Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[2] Gunung Meru

"Menurut kitab kuno yang ditulis pada abad ke-15. Konon Pulau Jawa dulunya mengambang di lautan dan terombang-ambing. Karena keadaan tersebut, dewa memutuskan untuk memaku Pulau Jawa dengan Gunung Meru. Gunung tersebut dibawa dari India oleh Dewa Wishnu dan Brahma.

Menariknya, Gunung Meru awalnya diletakkan di ujung barat. Namun, posisi tersebut menjadikan pulau ini timpang sebelah. Itu sebabnya, Gunung Meru kemudian dipindahkan ke timur Pulau Jawa. Saat proses pemindahan, serpihan-serpihan gunung jatuh ke daratan hingga membentuk jajaran pegunungan sepanjang pulau.

Saat Gunung Meru ditancapkan di bagian timur, Pulau Jawa masih juga belum stabil. Akhirnya, dibagi dualah gunung tersebut menjadi Gunung Penanggungan yang berlokasi di sisi barat dan Gunung Semeru berada di sisi timur." (1)

☘️☘️☘️

Ruang Sekretariat, 5 Mei 2016, 09.30 WIB.

Pagi itu, sekretariat Mapala UPKI terlihat sangat sibuk. Hal ini dikarenakan ada delapan orang yang akan melakukan ekspedisi. Zaki Raditya--sang ketua organisasi--terlihat sedang memeriksa dokumen, mengecek perlengkapan, juga berkonsolidasi dengan Oni--wakilnya. Ditambah ia tanpa sadar berulang kali menatap jam tangan dan pintu bergantian, seperti ada yang dinanti.

Tika telah duduk dengan nyaman di pojok ruangan bersama sang pacar--Gilang. Sedang anggota lain, Ragil, Anto, dan Sinta bersenda gurau di tengah ruangan. Retno--sang sekretaris organisasi, duduk manis di sofa dan sibuk berselancar dalam dunia maya.

Setelah menandatangani dokumen terakhir, Zaki berbalik menghadap mereka. Ia mengetuk meja meminta perhatian.

"Guys, kita briefing sebentar." 

Suasana langsung hening, semua fokus kepada pria tersebut.

Laki-laki berambut gondrong sebahu dengan belahan rambut di tengah tersebut, melanjutkan bicara dengan tegas, "Oke! Kalian semua sudah tahu tujuan ekspedisi kita. Gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa yang letaknya di antara Kabupaten Malang dan Lumajang, Jawa Timur, alias Gunung Semeru."

Pria itu berhenti sejenak, memandang ke arah jam tangan, kemudian pintu, lalu menghela napas. Sebelum ia membuka mulut untuk kembali bicara. Terdengar suara langkah cepat dari arah luar dan ....

Gubrak!

Tanpa sengaja, Indri membuka pintu terlalu keras. Anggota yang berada dalam ruangan sempat terkejut saat mendapati pintu yang tiba-tiba terbuka lebar. Semua mata memandang ke arah gadis yang merunduk malu tersebut.

"Maaf, Kak. Saya kesiangan," ucapnya segera seraya melirik takut-takut kepada Zaki dan Retno bergantian.

Sekilas membayang senyum di bibir laki-laki yang sejak tadi tampak resah. Namun, sebelum ada yang menyadari hal ini, segera Zaki mengatur mimik seriusnya.

"Duduk, Dri! Lain kali jangan terlambat lagi!" perintah sang ketua.

Gadis yang ditegur mengangguk patuh, lalu segera berjalan menuju ruang kosong di sebelah Tika.

Baru saja ia menempatkan bokong untuk duduk, gadis berambut bob di sisinya berbisik lirih.

"Lo tadi mandi nggak?" tanya Tika dengan nada mengejek.

Indri melotot kepadanya, sedang Tika tertawa tertahan.

"Ehem!" dehaman dari sang ketua, membuat kedua gadis tersebut langsung terdiam dan duduk dengan tegak.

Ruang sekretariat bercat biru muda dengan banyak jendela itu cukup luas. Lemari di tengah ruangan, merupakan pemisah antara ruang duduk dan meja kerja, sedang dapur kecil tersembunyi di sudut dan tertutup tirai tipis sewarna dinding. Ruangan itu memang sudah diset sebagai ruang kerja sekaligus istirahat, sebab terkadang banyak kegiatan yang membuat anggotanya terpaksa menginap demi menyelesaikan pekerjaan hingga larut malam atau dini hari.

Zaki telah selesai mengecek ulang beberapa dokumen yang baru disodorkan Oni. Perjalanan mereka nanti bisa menghabiskan waktu satu minggu, beberapa hal yang memerlukan tanda tangan sang ketua memang harus beres hari itu juga.

Ia kemudian berdiri dan lanjut berkata dengan tegas, "Sekarang jam sembilan lewat dua puluh menit. Sedangkan kereta bakal berangkat jam tiga sore. Mengingat jarak kampus ke stasiun cukup jauh dan supaya menghindari macet, kita berangkat sekitar jam sebelas nanti. Jadi, sholat dan makan siang di area stasiun aja. Untuk urusan tiket sudah dipesan Retno."

Laki-laki berkulit kuning kecokelatan itu, menatap sang sekretaris yang membalas dengan anggukan mantap.

Setelah sejawatnya itu memberi jawaban, ia pun melanjutkan, "Setelah itu, kita naik angkot menuju Pasar Tumpang. Lanjut naik truk ke Desa Ranu Pani yang merupakan titik awal pendakian kita. Oh, iya. Kalian nggak lupa bawa fotokopi KTP dan surat keterangan sehat dari dokter, kan?"

Laki-laki itu mengamati wajah anggotanya satu per satu.

"Siap! Bawa, Kak!" sahut Indri, Tika, Gilang, Anto, dan Sinta--selaku junior.

"Bawa, Ki," jawab Retno dan Ragil--teman seangkatan Zaki.

Laki-laki tersebut mengangguk puas. "Oke! Sip! Jadi, pesan saya sebelum memulai ekspedisi ini hanya tiga--"

"Jangan tinggalkan apa pun kecuali jejak kaki, jangan bawa apa pun kecuali foto, dan jangan menulis di mana pun kecuali dalam kertas yang kita bawa!" jawab semuanya serentak dan bersemangat.

Zaki tersenyum kecil melihat tingkah anggotanya. "Bagus, persis anak TK." Para anggota pun cengar-cengir mendengar selorohan tersebut.

Lalu ia lanjut berkata, "Baiklah, itu artinya kalian sudah paham. Sekarang kita absen dulu. Saya akan bertindak sebagai Ketua Tim, Bendahara Retno, Logistik Ragil dibantu Gilang, sisanya Tika, Indri, Sinta, dan Anto adalah anggota."

Anggota yang disebut namanya mengangguk-angguk tanda mengerti.

Zaki menatap mereka satu demi satu. Ketika pandangannya berserobok dengan Indri, ia segera berpaling dan kembali berkata, "Sekarang kalian re-packing. Tinggalkan barang yang nggak perlu dibawa, bungkus semua pakaian dengan kantong plastik, siapkan beberapa untuk tempat sampah. Terakhir, masukkan semua sesuai urutan kebutuhan, makanan harus diletakkan paling atas supaya mudah diambil. Khusus alat logistik seperti panci, sleeping bag, dan lain-lain enggak boleh bergelantungan di luar tas! Selain itu, harap diingat! Kedua tangan kalian harus bebas selama perjalanan."

Semua kembali menjawab serentak, "Siap!"

"Oke, aku kasih waktu satu jam dimulai, sekarang!" Zaki memang dikenal selalu tepat waktu. Semua anggota pun langsung sibuk mengikuti instruksi tanpa membuat keributan.

Suara yang terdengar selanjutnya adalah, krasek-kresek--kantong plastik yang terbuka, tertarik, dan robek--bercampur suara tawa serta cengkerama kecil para anggota.

"Nanti, kalo udah di sana jangan ngelamun, Ndri." Tika berkata sambil menatap tajam gadis manis di hadapannya--yang tengah mengeluarkan seluruh isi tas.

"Emang kenapa, Tik?" jawab Indri tanpa menoleh.

"Ntar, lo nyasar masuk blank 75, baru tau rasa!" omel sahabatnya itu.

"Mending kalo nyasar. Gue khawatir dia bawa oleh-oleh aja, Tik." Gilang ikut menanggapi.

"Masa enggak boleh beli oleh-oleh? Lagian, Blank 75 itu apa?" Indri menatap keduanya dengan wajah tak berdosa. Tika dan Gilang saling pandang, lalu sama-sama menepuk jidat.

"Lo, kan, bisa liat makhluk halus, Indri! Setiap pulang dari jalan-jalan ke mana pun, selalu adaaa aja yang nempel. Harusnya, oleh-oleh itu berupa makanan khas daerah yang dikunjungi bukannya malah bawa pulang hantu. Astaga!" Tika kembali mengomel.

"Oh, itu. Mereka memang seneng ada di sekitar gue. Katanya, gue wangi." Indri berkata santai dengan wajahnya yang polos.

"Nah! Ini, nih. Indri bisa-bisanya enteng banget gitu ngomongnya. Belum-belum gue udah merinding." Gilang bergidik.

"Itu karena ada yang duduk di sebelah elo, Lang." Indri menatap pria berkacamata itu tanpa ekspresi.

"Indriii!" Mereka berdua langsung menjitak kepala gadis yang masih menatap tanpa dosa itu dengan perasaan kesal sekaligus ngeri.

Setengah jam kemudian, delapan buah tas carrier sudah tersusun rapi. Zaki pun memimpin anggotanya untuk berdiri melingkar. "Guys!"

"And Girls. Lo jangan ngebeda-bedain gender, dong, Ki," sela Retno.

Laki-laki tersebut menarik napas sebentar, menahan kesal kepada gadis di sebelahnya. Selain Retno, memang tidak ada yang berani menyela sedemikian rupa.

"Ya, oke! And Girls. Sebelum berangkat kita doa dulu. Semoga selama perjalanan kita dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa, berdoa mulai."

Semua anggota segera menundukkan kepala, bermunajat sepenuh hati. Berharap keselamatan dan kelancaran dalam perjalanan. Mereka sangat tahu, tujuan ekpedisi kali ini, adalah gunung yang penuh misteri dan berbahaya.

Setelah hening beberapa saat, suara sang ketua kembali memecah kesunyian. "Oke, selesai. Sekarang kita--"

"Ki, bentar. Gue mau pipis dulu." Retno kembali menyela diikuti beberapa anggota lainnya.

"Saya juga, Kak. Tiba-tiba perut saya mules."

"Yah! Kak. Saya--"

"Ya, ya! Selesaikan urusan kalian secepatnya yang udah ready langsung jalan duluan!" Zaki berkata setengah berteriak.

Zaki pun berjalan menuruni tangga gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa, bersama Oni.

"Ni, gue titip sekret, ya?" pinta sang ketua sambil menatap wakilnya dengan wajah memohon.

"Iya, santai, Bro. Lo ati-ati aja di sana, yang sabar jagain anak-anak. Terutama itu, tuh, ...." Oni mengarahkan pandangannya ke Indri yang sudah berada di lantai dasar. "Jangan dibikin beban, anggap sedang pendekatan."

Zaki mengikuti ke arah mata wakilnya itu memandang. Lalu menepuk pundak Oni seraya tersenyum penuh arti.

"Siap!"

☘️☘️☘️

Footnote: (1) https://blog.tripcetera.com/id/gunung-semeru/Gunung Semeru

☘️☘️☘️

Foto adalah, Taman Nasional Gunung Bromo, Tengger, Semeru.

Sumber Gambar:
https://pin.it/7tIHTKc

☘️☘️☘️

Revisi, 30 Mei 2024, 09.08 WIB.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro