PIM PT.3
"Adrian angkat telponnya please nanti gue beliin yupi please," ini sudah ke berapa kalinya Charles menelpon Adrian dengan skenario yang sama - embel-embel beliin yupi.
"Kenapa sih kita nggak ke IC aja daripada kita nelponin Adrian kayak orang bingung?" Senja menyesap teh manis hangatnya.
Ya mereka akhirnya kembali ke Fish 'n Co. untuk duduk dan menelpon Adrian.
"Ya lo bayangin Nja, Adrian, gede, tinggi, bongsor, umur 17 tahun, ilang di mall?" Arjuna berusaha untuk menjelaskan letak keanehan yang terjadi.
"Ni anak pasti lagi di Gramedia nyari buku," Gilang menekan kontak 'Dik Adri' dan meletakkan ponselnya di telinga. "Nggak di angkat," ujar Gilang.
"Demi Tuhan nggak lucu banget anjir keilangan anak bongsor di mall kayak gini," Charles misuh-misuh. "Adri lo jangan diculik dong nanti gue main PUBG sama siapa 😭," Charles kembali duduk, dari semua orang hanya Charles yang nggak bisa diam dan terus-terusan berdiri dan duduk dan terus seperti itu. Seperti kehilangan sesuatu yang sangat penting.
----
"Isyana,"
Adrian menggumam saat seorang gadis mendekati shinta yang kini tertidur lelap di pangkuan Adrian.
"Shinta, ya Allah dek kamu kemana aj– bobok...." gadis berambut pendek itu berhenti didepan Shinta, ia perlahan mengambil alih adiknya.
"Euhm..." Adrian menggaruk tengkuknya, "dia nangis tadi, kenceng banget," Adrian menunjuk Shinta. "Gue takut dia kenapa-napa gue bawa ke information center aja," Adrian menunjuk meja information center.
"Ah, makasih," Isyana mengangguk dan tersenyum.
"Dia bilang takut sama ibunya,"
Isyana membeku.
"Aku nggak tahu masalah kalian apa, tapi coba ajak bicara Shinta, atau paling nggak tenangin dia,"
Isyana menghembuskan napasnya, "orang tua kita dalam ambang perceraian, dan... Shinta bukan anak mamah,"
Adrian terdiam, dia berdeham, "A..Ah... Sorry, gue nggak tahu,"
Isyana mengangguk, "nggak papa, makasih banget udah bantuin Shinta, gue tadi panik banget takut dia kenapa-napa," ucap Isyana dengan nada bergetar, "dia satu-satunya yang gue punya," gadis itu memandang adiknya dalam diam.
Adrian begitu canggung hingga tidak tahu harus bicara apa.
"Ah, kamu udah makan? Aku traktir yah?" Isyana menunjuk kebelakang mengisyaratkan bahwa dirinya hendak mengajak Adrian untuk mencari sesuatu untuk dimakan.
Adrian dengan cepat menggeleng, "nggak, nggak usah, gue udah ada janji sama abang-abang gue..."
Isyana terlihat paham, ia mengangguk-angguk, "ah, ini, hubungin gue aja, gue kerja di dekat sini, nanti kalau ketemu telpon aja ya?" Isyana mengeluarkan business card dia. "Gue harus traktir lo," Isyana tersenyum sumringah menampilkan raut polosnya.
"Sampai nanti ketemu Adrian!"
Adrian hanya dapat memandang punggung Isyana dalam diam, bingung harus bagaimana.
Isyana Budi Atmoko.
Adrian menghembuskan napasnya sembari menaruh kartu itu kedalam kantung celananya.
"Kepada Adrian, Kepada Adrian Putra Handoko dari Kuningan,"
Adrian celingak celinguk, kenapa namanya dipanggil?
OIYA ABANG-ABANGNYA?!!!!!!
***
"Siapa mas namanya?"
"Adrian, A D R I A N Handoko,"
Arjuna mengeja nama Adrian sedangkan disebelahnya Charles sudah merengut sebal.
"Bodoh, nggak bakalan gue ajak mabar liat aja," Charles merajuk, Samudera tersenyum faham sembari mengelus kepala adik termuda itu.
Senja dapat melihat sosok Adrian dari kejauhan, "woy itu?"
Adrian berjalan cepat kearah abang-abangnya.
"GILA LO KEMANA AJA SIH KOTAK SUSU??????" Gilang beranjak dari duduknya dan berjalan kearah Adrian.
"Bang ㅠㅠ Gue ngurus anak ilang tadi ㅠㅠ" Adrian merengek sembari memegang pundak Gilang.
"Tapi hape lo dinyalain dong, KAN GUE KHAWATIR?!?!" Charles mulai misuh misuh sembari menunjuk ponsel Adrian ditangan.
"Demi Tuhan dri gue kira lo di colong– maksud gue lo di culik anjir?" Senja memandang Adrian dengan tatapan kesal.
"Ini tuh lebih complicated bang, lo harus tahu!!!" Adrian nggak mau kalah, Arjuna menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum meminta maaf kepada mbak-mbak information center dengan memberi senyum handalan dia sebelum akhirnya berjalan menuju teman-temannya itu.
"Aku hampir telpon bunda tau?" Yoga memandang Adrian, "abang nggak mau gini lagi, kalau lo yang ilang kita yang bakalan bingung harus gimana,"
Adrian menundukan kepalanya, "maaf bang,"
Samudra mendekati Adrian dan memeluknya, menepuk kepala adik bungsunya itu. "Udah-udah, abang-abang begini juga karena khawatir sama lo dri..."
Adri mengangguk
"Udah, udah kelar kan masalah bayi gede hilang?" Gilang memasukan ponselnya kedalam kantung celana, "sekarang kita makan, demi Tuhan gue laper banget,"
Adrian mengerucutkan bibirnya, "pasti abang masih marah ama gue.."
Senja mendekati Adrian ,"apasih dri, nggak kok, kita khawatir aja,"
"IYA GUE MARAH, MAMPUS LO NGGAK GUE AJA MABAR BESOK!" Charles mengerling kesal, Adrian mencubit pipi Charles, "alah speak najis,"
"Paling ntar dua jam lagi ngajak gue maen," Adrian merangkul Charles, "jangan marah lah, kalau bukan sama gue lo mabar sama siapa?"
Arjuna tertawa kecil melihst kedua adiknya itu saling merajuk satu dengan lainnya.
"Yaudah, ayok, makan, habis itu cari sepatu, please sepatu gue ilang di airport kemarin, nggak ke bawa ke bagasi ㅠㅠ," Yoga merangkul Charles dan Adrian, "ayok gue traktir!"
"Tapi cuman Adrian sama Charles, yang lain bayar!"
Raut wajah Senja, Arjuna, Samudra dan Gilang langsung berubah.
"Sialan," Gilang misuh-misuh sembari mengikuti Yoga dari belakang yang kini memainkan rambut Adrian yang semakin gondrong.
•••
Halo! Aku kembali! Maaf banget lama TmT adakah yang kangen? Dan aku minta maaf juga kalau alurnya terlaku lembat atau bosenin TmT aku berusaha agar brothershipnya kerasa 🥺 anyways! thank you for reading my not so good story 🥺🥺🥺🥺 happy reading!!!! 💛
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro