Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 08 - Balikin!


Nayo menatap amplop putih dengan senyum bahagia. Sudah dua minggu setelah kejadian ia menghabiskan uang hanya karena melihat perempuan dipandang dengan tatapan lapar, kini Nayo dapat membayar dengan tepat waktu.

"Nauval, besok datang lebih pagi ya, ada pesanan banyak besok." Kata orang itu dengan senyum simpul.

Menoleh ke belakang, ia mengangguk lalu memasukkan amplop kedalam tas nya. "Siap, Bu! Nanti Nauval datang lebih pagi," jawabnya semangat.

"Nah bagus, jangan kapok bantu-bantu disini ya,"

"Nggak kapok Bu, malah seneng bisa bantu Ibu disini."

Tersenyum lembut, orang itu menepuk kepala Nayo beberapa kali lalu memberikan sebuah plastik berwarna putih yang berisi kertas nasi khas dan satu plastik besar teh hangat.

"Buat kamu, tadi Ibu perhatiin kamu belum makan,"

Menerima plastik, Nayo tersenyum haru, namun ia tutupi dengan cengiran khas yang menampilkan deretan gigi putih dan rapih, membuat orang itu gemas lalu mencubit kedua pipi Nayo.

"Makasih Buu." Ujar Nayo.

"Iya sama-sama, hati-hati di jalan ya Nak.”

Mengangguk, Nayo berbalik badan lalu pergi meninggalkan rumah makan padang, tempat dimana ia bekerja sambilan selain bekerja di toko buku. Dua Minggu yang lalu, Nayo bertanya pada Ibu nya tentang pekerjaan, lalu Ibunya menyarankan untuk bekerja dirumah makan padang karena mereka sedang mencari orang untuk mencuci piring.

Tersenyum simpul, Nayo mengangkat plastik yang ada di tangan lalu tercium masakan khas padang beserta wangi teh yang tercium kuat karena dibuat dengan racikan khusus di tempat makan itu.

"Lapar," gumamnya.

Ponsel nya bergetar di dalam saku celana. Mengambil ponsel, Nayo melihat satu pesan yang di kirim kan oleh Kirov. Berhenti berjalan, Nayo membuka pesan, Nayo membaca dengan dahi yang mengerut.

Kirov : Yo, lo udh dpt kerjaan baru?

Terdiam sejenak, Nayo ragu untuk membalas pesan yang dikirim kan oleh Kirov. Jika ia balas kemungkinan besar Kirov akan menyuruhnya untuk berhenti bekerja di rumah makan padang dan took buku, lalu bekerja di perusahaan Ayahnya Kirov sebagai penyiap bahan rapat.

Menggaruk pelipis, Nayo memilih untuk menutup pesan itu lalu memasukkan nya kedalam kantung celana. Dalam benak, ia berpikir, mana ada penyiap bahan rapat? Pasti itu cuma akal-akalan si idung aja pasti! Kalau yang nyiapin kayak gitu bukannya asisten Bapaknya idung? Ngapa jadi gue? Nanti kalau gue kerjaan sekertarisnya makan gaji buta.

Tanpa ia sadari, ia sudah berjalan terlalu jauh selama menunggu angkutan yang lewat, melihat angkutan yang mengarah ke tempat bekerja nya, Nayo menghentikan angkutan tersebut lalu masuk kedalam.

Baru Nayo meletakkan pantatnya diatas kursi penumpang, ponsel nya kembali bergetar berulang kali, membuat ia mendengus kesal. Karena kakinya yang panjang dan sulitnya mengambil ponsel dalam posisi duduk di dalam angkutan, Nayo meluruskan kaki kanannya lalu mengambil ponselnya kembali.

Dahirnya mengerut samar, air mukanya berubah menjadi tidak suka. Ia membaca tiga pengirim pesan, pertama Kirov, lalu Rama, dan Jasmine. Terlebih saat melihat pesan dari satu Kakak kelasnya yang mengirimkan pesan padanya.

Kan, dapet darimana coba dia nomor gue? Pikir nya.

Membuka pesan dari Kirov, Nayo membaca pesan itu dengan pandangan datar.

Kirov : anjrit, dibaca doang.
Kirov : gue tanya serius njiirrr, lo udh dpt kerjaan baru?

Narmada : mangape si? Sibuk aja anjir.

Membuka pesan dari Jasmine, Nayo makin menatap datar pesan yang menurut nya sangat amat tidak penting itu.

Jasmine : Nayooo, ini aku Jasmine.

Mengetik pesan balasan, Nayo melihat sebuah toko buku yang letaknya tidak terlalu jauh dari mall utama. Menghentikan angkutan, Nayo mengeluarkan uang lalu membayar angkutan, kemudian keluar dari dalam angkutan.

Nayo membaca pesan balasan yang dikirim kan oleh Kakak kelasnya, Jasmine.

Narmada : salkir bos?

Jasmine : eh? Ini bukan Nauval Wahyu Saputro?

Narmada : bkn.

Masuk kedalam toko buku dengan bahu yang mendorong pintu kaca, Ibu jarinya beralih membuka pesan yang dikirim kan oleh Rama, dahi nya mengerut saat membaca pesan yabg dikirim kan oleh Rama.

Bangiran : yo, ada yang ngirim paket buat lo.
Bangiran : tapi paketnya warna merah
Bangiran : lo beli apa?

Narmada : buka aje bang, kalo penasaran. Gue nggk pernah beli onlen soale.

[ ... ]

Rama menatap lama paket berwarna merah tersebut, dahinya mengerut saat bertanya pada kurir saat ia tidak mendapatkan jawaban pasti, sampai membuatnya penasaran setengah mati.

Dikotak tersebut juga tidak ada alamat pengirim atau apapun yang bisa membuat Rama semakin ketakutan sekaligus bingung.

Meletakkan paket diatas meja dengan hati-hati, Rama mengangkat kursi besi lalu meletakkan di depan meja, karena telah mendapatkan persetujuan maka ia akan membuka paket itu, ia berharap itu bukan bom atau boneka santet ang dikirim kan oleh para perempuan yang menyukai Nayo.

Bagaimana ia bisa tahu? Nayo selalu curhat pada Rama saat mendapatkan hal-hal aneh dalam bentuk paket maupun langsung saat bertatap muka. Menarik napas lalu menghembuskan, tangan Rama maju kedepan dan tidak menemukan pisau atau cutter untuk membuka solasi kardus.

"Gue ambil kater dulu lah," ujarnya lalu mendorong ke belakang kursi besi menggunakan belakang paha.

[ ... ]

Kirov membenarkan letak kacamata nya menggunakan punggung jari telunjuk. Beberapa kali juga ia terlihat memijit pangkal hidung saat setelah melepas kacamata. Rasanya penat, sungguh! Pikir nya begitu.

Saat membaca pesan balasan Nayo, Kirov benar-benar dikuasai rasa amarah yang kuat, entah karena hal apa. Ia berpikir, jika Nayo benar-benar menyepelekan dirinya, tetapi saat kepalanya sudah dingin, ia tahu mengapa sahabatnya itu enggan menerima pertolongannya.

Tentu saja, ia ingat benar ucapan Nayo saat semua orang pergi meninggalkan sahabatnya itu. Kedua matanya reflek terpejam saat mengingat potongan kisah disore itu.

Bagaikan film hitam putih, potongan ingatan sore itu seolah membenturkan wajah Kirov pada dinding.

"Nauval," panggil Kirov lirih.

Seolah mempertambah suasana kehilangan, human yang sebelumnya hanya rintik-rintik halus kini berubah semakin deras, membasahi tubuh Nayo yang masih bertumpu menggunakan kedua lutut.

"Menurut lo gue harus apa Ov?"

"Lo harus pulang, hujan makin deras Val!"

"Bukan itu," sebelah kakinya memijak keatas tanah, tangan kanan bertumpu pada lutut berusaha menegapkan tubuh yang semakin berat karena seragamnya terkena air hujan. "Jangan pernah tolongin gue Ov, bahkan kalau gue mohon-mohon sama lo." setelah mengatakan itu, Nayo terdiam sesaat. Menoleh melalui bahu, Nayo tersenyum kecil. "Mulai sekarang panggil Nayo aja Ov, gue nggak mau punya hutang budi, jadi gue nggak mau ditolong sama lo, keluarga lo sudah terlalu banyak membantu gue." Nayo pergi berlari meninggalkan Kirov yang mengulurkan tangan kedepan saat hendak menyentuh bahu sahabatnya itu.

Ingatan itu buyar saat mendengar suara ketikan pada pintu hati berwarna cokelat, menoleh kearah pintu, Kirov beranjak dari tempat duduk lalu menghampiri pintu dan membuka nya.

Tubuhnya mematung, ia melihat Dandy dan Jasmine berada di depan ruang kerjanya, bahkan Fhiqar berada di belakang keduanya tengah berfokus pada ponsel. Mengerutkan dahi samar, Kirov melirik sekilas kearah Dandy yang menggelengkan kepala seolah mengatakan jika bukan ia yang mengajak kakak kelasnya untuk datang. Menunjuk Fhiqar menggunakan ibu jari, Dandy melirik kearah Fhiqar membuat Kirov menghembuskan napas berat.

Membuka pintu lebar, Kirov memiringkan tubuhnya di sebelah pintu, memberikan ketiganya akses untuk masuk kedalam. Namun, belum Fhiqar masuk kedalam, tangannya sudah terlebih dahulu di tahan oleh Kirov lalu menyeret temannya itu menjauh dari ruang kerjanya setelah ia mengatakan akan kembali setelah membeli makanan.

Pintu tertutup dari luar, Kirov melepas pegangan pada Fhiqar yang kini menatap kearahnya dengan tatapan datar.

"Maksud lo apa?" tanya Kirov dingin.

"Nggak ada maksud."

Menyimpan ponsel kedalam saku celana, Fhiqar tersenyum misterius. "Gue hanya menikmati permainan," menepuk bahu Kirov beberapa kali, ia mencondongkan wajahnya sedikit kedepan, tepat di sebelah telinga Kirov. "Coba tembak apa yang Nauval lakuin kalau selama ini lo bantu dia dengan kasih kerjaan di toko buku?"

Tubuh Kirov membeku, alisnya menukik tajam bersamaan dengan tangan yang terkepal erat. Menyadari hal itu, Fhiqar menunjukkan senyum kemenangan lalu pergi meninggalkan Kirov seorang diri, masuk kedalam ruang kerja temannya itu.

***
Rama menunggu di teras dengan berjalan mondar mandir, seharusnya data ini ia mengerjakan komik yang hampir deadline, tetapi tidak bisa, ia sedang memikirkan Nayo.

Menggigit kuku ibu jari, Rama berhenti melangkah saat melihat Nayo yang menunjukkan cengiran di wajahnya dengan tangan yang mengangkat kantung plastik putih dari restoran cepat saji.

"Assalamualaikum! Makan makan hayu bang!" kata Nayo semangat.

Tidak menjawab, Rama menarik tangan Nayo kedalam rumah membuat Nayo tertarik kedepan dengan ujung sepatu yang berada di belakang rumit, berusaha membuka sepatu secepat mungkin.

"Kenapasih bang?" tanya Nayo saat mereka berdua sudah masuk kedalam kamar. Melepas tas, Nayo duduk diatas tempat tidur Rama dengan dahi yang mengerut dalam.

Rama mengambil kotak lalu meletakkan dengan hati-hati di depan Nayo. "Itu!" Rama menatap Nayo dengan tatapan mengintimidasi. "Lo habisin duit lo buat barang nggak berguna kayak gini?" ucapannya tajam, menusuk. "Gue nggak pernah ajarin lo buat beli barang yang nggak perlu Nayo!"

Tangan Nayo terulur kedepan mengambil isi dari dalam kotak merah. Sudut matanya berkedut, wajahnya terlihat mengeras saat melihat sebuah kertas kecil di yang terselip di dalam laptop berlogo apel yang sudah di gigit.

Membaca kertas sekilas, Nayo meremat kertas itu lalu mengambil ponsel yang ada di dalam tas, untuk menghubungi Kirov. Tidak menunggu lama, telepon nya di angkat oleh Kirov.

"Gue kesana, sekarang." setelah mengatakan itu, Nayo memasukkan kotak kedalam tas punggung lalu pergi dari kamar Rama tanpa penjelasan apapun mengenai barang barang mewah yang ada di dalam kotak.

Nayo mengayuh sepedanya secepat mungkin, udara dingin yang menusuk kulit diabaikan agar cepat sampai dirumah Kirov. Memikirkan sepeda, Nayo masuk kedalam rumah Kirov setelah diizinkan masuk oleh satpam yang menjaga.

Nayo mempercepat langkah kakinya saat melihat Kirov di ambang pintu. Membuka sreting tas kasar, Nayo memberikan kotak berwarna merah kepada Kirov.

"Balikin!" kata Nayo dengan nada berat. "Jangan kasih gue barang kayak gini, gue bersyukur keluarga lo sudah bantu gue banyak setelah mereka .." menghela napas berat, "Terima kasih, tapi gue nggak butuh itu Ov, maaf."

Setelah mengatakan itu, Nayo berbalik badan,meninggalkan Kirov Yang berdiri di depan pintu dengan wajah tidak percaya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro