Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prolog

"Arhel lepas." Aku adalah gadis pecundang yang selalu dibully oleh Arhel si anggota geng NUVA.

Seperti saat ini, dia menyeretku menuju lapangan basket, dia pasti akan mempermalukanku di tempat ini.

"Tangkap" dia melempar bola basket kearahku, dan aku gagal menangkapnya. Dia berulang kali melempar bola itu kearahku, hingga aku terjatuh.

"Dasar lemah" ejeknya sembari tertawa.

Aku berharap bisa lenyap dari sekolah menyebalkan ini. Ku mohon aku ingin menghilang sekarang juga.

"Ayo bangun Navila!" Arhel membentaku, dan aku susah payah berdiri.

"Arhel.." suara itu terdengar jelas digendang telingaku. Itu suara ketua geng Nuva, dia Austin. Pasti dia akan membuatku hancur.

"Ada apa Bang Austin?" tanya Arhel kepada kakak kelasku itu.

"Udah cukup, lo jangan ngebully cewek ini." Austin membelaku? sungguh aku mulai curiga. Masa SMAku begitu buruk, padahal baru dua bulan aku bersekolah di SMA Nuvantus.

"Tapi dia salah Bang, lo tahukan seragam lo basah gara-gara nih cewek numpahin kopi mocacino" Arhel menatapku dengan bengis.

"Dia salah sih, tapi lo harus inget kalau ini lingkungan sekolah. Yak kali lo gebukin anak orang dimari? mau jadi tontonan lo?" Austin menarik Arhel pergi dari lapangan.

Aku berusaha bangkit dan berjalan tertatih-tatih. Kesalahanku hanya sekali, tapi mengap hukumanya berulang kali?.

Aku duduk dipinggiran lapangan dengan mengeluh sakit dibagian kaki dan tangan, baru sebentar kurasakan aman dari terkaman iblis, namun kenyataanya salah.

Kakak kelasku yang seangkatan dengan Austin datang menghampiri. Mereka gadis-gadis cantik yang tergila-gila dengan Austin.

"Wah seneng yak dibelain sama Austin?" tanya Rachel dengan nada menyebalkan.

"Maksud kakak apa?." Tuhan aku berharap tak ada lagi masalah yang menimpaku.

"Gak usah sok polos deh. Lo seneng kan dibelain Austin tadi?" Rachel menjambak rambutku, penderitaan yang menyakitkan.

"Auw, sakit kak" ringisku.

"Oh sakit yak? sini kakak obatin."
Kak Rachel dan teman-temanya menariku menuju gudang penyimpan alat-alat olahraga.

"Kak lepasin" aku memohon, namun Kak Rachel malah mendorongku, lalu mereka mengeluarkan lipstik dari saku mereka, mencoret-coret wajahku, lalu Kak Rachel tak henti-hentinya menamparku.

"Kak, cukup hentikan.." aku memohon padanya, tapi dia malah semakin menjadi-jadi.

Aku disiram dengan air mineral, hingga seragamku basah kuyup.

"Inget Navila Vellansa, lo gak boleh caper sama Austin. Kalau gue liat lo deket-deket sama dia. Gue gak segan-segan melakukan hal yang lebih buruk" Rachel dan teman-temanya keluar dari gudang, namun pintu itu dikunci.

Sial aku terkunci digudang alat olahraga yang gelap, kenapa dari kecil hidupku selalu buruk? dulu Adrian yang membullyku hingga menghilangkan nyawa teman-temanku, dan sekarang? Rachel, Austin dan Arhel adalah tiga manusia yang harus ku hindari.

"Tolong..tolong.." aku tak yakin bila ada orang yang menolongku, sebentar lagi bel masuk berbunyi, pasti tidak ada orang yang akan melewat gudang ini.

"Tolong..." teriakan ku mulai terdengar menyedihkan.

"Gue mohon siapa pun tolong!" Aku menangis dengan terseduh-seduh. Aku berusaha mendobrak pintu ini namun tak bisa. Sungguh penderitaan ini begitu menyakitkan.

Sekitar setengah jam aku menunggu langkah kaki yang lewat, akhirnya aku mendengarnya juga.

"Tolong-tolong" ucapku dengan lantang. Tak lama seseorang bertubuh tinggi membukakan pintu gudang ini, dengan mendobraknya.

"Lo hidupkan?" tanya cowok tinggi itu.

"Iya" aku berusaha untuk berdiri.

"Syukur deh, gue kira lo itu setan yang minta tolong" dia itu bodoh atau bagaimana sih?.

"Gue manusia" aku melihat seragamku yang basah kuyup.

"Lo kenapa nongkrong disini? udah bel loh dari tadi" nih cowok bego banget, aku jelas dikunciin tapi dia nyangka aku nongkrong?.

"Gue dikunciin sama Kak Rachel." Aku menatapnya sendu.

"What? si Rachel berani banget yak?" nih cowok malah muji-muji kak Rachel.

"Hufft, makasih yak lo udah nolongin gue" aku berniat untuk pergi.

"Eh tunggu" cowok itu menyodorkan tanganya.

"Nama gue Serfian Ergivan, nama lo siapa?" tanya cowok tinggi itu.

"Nama gue Navila Vellansa" aku menjabat tanganya.

"Eh nih elap dulu muka lo, banyak lipstik tuh serem" cowok bodoh bernama Serfian itu memberikanku sapu tangan.

"Besok gue balikin ya sapu tangan lo." Aku berniat pergi lagi tapi lenganya mencegahku.

"Jangan lupa dicuciin yah, ngomong-ngomong lo kelas berapa?" tanya Serfian.

"Gue kelas 10 IPS 3" jawabku dengan senyum tipis.

"Wah kelas kita sebelahan dong, gue kelas 10 IPS 2" dia tersenyum tulus.

"Ooh ternyata kita bersebelahan" aku melihatnya yang tengah menatapku dari atas hingga kebawah.

"Baju lo basah" ucapnya.

"Iyah, tadi gue disiram pake air mineral" ucapku dengan sendu.

"Nih pake seragam gue aja" Serfian membuka seragamnya, untungnya dia memakai kaos.

"Gak usah, entar lo pake seragam apa?" aku merasa tidak enak dengan Serfian.

"Santai aja, gue bawa kok didalam tas. Nih Navila" aku pun mengambil seragam kebesaran itu lalu berlari menuju toilet.

"Jangan lupa dicuci yak Navila, besok gue mampir kekelas lo" teriakan Serfian terdengar ditelingaku.

*****

Keesokan harinya, Serfian datang kekelasku dengan raut wajah ceria. Semua orang menatapnya heran, lalu Serfian menariku keluar kelas.

"Seragam sama sapu tanganya belum kering." ucapku langsung to the point.

"Santai aja Navila, gue bukan mau nagih itu kok. Gue mau jadi sahabat lo boleh gak?." Serfian cengengesan, mungkin otaknya agak koslet.

"Gue gak butuh sahabat" aku tidak paham arti persahabatan.

"Yah kalau temen boleh gak?." tanyanya lagi.

"Enggak" aku tersenyum tipis.

"Yaudah deh apa aja, yang penting gue bisa deket sama lo. Boleh kan?" tanyanya lagi.

"Terserah" aku berniat kembali kekelas.

"Navila, nanti jangan lupa yak nontonin gue yang tanding basket" dia berlari kekelasnya dengan raut wajah cengengesan.

Aku pun kembali kekelas dan duduk dikursi paling belakang, namun tak beberapa lama Angela datang menghampiriku.

"Bisa ikut gue bentar?" tanyanya.

"Bisa" aku mengekorinya. Ternyata dia menuju ketoilet cewek.

"Lo gak puas bikin ulah? kemarin Austin sama Arhel. Sekarang lo mau rebut Serfian juga? dasar cewek aneh" Anggela nampak benci denganku, padahal kemarin-kemarin dia tidak seperti ini.

"Gue gak bermaksud merebut siapa pun" aku menatapnya yang tengah mengintrogasiku.

"Jauhi Serfian" Plak.. Anggela menamparku, ini begitu menyakitkan. Tuhan cobaan apa lagi ini?.

Setelah itu Anggela pergi begitu saja, aku pun berlari menuju area belakang sekolah untuk menenangkan diri.

Aku berusaha untuk tidak menangis, namun air mataku mulai menetes dan akhirnya aku menangis dikursi panjang dan berwarna putih ini.

"Tuhan, mengapa engkau melarangku untuk bahagia?." tanyaku sembari menangis.

"Mungkin Tuhan ingin lo kuat dan tegar. Ia ingin nguji hambanya dengan berbagai cobaan." suara itu berasal dari atas pohon jambu.

Cowok berseragam putih abu-abu itu nampak tak asing dipenglihatanku. Dia adalah raja play boy yang sering bermain dengan berbagai wanita di SMA Nuvantus.

"Lo siapa?" aku tak tahu namanya.

"Masa sih lo gak kenal gue? gue ini Nafta Artanfa, cowok paling ganteng diangkatan kelas 10." cowok itu memiliki tingkat percaya diri yang tinggi.

"Oh" aku mengelap sisa-sisa air mataku.

"Ngapain lo nangis?" tanya Nafta.

"Bukan urusan lo" aku tak suka dikasihani.

"Cerita aja kalau lo mau. Gue siap dengerin masalah patah hati dari seorang cewek." Aku tidak patah hati, aku lelah diperlakukan buruk oleh orang-orang.

"Gue sering dibully disekolah ini. Kemarin sama Austin, Arhel dan Rachel. Sekarang sama Anggela, kenapa hidup gue gak adil sih?" Aku termenung dan mulai sedih.

"Austin yang lo maksud tuh, si Bang Austin ketua geng Nuva kan?" tanya Nafta.

"Iyah, dia nyuruh Arhel buat ngebully gue." Aku mulai meneteskan air mata.

"Dasar bajingan, beraninya sama cewek." Nafta nampak kesal.

"Hufft" aku hanya bisa menghembuskan nafas.

"Nama lo siapa?" tanya Nafta.

"Gue Navila Vellansa" jawabku.

"Okey, gue bersumpah bakal jadi ketua geng NUVA. Biar gue ajarin setiap anggotanya cara memperlakukan cewek dengan benar" Nafta pergi begitu saja setelah berucap seperti itu.

*****

Hari berikutnya Nafta dan Serfian bertemu. Mereka nampak saling membenci namun entah mengapa Serfian tersenyum ceria dan merangkul Nafta dengan lebay.

Semenjak itu kami selalu bersama dan menjadi teman yang akrab, namun Arhel dan Austin selalu merusak kebahagianku.

Selain karna Arhel yang membenci Nafta, Austin masih saja dendam denganku. Untungnya cowok bernama Werhan datang disaat yang tepat.

Cowok itu selalu menolongku, saat Arhel akan membawaku keluar kelas. Werhan memang satu-satunya murid yang selalu berusaha menjadi temanku, walau sering kali ku acuhkan.

Seiring berjalanya waktu, Werhan mulai bergabung denganku berserta Serfian dan Nafta. Semua masalah perlahan mulai memudar, walau pun aku masih ragu dengan mereka.

Mereka bertiga selalu menganggapku sahabat, sedangkan aku hanya menganggap mereka mahluk menyebalkan yang selalu menolongku dari Arhel.

Setahun kemudian, saat kami duduk dibangku kelas 11, Arhel mulai kesepian, ia ditinggal oleh Austin yang lulus dari SMA.

Nafta pun mulai masuk geng NUVA, dan berusaha melawan Arhel. Pemenang dari baku hantam itu Nafta, jadi ia berhak menjadi ketua geng NUVA.

Arhel yang awalnya tak terima, mulai mencari kesenangan lain dengan mencalonkan menjadi ketua osis, dan bersaing dengan Werhan. Kala itu yang menang adalah Arhel.

Semenjak itu Arhel mulai dekat dengan kami, entah karna tidak enak dengan Werhan atau hal lainya. Namun sikapnya yang selalu membullyku mulai menghilang. Ia mulai bersikap baik kepadaku.

Hingga kami selalu bersama setiap istirahat, duduk dimeja yang sama berlima. Walaupun kami tidak sekelas, kami tetap akrab.

Hanya Werhan teman sekelasku, hanya Serfian yang menjadi teman pertamaku, hanya Nafta yang membangkitkan kebahagianku, dan hanya Arhel yang melengkapi kami semua.

Nampak indah sekali pertemanan kami, namun dihari itu mulai berubah, semuanya tidak lagi menganggapku teman, bahkan mereka menyukaiku, dan semua mulai menjauh saat dia hadir kedalam hidupku.

Dia adalah cowok yang datang dan mengacak-acak kehidupan burukku yang monoton. Ia mewarnai hari-hariku.

Dia yang menjadi pelangiku, dikala sahabat-sahabatku pergi meninggalkanku.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro