Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

24. Tak Bertuan -pencapaian 1080 kata-

Langkah kaki yang begitu dekat, berjalan menuju tempat persembunyianku.

Untungnya Tuhan masih baik kepadaku, dan membiarkan Demian berbicara disaat yang tepat.

"Marcel, sebaiknya kita harus segera kelapangan" ucap Demian, yang membuat langkah kaki itu menjauh dariku.

Aku pun keluar dari kelas dengan perlahan-lahan. Dan berjalan menuju toilet hingga suara itu mengagetkanku.

"Hey La, gue cariin lo dari tadi.." itu Megan dengan suara toanya.

"Me, bisa gak kurangin volume suara lo?" tanyaku.

"Enggak, udah ah ayok team sekolah kita mau tanding loh" Megan menariku untuk menuju lapangan.

Disana aku dapat melihat Serfian yang tengah bertanding dengan anak SMA Regifet, yang siingatku bernama Marcel.

"Semangat Serfian..." teriak Megan dengan lantang dan menjelegar.

Mendengar teriakan Megan membuatku semakin khawatir denganya. Karna pastinya semua anak Alfansa akan mengetahui identitasnya yang mencurigakan dan terlihat mencolok.

Pertandingan Serfian melawan Marcel, berlangsung membosankan. Karna aku tahu bila Marcel akan mengalah untuk Sefian, dan benar saja bila Serfianlah yang menang.

Megan berlari kearah Serfian dan memeluknya dengan erat. Serfian pun nampak bahagia, dengan pelukan Megan.

Semua mata tertuju pada mereka, bahkan setelah itu Megan memeluk tangan Serfian dengan posesif.

Saat semuanya berada ditempat itu, sebuah tangan kekar menarikku untuk keluar dari kerumunan.

Aku tercengang melihat pria itu tepat didepanku. Itu adalah Demian Adriansyah.

"Saya kira kamu gak bakal datang kesini.." ucapnya.

"Gue mau datang atau gak, bukan urusan lo.." aku menjawab dengan ketus.

"Jelas urusan gue, karna lo milik gue selamanya..." seketika aku bergidik ngeri dengar ucapanya.

"Gak, gue milik gue sendiri.." aku berniat untuk pergi, tapi tanganya menariku.

Ooh Tuhan, apa dia akan menyiksaku seperti dahulu??
Aku mohon selamatkan aku...

Demian menyeretku kelorong-lorong sepi. Disitu aku melihat gadis kutu buku menatapku cemas.

Aku membuat isyarat permohonan dengan menggunakan tangan, dan nampaknya ia mengerti, lalu berlari menuju lapangan.

"Sudah lama yah, saya tidak menyeretmu seperti ini?" Demian tertawa layaknya psychopat gila.

Dia memasukanku kedalam kelas paling pojok, dan paling sepi. Disana kosong, tak ada siapa-siapa.

Aku takut, sangat takut. Dia terlihat menyeramkan dimataku, wajahnya nampak haus akan suatu hal.

"Lo mau apa sama gue? Cukup, buat gue menderita selama ini. Please lepasin gua.." aku memohon kepada Demian.

"Hahaha, saya mau kamu diem. Gak usah deketin orang-orang itu. Saya benci melihat kamu yang bahagia dengan mereka. Kamu milik saya, dan terlahir untuk saya.." Demian menampar pipiku dengan keras, lalu membenturkan kepalaku ketembok.

Oh Tuhan, aku merasa akan mati ditempat ini, bila dia terus menyiksaku dengan sadis.

Tok..tok..tok..tok... suara pintu berulang kali diketuk oleh banyak orang. Lalu sedetik kemudian, suara dobrakan terdengar begitu jelas ditelingaku.

Pandanganku menatap kearah Jefeni yang berpakaian serba hitam.

"Lo apaain Navila? Bangsat..." Jefeni langsung membogem muka Demian.

"Ngapain lo kesini penghianat?" Demian membogem Jefeni begitu keras.

Hingga akhirnya terjadi baku hantam diantara mereka. Sial, kepalaku pusing aku hanya melihat anak kutu buku itu yang berjalan mendekatiku.

Lalu kesadaranku mulai lenyap, apa ini tanda bila aku mati? atau aku hanya pingsan?

*****

Aku membuka kelopak mata, dan yang aku lihat adalah tatapan khawatir dari mereka.

"Are you okay?" Jefeni nampak babak belur, namun tak dapat dipungkiri pula ia begitu cemas denganku.

"Gue pusing.." ucapku sembari memijat bagian kepala yang sakit.

"La.." Serfian dan Megan nampak khawatir juga.

"Hemm.." aku tak mampu berbicara banyak, kepalaku masih sakit.

"Maafin gue, gue gak bisa jagain lo dengan becus" ucap Megan.

"Bukan salah lo kok" aku berusaha bangun.

"Tetep aja ini salah gue, andai aja gue gak nyamperin Serfian, mungkin lo gak bakal ditarik Demian.." Megan merasa sangat bersalah.

"Udahlah Me" aku memeluknya. "Arhel mana?" tanyaku dikala  tidak dapat melihatnya didepan mata.

"Dia lagi sibuk sama acara.." jawab Megan.

"Ooh.."

*****

Setelah kejadian itu, aku tidak mau datang ke SMA Alfansa, dan aku tidak mau mengikuti rencana awal untuk menjebak Demian.

Namun sialnya dihari terakhir acara perlombaan ini, akan diadakan pesta dansa. Lalu pemberian piagam bergilir untuk SMA Nuvantus.

Yah, SMA Nuvantus berhasil mengalahkan SMA Alfansa. Namun tidak dapat dipungkiri bila beberapa pemain team cedera, dan ada dua orang yang cacat.

Aku dengar dari Megan, bila Team basket SMA Alfansa tidak mencoba untuk menang, melainkan sengaja melempar bola ke wajah, perut, dan alat vital lainya untuk mencederai lawan.

Serfian pun patah tulang lengan, akibat bertarung tinju dengan Demian. Bisa kalian tebak yang menang adalah Demian.

Namun skor dari semua pertandingan menyatakan sekolah SMA Nuvantus menjadi pemenang.

Malam ini semua anak SMA Regifet, Tirtania, Emerleds, Alafansa dan Nuvantus hadir diacara pesta penutup ini.

Awalnya Megan ingin mengajak Serfian, tapi nampaknya itu tidak memungkinkan. Akhirnya Megan datang bersama Arhel.

Lalu aku datang bersama Jefeni, awalnya aku menolak mentah-mentah tapi Arhel dan Megan memaksaku. Karna acara ini pasti aman katanya.

Dan sekarang, disinilah aku bersama Jefeni, Arhel, Megan dan Austin.

Austin memaksakan untuk ikut, katanya ia memiliki firasat yang buruk, dia tidak akan berdansa, hanya mengamati situasi saja.

Lapangan SMA Alfansa yang luas, terlihat indah dengan dekorasi, dan lampu-lampu yang terang.

Ani dan Baba, berkesempatan menjadi MC lagi. Dan mereka nampak serasi di atas panggung itu.

"Holla gengs, gak kerasa udah kelar nih perlombaanya.." Ani menyapa semua murid SMA.

"Iya nih, gue bakal pisah dong sama lo.." ucap Baba.

"Haha, kembali kesekolahnya masing-masing.." Ani menatap Baba dengan sedih.

"Iya, gue jadi sedih nih.." Baba memasang muka sedihnya.

"Tapi tenang Ba, malam ini kita bakal adain pesta dansa. Dan kalian bebas berpasangan sama siapa pun" Ani memberi solusi.

"Malam ini, ada acara pesta dansa?" tanya Baba.

"Iya Ba, selain itu ada acara pemberian piala bergilir, dan kita bakal kedatangan band Komet, serta band Wings " Ani menjelaskan kepada Baba dan para penontonnya.

Setelah itu Ani dan Baba mempersilahkan kepala sekolah SMA Alfansa untuk memberikan piala bergilir kepada kepala sekolah SMA Nuvantus.

Lalu pemberian sertifikat resmi dari kepala sekolah SMA Alfansa kepada ketua osis Nuvantus, Arhel.

Semua team yang menang pun mendapat piala, dari yayasan pemersatu bangsa. Dari mulai team SMA Regifet yang menang lomba tenis meja. Lalu team SMA Emerleds yang menjuarai lomba bola voli. Team SMA Tirtania yang menang sepak bola. Team SMA Alfansa juga menang di pertandingan tinju. Dan terakhir SMA Nuvantus yang menjuarai lomba taekwondo, silat, panco, renang dan catur.

Acara kedua adalah Band Komet yang menyanyikan sebuah lagu.
Entah apa judulnya, tapi aku rasa sangat enak didengar.

Kesepian hati ini
Bersamaku membunuh jiwaku
Semua daya telah kucoba
Melabuhkan hatiku ini

Mampukah aku
Pahami hatimu
Temukan cinta itu

Kemana cinta ini..
Cinta tak bertuan
Selalu menghantui
Disetiap hidupku

Tak kuat raga ini
Berdiri menanti
Hari demi hari
Mencari indahnya cinta..

Sepenggal lagu begitu pas dengan suasana hatiku, dan aku begitu bahagia dengan hal itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro