Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ROUND 10: Rapat Darurat

Iram dan Arga duduk di kursi terpisah dengan pimpinan di antara keduanya. Mereka menyimak Ash membahas hal penting sebelum misi dimulai. Inti masalah kekacauan kali ini, yakni virus yang mengancam mereka.

"Jenis virus ini belum diketahui nama atau jenisnya. Kita hanya tahu kalau penyebarannya lewat udara dan tidak dapat dideteksi, maupun terlihat gejalanya. Selain bentuknya berupa gas hijau, reaksinya mirip dengan cara kerja ledakan nuklir."

Wajah datar Ash tediam. Dia mengambil napas cepat, terlihat begitu tertarik tapi juga kepayahan menanganinya.

"Tapi ada kemungkinan gas itu dapat berevolusi. Mengingat dua orang pembuatnya ditahan kelompok tertentu, jika gas itu berhasil mencapai titik maksimalnya ... maka dia tidak akan memiliki warna. Perubahan warna akibat suhu dan susunan molekulnya-"

"-menghasilkan zat baru." Arga memotong. "Hei, itu sama saja membuat mahluk hidup baru yang mematikan."

"Dan itu lima kali lipat lebih berbahaya daripada ledakan tiga nuklir sekaligus." Iram menyambung. Tangannya bersantai di saku celana, tampak tak terlalu bergairah.

Arga di seberangnya diam. Memperhitungkan kemungkinan lain.

Sudut bibir pimpinan berkedut mendengar kedua agennya kompak.

Ash mengangguk. Tak keberatan disanggah. "Maka dari itu misi kali ini adalah misi tingkat zero. Misi pertama Falgot setelah terakhir kali." Melirik Iram lalu melanjutkan persentasi.

Misi tingkat Zero dalam organisasi Falgot adalah misi paling berbahaya, mustahil, dan mengancam keselamatan umat manusia. Agen yang diutus merupakan terbaik dari yang terbaik. Saking mustahilnya misi itu diselesaikan, angka Nol atau Zero jadi lambang keganasannya.

Memiliki banyak arti di perputaran angkanya.

Layar sentuh tiga kali lipat lebih besar itu beralih ke slide selanjutnya. Menampilkan dua ikon manusia tanpa profil lengkap. Hanya dikonfirmasi sebagai satu wanita dan satu pria paruh baya.

Ash melanjutkan. "Informan kami tidak dapat mengidentifikasi keduanya meski mengobrak-abrik reruntuhan lab di dalam rumah si wanita. Informasi tentang jenis kelamin mereka pun bocor karena 'disengaja'."

Arga dan Iram menatap layar utama untuk pertama kalinya. Terpaku pada ikon tanpa wajah, berkelahi dengan prasangka sendiri.

"Posisi terkini tidak diketahui. Mereka telah meninggalkan Khaj dan menghilang. Kami mengutus informan baru, tapi belum mendapat kabar."

Peta di layar yang terhubung ke tablet, diperbesar. Pimpinan menunjuk layar dengan laser merah. Melingkari satu wilayah.

"Mereka diperkirakan pergi ke daerah ini. Melompati dua kota setelah Khaj. Tidak akan pergi jauh saat membawa dua orang penting serta 'barang-barang'nya."

Barang-barang berupa perlengkapan penelitian. Kasar sedikit saja, virus itu akan mengenai rombongan mereka sendiri. Meledak.

Daerah yang ditunjuk pimpinan adalah tempat paling padat. Perkotaan gurun pasir dengan perdagangan makanan dan kain sebagai pusatnya.

Sangat tepat dijadikan tempat persembunyian.

"Kalau begitu," Iram berdiri. "siapkan perbekalannya. Aku berangkat hari ini juga. Ash, ayo!"

Iram berjalan seenaknya ke ruang senjata. Dipastikan belum berubah sama sekali mengingat ruang rapat kali ini masih sama dengan dulu.

Ash mengikuti setelah diizinkan pimpinan. Membiarkan Iram melakukan kemauannya.

Tersisa Arga di sana.

Duduk terpekur mengamati gambar di layar.

Pupilnya bergulir. Menatap pimpinan lama.

"Ada yang ingin kau tanyakan, Sniper?"

"Arga, please."

"Ada yang ingin kau tanyakan, Arga?"

"Ada."

"Silakan."

"Apa kemungkinan terburuk selain dunia hancur? Maksudku nasib dua orang itu."

Pimpinan berkedip, tertarik. "Aku rasa kau bisa membayangkannya, Arga. Jika mereka masih hidup, maka mungkin fisik atau mental mereka cacat. Sebaliknya, kematian paling pedih akan datang hingga kau tidak menemukan kerangka mereka."

Ya. Arga tahu lebih dari siapa pun.

Dia hanya memantik nyala api di kepalanya dengan perkataan seseorang. Menanam baik-baik ancaman terburuk ketika dirinya gagal menjalankan misi ini.

Misi pertama dan terakhir setelah dua tahun.

Misi ... yang menentukan hidup matinya seseorang.

Pimpinan meletakkan tablet. Mengambil kursi, duduk di samping Arga. Tempat Iram tadi duduk.

"Terima kasih. Aku ingin mengucapkannya meski terlambat."

Arga bergeming.

"Maksudku, aku tahu kau enggan melakukannya. Namun, di sisi lain nuranimu memberontak."

"Nurani?" Arga hampir tersedak mendengarnya. "Kau jangan bercanda, Pak Tua. Di dunia penuh pertumpahan darah ini ... punya nurani adalah kecacatan."

Arga berdiri. Menatap pimpinan sanksi.

"Dan jangan sok akrab denganku. Aku kemari atas keinginan sendiri, bukan membantumu atau instansi manapun! Kau tidak pernah bisa membayarku dengan apa pun. Kau mengerti?!" teriaknya menjauh. Meracau sepanjang jalan.

Pimpinan bersedekap, mengamati ke mana Arga pergi. Dia berseloroh, "Seorang pemarah cenderung menginginkan perhatian."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro