Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3. Dia -Pencapaian 1037 Kata-

~Tiap hari aku t'lah mati karena menantimu.

~Kasih jangan takut, aku telah mencintaimu ribuan tahun.

~Aku akan mencintaimu ribuan tahun lagi.



*

Aku terbangun masih ada didalam kamar mandi dengan air yang terus membanjiri tubuhku. Bagiku tempat yang nyaman itu adalah disini, aku bebas menangis dan tak peduli dengan rasa dingin yang membuatku mengigil.

Lalu ditempat inilah yang aman untuk menangis, tak ada yang sadar bila aku menangis semalaman karna hal sepele.

"Kakak...." aku yakin itu suara adik perempuanku bernama Sakila, yang tengan memanggilku.

"Apa kakak didalam kamar mandi?"tanyanya dari luar kamar mandi.

"Ya" jawabku.

"Ayah menyuruhmu sarapan dimeja makan" ucapnya.

"Aku tidak lapar, nanti aku sarapan disekolah" ucapku

"Baiklah" dia pasti meninggalkan kamarku.

**

Aku turun kelantai bawah berniat langsung pergi sekolah, tapi Ibu menatapku dengan tatapan sinisnya.

"Dibilangin sedikit, diceramahin sedikit, malah menghindar, punya telinga harusnya didengar dan dipatuhi" sindir Ibuku. Dia memang Ibu kandungku, tapi kenapa dia begitu kasar dan menyebalkan?

"Huffft" aku menarik nafas dengan berat, lalu berjalan menuju pintu.

"Aku pergi dulu Bu" ucapku, tapi tak ada jawaban ya sedikit pun.

***

Aku berjalan melewati lorong sekolah yang nampaknya masih sepi. Ku tengok jam tangan, dan jarum jam menunjukan pukul 06:14. Oke suasana yang bagus, aku suka ini.

Saat melewati kelas 10 IPA 3, aku melihat cowok yang tengah terdiam sendirian didalam kelas dengan earphone dikedua telinganya. Kakinya dinaikan keatas meja.

'Anak kelas 10 aja udah belagu kaya gitu, gimana kelas 12?' Batinku, tak lama aku sedikit mengingat sesuatu, wajahnya nampak familiar.

Sepertinya aku pernah melihat cowok itu? Dimana ya? Ah sudahlah, tidak penting. Aku pun melanjutkan perjalannanku ke kelas 11 IPS 1.

Kau tahu kenapa aku memilih jurusan IPS? Di IPS tidak serumit di IPA, lagi pula untuk apa semua rumus fisika dan kimia? Toh cita citaku ingin menjadi seorang penulis, atau pelukis.

Aku sekelas dengan Werhan hampir 2 tahun. Werhan itu terlampau pintar akan semua pelajaran di kelas IPS, sementara aku? Aku tidak sehebat dia.

Nilai ku tak pernah ada yang 100 atau A+. Rata rata B+ atau 85. Itu membuktikan kalau aku tidak pintar dan tidak bodoh.

Dikelas aku tidak punya teman, bagiku mereka musuh dan sainganku. Hanya Werhanlah yang berjuang untuk menjadi temanku, walau aku sering mengacuhkannya.

Aku duduk di meja kedua di barisan kedua. Sepi sekali kelas ini, layaknya kuburan.

Ku buka Handphone ku, ku lihat chat dari Arhel.

- Nav, gua ada diruang osis sama anak anak. Kalau lo bosen dikelas datang aja kesini .-

Aku pun benar benar merasa bosan, akhirnya aku berjalan menuju ruang osis. Disana semua anak osis berkumpul menjadi satu dengan anak anak Famous.

"Eh Nav, gimana suasana hati lo pagi ini?"tanya Nafta sembari merangkulku.

"B aja" ucapku.

Aku dituntun untuk duduk di salah satu kursi yang ditengah tengahnya meja.

"Nav, kaki lo masih sakit?" tanya Werhan.

"Enggak" jawabku.

"Emang kenapa kaki lo Nav?" tanya Serfian.

"Gak apa apa" dustaku.

"Yaellah kebiasaan lo, kalau ada apa apa gak mau ngomong" omel Serfian.

"Dimana Arhel?"tanyaku merubah topik yang membosankan ini.

"Tuh, dia lagi ngobrol sama anak baru" Nafta menunjuk Arhel yang tengah berbincang dengan cowok bertubuh tinggi, mata yang tajam, rambut yang seperti landak.

Karna Nafta baru saja menunjuk cowok itu, akhirnya cowok itu melihat kearah kami. Dan cowok itu menatapku dengan intens sekali, jantungku tiba tiba berdetak cepat.

Tunggu dulu, sepertinya aku pernah melihat cowok itu, tapi dimana ya? Oh iya diakan...

Dia yang ada dikelas 10 IPA 3? Dan dia tuh yang kemarin menolongku di toko buku.

Aku menepuk jidatku, kenapa baru ku ingat sekarang? Dasar aku ini pelupa.

"Siapa sih dia?"ucapku tanpa sadar.

"Dia itu Jefeni Collas, murid pindahan dari SMA Alfansa, saingan SMA Nuvantus. Arhel lagi berusaha mencari tahu rencana dia pindah kesekolah ini" jelas Nafta yang bicara.

"Ha..?" Luar biasa aku bingung sekali.

"HI..HE..HO.." sambung si bego Serfian.

"Gua gak nyangka kalau tuh anak masih kelas 10, dari posturnya kaya anak kelas 12 loh" ucap Werhan.

"Yoi, masa ada anak kelas 10 mukanya sangar kek gitu? Biasanyakan cupu cupu" ucap Serfian.

"Inget Navila Vellansa , lo jangan deket deket sama si kecoa itu" Nafta mulai ceramah.

"Kenapa? Itukan hak gue?" ucapku.

"Dia itu berbahaya, jangan terlalu deket deket entar terjerumus" ucap Werhan.

"Sok tahu banget sih kalian?" ucapku dengan sebal.

"Ah dibilangin susah lo" ucap Serfian.

"Iye kepala batu" sambung Werhan.

"Bukan kepala batu, tapi Navila itu keras kepala.." ucap Nafta. Mereka pun tertawa, lebih tepatnya menertawaiku.

****


Bel berbunyi..

Aku pun berjalan keluar duluan, diikuti Werhan, Serfian, Arhel dan Nafta.

"Duh gue pelajaran kim-kim nih" ucap Nafta.

"Hahaha, dasar anak IPA rusuh banget soal pelajaran" sindir Werhan.

"Ya dong, kan gue mau jadi dokter" ucap Nafta.

"Bagus dong, jadi lo bisa obatin perasaan mantan-mantan lo yang tersakiti" ucap Serfian.

"Dih, mana bisa gue obatin perasaan" jawab Nafta.

"Yaellah gua aja anak IPA masih santai aja, padahal entar dikelas gua ada pelajaran pak botak (si guru fisika)" ucap Arhel.

"Gua anak Mami loh, bukan anak IPA atau IPS!! Masa jurusan bisa lahirin gue? Kan yang rawat gue Mami, jadi Serfian itu anak Mami" ucap si bego Serfian.

"Mami lo dulu ngidam apaan sih? Kok punya anak bego banget?"ucapku sinis.

"Kagak tahulah, itu mah rahasia pabrik" jawab Serfian dengan tawa.

Serfian itu kelas 11 IPS 2, tapi dia malah kelewatan kelas, gara gara ke asikan ngebacot.

"SERFIAN ERGIVAN!" Suara itu terdengar memangil nama Serfian dengan horornya. Itu guru Sosiologi, namanya Ibu Byanca.

"Ya bu" Serfian menoleh dengan takut dan menggigil.

"MAU KEMANA KAMU! KELAS MU-KAN DISINI" bentakkan Ibu Byanca mampu membuat kami berempat lari kocar kacir dan meninggalkan Serfian yang syok setengah tewas.

*****
Sesulit sulitnya kehidupan yang dijalani, bawalah bahagia agar beban kesulitan terasa berkurang.

Kenapa ya, guru kejam itu lebih sering diinget namanya dari pada guru baik dan lemah lembut?

Terbukti loh, aku lebih hafal nama-nama guru kejam, yang mengajariku di masa lalu dibandingkan guru yang baik.

Alasannya, menurutku karna saat kita masih belajar dan diajari oleh beliau yang kejam itu, kita sering kali ketakutan dan mengingat namanya baik baik karna keseringan melihatnya marah marah. Terus biasanya ada pengalaman pahit yang kita dapet dari guru tersebut seperti dihukum, diomelin, dan dibentak bentak.

Bahkan guru kejam itu biasanya memberikan kenangan yang bisa diceritakan kepada anak-cucu. Kalau guru yang baik biasanya akan diingat wajahnya, namun suatu saat kalian akan lupa namanya.

Betul tidak penjelasanku itu? Ah sudahlah..itukan menurutku. Kalau menurut kalian bagaimana?

LANJUT ATAU TIDAK???

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro