Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

The Second Fragment

Burung-burung saling bersahutan, udara masih dingin dan matahari tampak belum mau menunjukkan sinarnya namun seorang pria bermarga Nakahara sudah bangun dari tidurnya.

Karena sebuah alasan ia bangun lebih pagi daripada biasanya. Ini adalah hari pertamanya di SMA, sungguh waktu cepat berlalu tanpa memberikan Chuuya kesempatan untuk mencerna apa yang telah terjadi. Ia masih ingat dengan janjinya pada diri sendiri dua tahun yang lalu saat [Name] dan Osamu tidak lagi disisinya, tidak ada kemajuan tentang hal apa pun mengenai itu.

Bahkan semenjak itu Chuuya hilang kontak dengan mereka; gadis trap dan lelaki perban. Hal terakhir yang Chuuya tahu adalah [Name] pindah ke Korea, dan tidak lama Osamu di keluarkan dari sekolah.

Jarinya mengambil gitar yang ada di sudut ruangan, perlahan ia memetikkan nada-nada acak kepada gitar itu. bernyanyi hobi Chuuya dari dulu, sekarang ia bisa memainkan gitar jadi rasanya tidak begitu hambar saat ia bernyanyi sendirian. Namun kepalanya kosong kali ini, ia tidak dapat memikirkan lagu yang dapat menghiburnya.

Netranya tertutup mengingat bahwa hobinya inilah yang membuatnya terbully dulu, hobinya juga yang membuatnya bertemu dengan kedua orang itu.

"Astaga, kenapa semuanya harus berakhir seperti ini?"

Pria itu berdiri, bersiap-siap untuk ke sekolah. Ia pikir tidak ada guna-nya untuk terjebak di masa lalu, ia harus terus bergerak maju dan tidak membiarkan waktu merampas kesempatan-kesempatan emasnya lagi.

*

Chuuya mendecih kesal. Orang yang berusaha ia hindari selama ini malah menunjukkan batang hidungnya di sini; Dazai Osamu sedang menunggunya di depan kelas. Si surai senja itu mengepalkan tangannya bersiap untuk yang terburuk.

“Hei ... lama tidak bertemu ya?” ujar Osamu mencoba untuk memulai perbincangan.

Chuuya menatap Osamu datar. “Tidakkah kau puas sekarang?”

Osamu tertawa renyah sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal; Chuuya bersyukur dalam hati karena Osamu masih sama idiotnya seperti dulu. “Aku menyesalinya.”

Sang surai senja terkejut, tersirat kesedihan di wajah Osamu.

“Percayalah padaku, Chuuya. Aku benar-benar menyesal. Kita masih berteman kan?” Osamu memegang bahu Chuuya.

“Tidak, Osamu ...” Netra Osamu membulat mendengarkan perkataan itu dari Chuuya, ia melepaskan pegangannya yang ada di bahu Chuuya kemudian menunduk; bersiap untuk pergi dari sana.

“... Kita bukanlah teman. Kita lebih dari itu, kita sahabat.” Chuuya mengembangkan senyum di wajahnya.

Osamu membawa Chuuya ke dalam dekapannya, ia tidak ingin kehilangan sahabatnya lagi karena kebodohannya sendiri. Ia sudah bertobat.

“Oi lepaskan aku bodoh! Bagaimana jika ada orang yang melihat kita?!”

Lelaki bersurai cokelat itu tertawa kemudian melepaskan pelukannya. “He? Sejak kapan kau jadi rentan hati begini Chibi? Lihatlah dirimu, sama sekali tidak bertambah tinggi.”

“Apakah kita sekelas, Osamu?” Chuuya mencoba untuk mengalihkan topik walaupun dalam hati ia sedang mengutuk lelaki yang perbannya semakin banyak saja dibandingkan saat dulu.

Chuuya bertanya itu karena heran, kenapa Osamu bisa masuk ke kelas A padahal reputasi Osamu dulu benar-benar hancur. Padahal, ia sudah bersusah payah belajar dan menjaga reputasinya agar dimasukkan ke dalam kelas A.

“Tentu saja tidak, aku hanya mendatangimu di sini. Aku di kelas E,” jawab Osamu santai.

Sang surai senja ber-oh-ria. Ia cukup lega karena Osamu mendapatkan kelas paling terakhir, Osamu pantas mendapatkannya.

“Baiklah, sampai jumpa saat upacara penerimaan ....” Osamu berlalu meninggalkan dirinya sendiri di depan kelas.

*

“Oi Chibi, apakah kau tidak malu berteman dengan murid kelas E?” Osamu merangkulnya, mereka berjalan menuju lapangan bersama.

“Berhenti memanggilku Chibi, bodoh!” Chuuya protes, “dan apa-apaan pertanyaanmu itu? Tentu saja aku tidak malu, kau adalah sahabatku.”

“Dalam berbagai aspek kita tidak setara, Chuuya.”

Sang surai senja itu tidak fokus mendengarkan perkataan Osamu, sesuatu dari lautan manusia yang ada menarik perhatiannya. Chuuya cukup yakin ia tidak berkhayal ataupun sedang mabuk, yang ia lihat nyata.

“Baiklah sampai jumpa Chibi! Aku akan ke barisan kelasku.” Osamu menepuk pundaknya dan membuatnya tersadar dari lamunan.

Selama upacara berlangsung Chuuya tidak fokus karena itu. Beberapa kali juga ia mencubit ataupun menampar pipinya sendiri untuk memastikan kalau ini bukan hanya bunga tidurnya. Bahkan, Chuuya menyempatkan diri untuk lewat di depan kelas C, ia tidak bisa memastikan itu benar atau hanya salah lihat karena ia hanya lewat.

Jam istirahat berdenting nyaring, tidak banyak yang diajarkan hari itu karena ini baru hari pertama masuk sekolah. Bergegas Chuuya merapikan bukunya kemudian mengunjungi kelas C.

Murid kelas C baru saja keluar dari kelas mereka, membuat Chuuya menghela napasnya lega.

“[Name]?” ujarnya.

Seorang gadis bersurai panjang [hair color] menoleh ke arahnya, matanya membulat dan sebuah senyuman tidak percaya tersungging di wajahnya. Chuuya juga tidak mempercayai matanya sendiri.

“Chuuya!” Gadis itu segera berlari ke arah Chuuya kemudian memeluknya erat. “Tadaima ....”

Sang pria bersurai senja itu membalas pelukannya. “Okaeri, [Name]-chan.”

Chuuya ingin menangis dan berteriak “terima kasih” sekencang-kencangnya kepada dunia. Ia tidak bisa mendeskripsikan betapa senangnya ia hari ini; dipertemukan lagi dengan sahabat-sahabatnya oleh takdir. Kini ia harus berpacu dengan waktu agar semuanya tidak menjadi euforia sementara.

“[Name]-chan, kamu berbeda sekali,” komentar Chuuya sambil melepas pelukannya.

Pipi [Name] bersemu malu. “A-apakah ini aneh? Ka-kamu tidak suka ya, Chuuya?”

Chuuya terkekeh pelan melihat perubahan drastis sahabatnya. Gadis itu menjadi feminin. “Ayolah, [Name]-chan, bukankah kamu yang dulu memberitahuku agar berpakaian sesuai yang kamu mau?”

“Ahaha! Kamu benar! Kalau begitu ayo kita ke kantin sekarang, rayakan pertemuan kita ini!” [Name] mengaitkan lengannya dengan lengan Chuuya kemudian menarik si surai senja itu menuju kantin sekolah.

Suasana di kantin ramai namun untunglah mereka mendapatkan tempat duduk di pojok. Chuuya bersikeras kepada [Name] agar tidak usah mentraktirnya namun wajah memelas [Name] membuatnya tidak tega, Chuuya mengalah.

Lelaki itu terdiam, memikirkan cara agar menyatukan mereka kembali bersahabat. Masalah itu bagai duri dalam daging Chuuya.

“[N-name]?” suara yang dikenal Chuuya terdengar bergetar membuat Chuuya mendongak ke arah datangnya suara.

Sesuai dugaannya pemilik suara itu adalah Osamu, wajahnya berubah dari terkejut menjadi marah. Tanpa berkata satu patah kata lagi, Osamu mengambil langkah seribu meninggalkan mereka berdua.

Chuuya menoleh ke arah [Name], gadis itu mengepalkan tangannya dan menundukkan kepalanya. Hendak Chuuya memegang pundaknya namun sang gadis berdiri dan angkat kaki dari sana tanpa menghabiskan makanannya tapi tentunya sudah membayar.

Hati Chuuya terasa nyeri memahami bagaimana keadaan persahabatan mereka sekarang. Dengan tidak niat, ia meninggalkan kantin dan berusaha menyusul salah satu dari mereka. Chuuya belum menyerah.

“Ah, Nakahara-san.”

Merasa terpanggil, Chuuya berhenti kemudian menoleh. Ternyata itu adalah Kunikida Doppo, ketua kelasnya.

“Ya? Ada apa Kunikida-san?” Chuuya berusaha untuk kalem saja namun sebenarnya ia sedang resah.

Kunikida Doppo memberikan pria bersurai senja itu sebuah selebaran. Selebaran tentang acara unjuk bakat yang diselenggarakan Port Mafia di sekolahnya. Kini Chuuya merasa semak hati, ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu karena Port Mafia memang terkenal karena banyak artisnya yang sukses namun ia juga mau persahabatannya kembali seperti semula.

“Kau terlihat gelagapan Nakahara-san. Tenanglah, pendaftarannya terakhir akhir pekan ini.”

Sang empunya nama hanya menangguk mengerti, melihat itu sang ketua kelas meninggalkannya sendiri.

Chuuya meletakkan selebaran itu pada kantongnya, ia berjalan santai kembali ke kelas karena lonceng sudah berbunyi. Akan kuselesaikan perselisihan ini sebelum akhir pekan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro