Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

The First Fragment

Seorang anak kecil bermarga Nakahara itu menahan rasa sakit yang diterimanya dari beberapa anak-anak lainnya yang dari tadi merundung dirinya. Entah itu pukulan ataupun nistaan, anak lelaki itu tidak melawan mereka ia. Ia sadar dengan kekuatannya, ia tidak sekuat mereka dan ia sendirian.

"Yang benar saja inikah Nakahara Chuuya? Lemah sekali!"

"Ahaha! Pendek! Jangan berteman dengan kami lagi!"

"Kamu tidak pantas untuk hidup di dunia!"

"Dasar aneh! Menyanyi itu hanya untuk bencong!"

Ya benar, hal yang Nakahara Chuuya sukai yang membuatnya dirundung seperti ini. Ia suka bernyanyi, namun teman-teman palsunya itu tidak menyukainya. Netra akuamarin anak lelaki tidak tahan lagi untuk mengeluarkan air matanya.

"Lihatlah! Dia menangis."

Tawa mereka yang merundungnya itu pecah dan ejekan yang keluar dari mulut kasar mereka semakin menjadi-jadi.

"Oi! Carilah lawan yang sebanding dengan kalian!" Suara itu berasal dari seorang anak lelaki dengan surai cokelat yang tangan kanannya dililit dengan perban, di belakangnya ada anak lain dengan mahkota [hair color] yang tampak mendukungnya.

Perundung itu memandang mereka dengan takut, tanpa mengatakan apa pun lagi mereka langsung pergi meninggalkan Nakahara Chuuya dengan kedua orang yang lumayan aneh itu.

Anak dengan surai [hair color] tadi mendekat ke arah Chuuya kemudian memastikan bahwa lelaki itu baik-baik saja. "Kamu tidak apa-apa kan?"

Tentu saja Chuuya masih merasa takut, ia tidak ingin lagi mempercayai orang-orang yang baru mereka kenal. "Caci saja lagi aku!" katanya dengan kedua tangan yang menutupi kepalanya.

"Perkenalkan namaku [Surname][Name]! Jangan takut, aku dan Osamu-chan di sini untuk membantumu," anak dengan mahkota [hair color]—[Name]—mengulurkan tangannya kepada Chuuya.

Dengan takut Chuuya membuka matanya kemudian membalas uluran tangan [Name]. "Nakahara Chuuya. Terima kasih sudah membantuku."

"Salam kenal Nakahara-san, aku Dazai Osamu!" anak lelaki dengan perban itu ikut mendekat ke arah Chuuya kemudian tersenyum.

Suasana menjadi hening; Chuuya menahan sakit yang dihasilkan lebam-lebamnya. Netra [Name] berkedip dua kali tersadar dengan keadaan Nakahara Chuuya sekarang.

"Ayo Osamu-chan, bantu aku untuk membawa Nakahara-san ke rumahku agar lukanya bisa diobati!" perintahnya sambil membopong Chuuya.

Chuuya tidak melawan. Ia tidak meragukan kalau mereka berdua adalah orang-orang yang baik, dua malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk menjadi sahabatnya.

Sesampai di kediaman [Name], kedua orang tua [Name] sangat cemas ketika melihat keadaan Chuuya. [Name] dan Osamu menceritakan bagaimana mereka bertemu dengan Chuuya kemudian menolongnya sedangkan Chuuya sendiri juga menceritakan bagaimana ia bisa berakhir disana.

"T-terima kasih, Tuan dan Nyonya [Surname]," kata Chuuya pelan.

Ibu dan ayah [Name] membalasnya dengan senyuman kemudian meninggalkan ketiga anak itu di teras rumah karena sudah selesai mereka mengobati semua luka fisik milik Chuuya.

"Dasar mereka, semakin berbuat ulah saja," Osamu mengepalkan tangannya kesal.

[Name] menahan Osamu agar macannya tidak keluar. "Kita harus rajin berkeliling lagi Osamu-chan! Mungkin lama-kelamaan mereka akan bosan juga merundung anak kelas 2 dan 1."

"Sebenarnya, kalian siapa? Apa hubungannya dengan mereka?" Chuuya yang dari tadi hanya menonton memberanikan diri untuk lebih banyak mengenal mereka.

Mereka berdua menoleh ke arah Chuuya. [Name] tersenyum manis dan mulai berbicara. "Osamu-chan dan aku pernah mengalahkan mereka karena itulah mereka takut pada kami. "

Osamu menyilangkan kedua tangannya di dadanya dengan bangga.

"Sedangkan mereka sendiri adalah anak kelas 3 dari SD kami, mereka terkenal karena mereka adalah perundung di sekolah dan di sekitar sini jadi berhati-hatilah," terang [Name] kepada Chuuya.

"Kalau tidak salah tadi kau bercerita, kau juga dari sekolah yang sama dengan kami kan Nakahara-san?" Osamu bertanya untuk memastikan.

Chuuya menangguk. "Aku dari kelas 1-C, bagaimana dengan kalian?"

[Name] antusias. "Wah! Kami dari kelas 1-B! Pantas saja mukamu nampak familier Nakahara-san!"

Obrolan mereka terus berlanjut sampai matahari mulai tenggelam di barat. Sejak saat itu mereka menjadi sering bertemu dan menjadi sahabat. Chuuya masih ingat dengan jelas dengan kejadian itu dan masih ingat bagaimana terkejutnya ia ketika tahu ternyata [Name] adalah perempuan.

Bagaimana tidak? Rambut [Name] benar-benar pendek sehingga mirip dengan lelaki, gadis itu tomboinya bukan main. Sekolah mereka malahan mengizinkan [Name] menggunakan celana sebagai seragam.

Lonceng sekolah berdentang menandakan waktunya pulang sekolah. Kini mereka bertiga sudah duduk di kelas 1 SMP dengan hubungan yang sudah hampir bercerai-berai.

Chuuya bergegas ke taman sekolah dan melihat Osamu dan [Name] yang lagi-lagi beradu mulut. Geng milik Osamu yang beranggotakan Edogawa Ranpo dan Nakajima Atsushi di sana melihat mereka dengan tatapan bingung.

"Osamu-chan! Apakah kau tidak ingat bagaimana kita dulu? Kau ingin membela orang-orang yang lemah, namun lihatlah dirimu sekarang!" Chuuya melihat [Name] yang menahan tangisannya.

Osamu hanya mendecih. "Aku tidak peduli dengan itu sekarang itu hanyalah masa lalu. Rasanya mempunyai dominasi  itu sangatlah nikmat."

Chuuya mendekat ke arah mereka sambil mengepalkan tangannya, ingin rasanya ia meninju Osamu sekarang juga karena sudah membuat [Name] begini padahal Osamu dan [Name] sudah berteman sejak lama bahkan sebelum bertemu dengan Chuuya.

Melihat kedatangan Chuuya, Osamu berlalu pergi meninggalkan kedua sahabatnya diikuti oleh antek-anteknya; Ranpo dan Atsushi yang linglung lantaran tidak paham dengan apa yang terjadi.

Lelaki itu memeluk [Name] kemudian mengelus mahkotanya yang sama pendeknya seperti saat mereka masih kanak-kanak. [Name] menangis di pelukan Chuuya karena tidak berhasil membawa Osamu kembali kepada mereka. Gadis itu sudah kehilangan harapannya.

Osamu sudah di butakan oleh asmara. Satu-satunya alasan Osamu menjadi perundung adalah agar cinta-nya terbalas.

Tangisan [Name] berhenti. "Nee, Chuuya-chan maukah kau menemaniku ke festival nanti malam?"

Si surai senja itu menghela napas lega, syukurlah ada yang mengajaknya ke festival nanti malam. "Baiklah."

[Name] melepas pelukannya kemudian tersenyum lemah, senyum itu membuat hati Chuuya teriris. "Sampai jumpa di festival," katanya kemudian berlalu meninggalkan Chuuya bagaikan perdebatannya dengan Osamu tadi tidak terjadi.

Angin semilir bertiup seperti tahu apa perasaan Chuuya sekarang, lelaki itu menghela napasnya kasar karena frustrasi. Persahabatannya sudah retak karena Osamu mengejar orang yang salah. Sikap dan perilaku Osamu benar-benar berputar 360°.

"Osamu, sadarlah kalau orang yang kau kejar itu tidak baik untukmu."

*

Chuuya mengedipkan matanya dua kali ketika tersadar sesuatu yang janggal, gadis itu tidak memakai yukata kali ini. Mereka sudah ada di atas bukit untuk menunggu kembang apinya diluncurkan.

"Tumben sekali tidak memakai yukata [Name]-chan," kata Chuuya mencoba untuk memecah keheningan mereka.

[Name] tertawa kecil. "Kita sudah dari tadi menikmati festival dan baru sekarang kau menyadarinya?"

Chuuya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Habisnya, aku tadi fokus menikmati festival bukan fokus kepadamu."

Gadis itu menghela napasnya berat kemudian berbaring di rerumputan, Chuuya berpikir bahwa kejadian itu masih mengganjal di pikiran sang gadis jadi ia ikut berbaring.

"Nee, jangan dipikirkan lagi. Walaupun aku sangat ingin memukul kutu sialan itu tetap saja kita harus memberikan Osamu waktu untuk sadar."

[Name] menoleh ke arah Chuuya. "Aku tahu tapi ...," gadis itu memberikan jeda pada ucapannya, "aku akan pindah ke Korea besok...." lirihnya pelan.

Netra akuamarin Chuuya membulat diiringi dengan kembang api yang mulai beterbangan dan menghiasi dirgantara malam. Rasa sakit menabraknya dari arah yang tidak ia duga, Chuuya sudah berusaha untuk berpikir positif kalau hanya Osamu masalah mereka kali ini namun ternyata kenyataannya memang getir.

Kembang api berhenti, gadis itu mengubah posisinya menjadi berdiri. "Maafkan aku Chuuya, ini sangat tiba-tiba namun ayahku dipindahkan ke kantor di Korea secara mendadak."

Chuuya menutup wajahnya dengan topi fedora yang ia kenakan. "Aku paham, akan kusampaikan kepada Osamu-kun jika kau mau."

"Baiklah. Terima kasih, Chuuya."

Gadis itu meninggalkan Chuuya sendiri. Pikiran dan perasaannya dicampur aduk sekarang, mereka benar-benar bergelut di dalam atma Chuuya. Pria itu merasakan keputusasaan yang sama seperti saat ia dirundung dulu.

Perkataan Osamu tentang masa lalu itu lewat dikepalanya.

Mungkin Osamu akurat kalau itu semua hanya masa lalu akan tetapi jika ada kesempatan akan kuperbaiki persahabatan kita yang sedang kusut ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro