggaruk kepalanya berusaha menyerap informasi pemberian rekannya sambil mengepalkan tinjunya.

"Hmph! Kalau sudah begini kita bereskan mereka dulu! Setelah ini kita cari tahu Bersama Parsee dan Kisume. Yamame, belakangmu!" Seorang berandalan dengan pemukul besi sedang mengayunkannya sekuat tenaga ke arah Yamame. Dalam sekejap, Yamame menghilang lalu muncul lagi di atasnya dan menembakkan jaring laba-laba yang membungkus pergelangan tangan berandalan itu. Layaknya pemain boneka, ia menggerakkannya ke arah berlawanan untuk membuat yang lain tak sadarkan diri.

"Hei, tidak sopan menyerang wanita diam-diam seperti itu! Kalian harus ditenangkan secepatnya." Ucapnya sambil menggembungkan pipi. Yamame menyentuh satu persatu berandalan yang ada di dekatnya. Tiap kali akan menyentuh, ia membuka telapak tangannya dan kemudian jaring-jaring keluar hingga membungkus tubuh para berandalan itu, melumpuhkan pergerakan mereka. Di sisi lain, Yuugi berusaha menghindari sapuan dan pukulan yang dilayangkan padanya. Ia tengah merencanakan sebuah serangan balik yang efektif.

"Ayo ayo. Ini belum membuatku puas. Dari tadi aku tidak tersentuh lho." Ejeknya sambil menegak sake. Berandalan-berandalan itu menggeram marah, tiba-tiba mengepung dan menerjang Yuugi bersamaan. Yuugi memekik kaget, tidak menyangka akan reaksi itu. Buru-buru ia menghirup napas dalam-dalam, lalu meraung keras. Tentu saja dengan mengurangi tenaga, para berandalan hanya terpental sebelum tidak sadarkan diri.

"Cih, kukira mereka hanya seperti boneka saja. Ternyata bisa seperti itu juga. Aku terlalu meremehkan."

"Fokus Yuugi. Jangan mempermalukanku yang harus berbagi panggung denganmu dong."

"Memangnya kita lagi konser apa?!"

Keduanya bahu membahu mengalahkan berandalan-berandalan. Yuugi berbekal tenaga dan fisik yang melebihi normal. Sama seperti Suika, wujud perubahannya adalah oni. Sake dan pertarungan merupakan kesenangan hidupnya. Pertemuannya dengan Satori Komeiji memberikannya rumah dan pekerjaan yang dapat memuaskan hasratnya itu. Selain menjadi penertib, ia adalah penjaga gerbang Ibukota Lama saat tidak dalam tugas. Yamame adalah seorang gadis yang bercita-cita menjadi orang terkenal. Kepindahannya ke Ibukota Lama waktu itu bertepatan dengan hari perayaan ulang tahun Satori Komeiji. Tanpa sengaja Satori mendengarnya bersenandung saat berpapasan di tengah jalan. Ia memintanya untuk menyanyi karena kebetulan salah satu pengisi hiburan tidak bisa hadir. Wajahnya yang manis, kepribadiannya yang ceria, serta dilengkapi suara yang merdu mampu memenangkan hati penonton yang segera menjadi penggemarnya, membuat Satori menawarkan diri untuk membantunya menggapai mimpi. Dengan syarat, ia harus menjadi salah satu bawahannya. Wujud perubahan Yamame adalah tsuchigumo, youkai laba-laba.

"Bagaimana cara menyelesaikan ini bersamaan Yamame? Kau punya ide?" Dengan peluh membasahi wajahnya dan rasa frustasi yang tergambar jelas, Yuugi meminta usul pada Yamame. Yamame pandai menyusun strategi. Sesuatu yang ia banggakan karena ia merasa berguna dalam mendukung teman-temannya. Mata Yamame menyisir area. Setelah itu, ia berpikir sejenak hingga senyum kecil terkembang di wajahnya.

"Yuugi, siapkan spell card­. Aku rasa kita bisa menang dengan 1 serangan. Bersiap ya." Alis Yuugi naik sedikit mendengarnya, tapi ia menurut saja dan menyiapkan spell card andalannya. Ia akan menggunakan jurus pamungkasnya. Yamame berkonsentrasi. Jaring-jaring di tangannya berubah warna seperti diselimuti sesuatu.

"Filled Miasma!" Jaring-jaring Yamame membumbung seperti anak topan lalu diikatkannya pada berandalan-berandalan. Gerakan mereka terkunci hingga lumpuh tak bergerak. Melihat peluang yang sudah diciptakan oleh rekannya, Yuugi mengaktifkan kartu trufnya.

"Knockout in Three Steps!" Dengan 3 hentakan kaki sambil menarik tinjunya, Yuugi melepaskan energi padat warna-warni layaknya meninju musuh. Dalam sekejap, semua musuh terkapar tak berdaya. Tentu saja, Yuugi sudah mengurangi tenaga. Jika tidak, maka bukan hanya tubuh para berandalan itu yang hancur, bangunan serta Yamame dapat hancur juga. Hal ini disebabkan oleh anomali pada beberapa Genso Shoujo; Yuugi merupakan salah satunya.

"Huaah, sudah lama tidak menggunakannya. Kerja bagus Yama." Puji Yuugi sambil mengacungkan ibu jarinya. Yamame sudah melindungi diri dengan membungkus tubuhnya menggunakan jaring.

"Berhasil! Tapi, bajuku jadi kotor...." Yuugi hanya menggeleng saja melihat reaksi temannya. Dia menghampirinya sambil membersihkan debu-debu yang mengotori wajah dan pakaiannya. Wajah Yamame sedikit memerah karena perhatian Yuugi. Sudah berapa kali Yuugi meladeni keluhannya, dan ia tak pernah protes.

"Salahmu sendiri nona idola. Kau sendiri yang menyarankan strategi ini. Daripada mengalami kemungkinan terburuk, ini lebih baik kan?"

"Maksudmu apa Yuugi?" Yamame memiringkan kepalanya, tidak paham. Yuugi tertawa, lalu mengelus kepala Yamame.

"Bukan apa-apa. Tidak perlu kau pikirkan ucapanku barusan." Yamame memutuskan tidak bertanya lebih jauh. Matanya menerawang kepada lawan mereka. Ia mengkhawatirkan keadaan mereka, karena ini bukan pertarungan danmaku normal, rasa sakit yang mereka rasakan berada di tingkat yang dapat meninggalkan luka permanen. Beruntung, jam terbang yang tinggi bagi Yamame dan Yuugi membuat mereka mampu menyesuaikan diri dengan lawan dan situasi.

Yamame menghampiri salah satu berandalan, yang tampak mulai sadar. "Aduh...i-ini di mana? Kena-" Yamame menggenggam tangan berandalan itu dengan ekspresi lega " Syukurlah kau sudah sadar. Kau baik-baik saja? Ada yang sakit?" Berandalan itu diam seribu bahasa. Tangannya yang memegang perut seketika digunakannya untuk menampar dirinya sendiri. Yamame memekit kaget.

"Hei apa yang kau lakukan?" Berandalan itu meringis.

"Sakit! Bukan mimpi ya? Kamu benar-benar penyanyi idola Kuroyame?" Yamame membelalak. Ia baru sadar bahwa penyamarannya terlepas sebelum berubah tadi. Yuugi cekikikan melihat kepanikannya.

"Ah bukan. Saya hanya orang yang mirip dengannya saja. Saya sering dipanggil begitu hahaha." Yamame berusaha menutupi identitasnya, dan sepertinya berhasil karena diiyakan oleh berandalan.

"Iya juga ya. Mana mungkin penyanyi idola main ke tempat seperti ini. Ngomong-ngomong nona, apa kamu tahu kenapa dengan yang lainnya?"

"Kalian semua tadi berebut siapa yang paling menyukai Kuroyame. Salah satu dari kalian malah memanas-manasi yang lain hanya karena dia punya tanda tangan. Akhirnya kalian semua bentrok. Maaf kami terlambat ikut campur, tidak mau ikut-ikutan perkelahian anak lelaki." Yuugi memotong sambil berbohong dengan santai. Yamame hanya terdiam sedangkan berandalan itu menunduk lesu.

"Hah, konyol sekali rupanya. Memang, pemujaan yang berlebihan itu tidak sehat. Maaf ya nona, aku jadi mengagetkanmu tadi. Terima kasih sudah menanyakan keadaanku."

"Oh bukan masalah. Yang penting sekarang jangan berkelahi lagi ya. Kalian harus rukun sebagai sesama penggemarnya. Kalau aku jadi Kuroyame, tentunya aku akan sedih bila tahu penggemarnya dapat terpecah karena hal kecil." Yamame menguatkan genggamannya sambil memasang wajah sedih. Si berandal tiba-tiba tersentuh melihat ekspresi Yamame.

"Baiklah, mulai sekarang kami akan berhati-hati. Nona tenang saja ya." Ucap si berandal sambil menggenggam balik tangan Yamame. Buru-buru Yuugi mendorongnya mundur.

"Oke cukup, sekarang sebaiknya kau bangunkan teman-temanmu. Kalau polisi lihat, nanti repot lho."

"Ah benar juga. Hei kalian semua! Ayo bangun!" Dengan erangan sakit dan umpatan kesal, satu persatu membubarkan diri. Si berandal menoleh untuk terakhir kali dan melemparkan senyum pada Yamame yang melambaikan tangan padanya. Ia berbalik mengikuti teman-temannya sambil mengangkat tangannya.

"Repot ya, meladeni penggemarmu yang aneh-aneh di saat kita sedang tugas."

"Tidak kok. Aku justru senang jika bisa berinteraksi langsung seperti ini. Biarpun begitu, kamu nggak perlu bohong segala."

"Yah, nanti bisa lebih lama lagi kita di sini. Yuk, kita ke tempat Parsee dan Kisume." Ponsel Yuugi berdering tepat setelah ia selesai bicara. Rupanya Parsee melaporkan situasinya dengan Remilia. Yuugi mengangguk beberapa kali sambil berbicara dengan Parsee. Setelah selesai, ia mengisyaratkan Yamame untuk mengikutinya.

"Remilia Scarlet menerima tawaran kerja sama kita. Kurasa ini ada hubungannya dengan Yakumo." Yuugi menerangkan isi pembicaraannya dengan Parsee. Yamame memainkan rambutnya sambil berpikir.

"Nona Satori sudah mempertimbangkan hal itu. Apapun itu jika kedamaian tempat ini bisa kita jaga, tujuan kita akan tercapai."

"Kau benar. Tapi, siapa menurutmu dalang dari keabnormalan ini?"

"Entahlah. Yang jelas kita tidak boleh lengah sedikitpun. Kita berdua saja sudah kewalahan tadi sampai harus menggunakan spell card."

"Hm. Sekarang kita istirahat dulu saja. Kisume bilang kita dapat oleh-oleh dari nona Scarlet." Yamame yang tadi serius, berubah menjadi santai dan ceria lagi mendengarnya.

"Eh benarkah? Baik sekali dia! Kapan-kapan, akan aku kukasih hadiah kembali." Yamame berseri-seri. Yuugi membuka botol sakenya, dan menegaknya cukup banyak.

"Haha. Bukan awal yang buruk untuk memulai persekutuan." Keduanya berjalan di bawah langit senja yang cerah.

---

Reimu dan teman-temannya pamit pulang setelah diajak melihat-lihat Scarlet Devil Mansion. Flandre berharap untuk memperkenalkan mereka pada Remilia, tapi berhubung sudah hampir malam dan letaknya yang jauh dari kota membuat pertemuan mereka harus ditunda dulu.

"Kapan-kapan saya akan mengunjung rumah kalian. Saat itu akan saya ajak kakak juga."

Begitu yang dikatakanFlandre sebelum ketiganya berjalan menuju halte bis. Beruntung mereka masihbisa mengejar bis terakhir. Marisa dan Alice lanjut berbicara sendiri setelahnaik, sedangkan Reimu memandang ke arah langit senja. Semenjak pulang, iatengah memantapkan hatinya untuk bersiap akan rintangan yang menanti mereka kedepannya. Pertemuan mereka dengan Flandre Scarlet sama sekali bukan kebetulan.Dan mungkin dari sinilah, hidup Reimu Hakurei dan teman-temannya akan berubahselamanya.    

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro