Gilang dan Samudra : Mencari Adrian
Gilang melipat jas lab putihnya dan mengeluarkan ponsel dari saku.
"Apa?"
"Lo dimana?"
Gilang menghimpit ponsel diantara telinga dan bahunya, "kampus, kenapa?"
"Adrian kabur,"
Gilang dengan cepat menutup laptop dan memasukannnya kedalam tas.
"Mudra lo nggak lucu kalo bercanda," ujar Gilang berjalan melewati beberapa mahasiswa baru yang menyapanya namun karena kepanikan yang disebabkan oleh Samudra, Gilang hanya berjalan melewati mahasiswa-mahasiswa yang menyapanya tersebut.
"Beneran Lang, ini serius, dia nggak ada semenjak pagi, Arjuna kan lagi nggak di apartemen-"
"Kan udah gue bilang paling nggak ada satu orang yang jagain kenapa malah pada pergi?!"
Gilang dapat merasakan seseorang menarik tangannya. Seketika marahnya reda saat ia melihat Bianka.
"Kamu lupa dompetmu," Bianka menaruh dompet Gilang ditangan pria itu.
"KAK! ADRIAN ILANG!!!"
Gilang menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Adrian kabur?" Bianka memandang Haechan dengan pandangan khawatir.
"Iya," Haechan memasukan dompetnya kedalam saku.
"Kamu mau cari?"
"Ya iyalah Bi, kamu mau ke rumah sakit kan?"
Bianka mengangguk, Haechan menghela napas, "nggak bias anter-"
"Nggak usah! Udah, cari Adrian dulu, okay? Aku cabut, Samudra, titip Adrian ya!"
Gilang memandangi Bianka yang berjalan menjauh.
"Udah track hape Drian?" Gilang kembali fokus dengan ponselnya, ia berjalan menuju parkiran mobil di seberang rumpun.
"Terakhir di kokas, habis itu mati,"
Gilang memasuki mobil.
"Lo dimana sekarang Dra?" pria itu menyalakan mesin mobil.
"Pet Shop, lo bisa kesini nggak? Motor gue dipinjem sama ipar," suara Samudra terdengar grasak-grusuk.
Gilang menurunkan rem tangan mobil, dan menginjak gas.
"Yaudah gue jemput."
***
"Terakhir dimana?"
"Kokas," Samudra memasuki mobil Gilang dan melempar jaket kulitnya kebelakang, kini pria itu hanya memakai kaus sleeveless hitam dan topi hitam.
"Selain di kokas dimana ya," Gilang memutar stir keluar dari parkiran pet shop.
"Coba di mcD sari-"
"Tutup,"
Samudra terdiam.
"Lagian udah gue bilang, jangan tinggalin Adrian sendiri,"
"Tapi dia kan belum tahu keadaan keluarganya Lang?"
"Apapun itu Dra,pasti dianudah tahu, makanya dia kabur," Gilang menghentikan mobilnya di pinggir salah satu ruko di jalan besar menuju kota kasablanka.
"Apapun itu, Arjuna sama Senja udah siap buat kasih tahu, tinggal waktunya aja, tapi mungkin udah ada yang kasih tau, walopun bukan diantara kita," Gilang memandang Samudra. "Kasian Adrian..."
"Kenapa mereka nggak bisa undur aja?"
Gilang menggeleng, "nggak tahu. Ini pasti murni salah paham, "
***
Samudra sudah beberapa kali mengunjungi spot-sot yang dirasa seringkali dijadikan tempat tongkrong Adrian.
"Nggak ada Lang, dia dimana?"
Gilang mengusap wajahnya.
"Gimana kalo ke MTA? atau CP? atau PIM?"
"Dra, tenang,"
"Gimana bisa tenang Lang? Dia anak bontot gimana gue nggak panik?! Semua anak lagi di luar kota sekarang kecuali Arjuna, itupun dia masih ada kelas sampe sore!"
Gilang melepas topinya dan menyisir rambutnya kasar.
"Charles tau ini?"
"Bisa-bisa kita mati kalau dia tahu," Samudra menyenderkan dirinya pada dinding mall.
"Yoga?"
"Lo gila apa? Lo mau bilang apa ke Yoga? Adrian kabur? Kalo nggak kita jadi tempe penyet?" Samudra memandang Gilang dengan kesal.
Sekarang hanya dia, Gilang dan Arjuna, yang berada di Jakarta dan memiliki akses untuk mencari Adrian keseluruh kota.
Senja sedang mengunjungi ibunya di Semarang, Charles sedang di Surabaya dan Yoga sedang ke Medan.
"Nggak mungkin dia di Kemang kan?"
Samudra menoleh dengan cepat.
"Akses ruang bawah tanah?!"
Gilang dan Samudra saling menunjuk satu sama lain. Seperti memecahkan sebuah misteri dari hilangnya potongan puzzle terakhir.
***
Gilang menekan beberapa password sedangkan Samudra membawa beberapa tas belanja berisi minuman soda kesukaan adrian, yupi, dan juga snacks lainnya.
Gilang menghela napas lega saat ia melihat sepatu Adrian bertengger di lemari sepatu samping pintu.
Tak lama kemudian terdengar suara dentuman barang yang dipukul berkali-kali oleh seseorang.
"Paket..." Samudra menaruh satu kaleng soda favorit beserta yupi pink berbentuk hati kesukaan Adrian dipinggiran ring tinju.
"Ah, percuma," Adrian menghentikan pukulannya pada samsak sand bag tinju miliknya. "Akhirnya lo nemuin gue juga bang,"
Gilang tertawa kecil, ia duduk dipinggir ring tinju. "Kita bakalan selalu nemuin lo Dri,"
Adrian memeluk samsak didepannya sembari memejamkan mata.
"Gue kira lo semua lupa sama tempat ini,"
Samudra berdiri dipinggiran ring sembari berkacak pinggang dan tersenyum, "nggak, nggak akan,"
Adrian tersenyum kecil.
"Gue hancur banget ya bang?"
Gilang menatap kedepan.
"Kalo lo hancur, kita semua hancur Dri,"
"Kenapa kalian nyembunyiin ini dari gue sih? Kenapa papih mamih sembunyi juga dari Adrian?"
Adrian berjalan menuju pinggiran, melompati batas, dan turun dari ring tersebut.
"Jahat,"
Samudra hanya dapat memandang Adrian yang kini membuka lilitan di tangannya.
"Kalau mau pisah mah pisah aja, lain kali, nggak usah kasih tau Adrian, bener juga ya, daripada kayak gini, Adrian juga bisa apa?" suara Adrian mulai bergetar.
"Kalau aja Adrian tau dari awal, nggak bakalan Adrian biarin mamih pergi,"
"Mamih nggak pergi Dri, cuman sebentar aja kok-"
"Bang! Lo nggak tahu! Kakak gue sendiri yang bilang! Mama udah nggak dirumah sebulan lalu! Dia baru kasih tahu gue hari ini! Pagi ini! Subuh ini!" Adrian berbalik, memandang Gilang dengan mata merah penuh dengan kekecewaan.
"Buat apa gue ada kalau masalah kayak gini... gue nggak tahu?"
Samudra dengan cepat berjalan kearah Adrian dan membawa anak muda itu kedalam pelukan.
"Pasti bisa Dri, ayo kita balikin mama ke rumah, okay?"
Adrian kini sudah menangis sesenggukan.
"Gimana kalo mama nggak balik?" tanya Adrian disela isak tangisnya. "Gimana? Adrian sama siapa..."
Gilang berdiri dari duduknya. "Ini salah paham, om sama tante salah paham, gue kemarin coba bicara dan minta tolong orang tua gue untuk bicarain masalah ini, kita nggak mungkin ngebiarin ini begitu aja Dri..." Gilang mendekati Adrian dan mengelus pundak pria muda itu.
"Mamih lo ada di salah satu tempat punya keluarga Senja, she is safe now, okay? Kita pasti bicarain ini sebaik mungkin, jangan khawatir?" Samudra mengusap pipi Adrian yang banjir dengan air mata.
"Balikin mamih..." cicit Adrian, ia menunduk menahan isakan yang terus keluar.
"Pasti, kita pasti bawa mama lo balik," Samudra menepuk-nepuk punggung Adrian.
"Udah, jangan nangis lagi, ini yupi sekardus, semua buat lo, jangan nangis lagi ya?"
"IH BANG GILANG!"
***
"Pih, tolonglah bicara baik-baik sama mamih, kalo gini adanya ya nggak bakalan bisa akur?" Adrian berdiri disamping kolam renang, sedangkan Gilang dan Samudra sibuk nyomotin kripik kentang yang mereka beli barusan diseberang kolam renang.
"Ya maksud Adrian, bawa mamih pulang, jelasin atuh semuanya, kalo salah paham begini, terus gimana, jadinya? Atau papih kesana? Atau Adrian yang kesana? Papih yang milih, Adrian yang jalanin,"
Gilang memberi semangat Adrian dari seberang kolam renang, dimana ia langsung ditoyor oleh Samudra.
"Gila lo, anak lagi bicara sama bokapnya lo ganggu!" bisik Samudra.
"Biar semangat atuh si Adriannya Dra, ini teh butuh motivasi!" jelas Gilang, yang dibalas oleh gelengan Samudra.
"Ya jelas pih, kakak sekarang lagi di Korea nggak bisa pulang dulu, kalau emang papih takut mending Adrian aja yang datengin mamih, cerita kalau semua cuman salah paham.. This is so frustating pih, it was a misunderstand and mamih chose to not to tell me about this? Jadi teh kemarin si mami SPA SPA an di vilanya keluarga Senja? Atuh Adrian teh tau gitu nyamperin mamih..." Adrian kini sudah duduk dipinggir kolam sembari memainkan air dengan kakinya.
"Yaudah atuh pih, IH, jelasin atuh ke mamih, kemarin teh beli ini, beli itu, beli semua nya itu teh buat mamih, tapi nanya nya ke tante Citra gitu, ya Tuhan... tau gini teh palih mending nanya ke Adrian..." Adrian menepuk jidatnya.
"Nah kan.. sebulan nggak ada mamih papih bingung kan harus apa.... Udah ih besok cus ke bogor, Adrian anter! Udah ah Adrian mau makan seblak, papih jangan lupa besok pagi udah harus siap, okay?" Adrian lalu menutup telpon dan memandang dua abangnya yang kini tengah menonton dirinya berbicara dengan sang ayah.
"Papih mah gitu, nanya hadiah anniversary pernikahan sama mamih ke tante Citra, udah tau mamih teh nggak suka sama tante Citra..."
"Kok sunda lo keluar si Dri?" tanya Gilang tanpa dosa.
"IH BANG GILANG ADRI KAN LAGI CERITA!!!!!!"
"Yaudah hayuk ih cerita! Abang teh cuman nanya atuh jangan ngambek... Yaudah hayuk sini atuh masuk cerita," Gilang beranjak dari duduknya.
"Gausah Dri, cerita aja sama mas Mudra sini, daripada sama Gilang. Sini sama mas Mudra tadi mas yang beliin yupi loh!"
"SAMUDRA GANESHA!!!" teriakan Gilang menggema dari dapur dalam, membuat Samudra tertawa puas.
Perlahan Adrian tersenyum kecil.
Sungguh beruntung ia punya sahabat seperti abang-abangnya ini.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro