22. Rencana -Pencapaian 1044 Kata-
Kau ajarkan aku bahagia
Kau ajarkan aku derita
Kau tunjukan aku bahagia
Kau tunjukan aku derita
Kau berikan aku bahagia
Kau berikan aku derita
****
Akhirnya Jefeni Collas, si bad boy berambut landak itu mulai mengikutiku.
Ia ikut berputar-putar bersama air hujan yang membasahi kami. Bahkan ia lupa dengan ucapanya sendiri, bila bermain hujan akan membuat demam.
Aku tak peduli, bila seantero SMA Nuvantus melihat kekonyolan ini. Karna intinya aku begitu bahagia dengan seperti ini.
"In my dreams you're with me
well be everything I want us to be and from there, who knows maybe this will be the night that we kiss for the first time or is that just me and my imagination...." Jefeni bernyanyi dengan merdunya di derai hujan yang mulai membesar.
Bahkan aku melihat rambut landaknya yang sudah basah sempurna, dia tersenyum hangat dengan ketulusan dimatanya.
Aku benar-benar mencintainya, dan mungkin terjebak pesona bad boy itu.
Hingga samar-samar aku mendengar suara Megan dan Serfian yang berlari kearahku.
Serfian menatap kesal kearah Megan yang menarik tanganya.
"La, ayo kita ke markas NUVA" ucap Megan yang menarik tanganku dengan cepat.
Kami pun berjalan menuju markas NUVA, tak peduli bila seragam kami telah basah kuyup.
Saat kami masuk kedalam rumah yang berlukisan mural itu, semua tatapan tertuju padaku.
Anak geng Nuva dari kelas 10 sampai kelas 12 berkumpul didalamnya, belum lagi alumni SMA Nuvantus yang sudah bekerja dan kuliah ada diruangan itu.
"Navila Vellansa?" tatapan bingung jelas terlihat dari mantan ketua geng NUVA, bernama Austino Morgan, dia pernah membullyku saat aku kelas 10.
"Austin.." gumamku sembari menundukan kepala.
"Ngapain lo kesini?" tanya Austin dengan sinisnya.
"Dia tamu gue Bang.." Arhel menepuk pundak Austin.
"What? jadi lo undang korban bully-an lo?" Austin nampak bingung dan benar-benar tak percaya.
"Lo udah lama lulus, dan lo jadi kurang update.." Arhel tersenyum kecut.
"Emang ada info apa sampe gua gak tahu?" Austin agak nyolot.
"Gua sama Navila itu sahabat. Bahkan gue udah gabung sama kelompok dia" jelas Arhel.
"Ha?? lo tuh didikan gua, tapi malah sahabatan sama korban lo sendiri? terus mana Nafta?" Austin nampak tak paham dengan jalan dunia ini.
"Nafta udah pindah ke Tirtania. Gue gantiin Nafta, dan sekarang gua kumpulin kalian semua buat bahas suatu masalah yang cukup besar" Arhel menyuruh aku, Megan, Serfian, dan Jefeni duduk diantara anak geng NUVA.
Austin pun duduk di salah satu kursi dan menatapku dengan bengis.
Mungkin dia masih dendam saat aku tak sengaja menumpahkan kopi cappucino di seragamnya dulu.
"Kalian yang berada disini, adalah orang-orang yang kenal dengan Demian. Bahkan diantara kalian, memiliki masalah dengan ketua geng ALFA itu. Jadi gua ngundang kalian kesini, untuk memusnahkan bajingan itu. Well, maksud memusnahkan bukan membunuh, melainkan memasukanya ke penjara" jelas Arhel ditengah-tengah kami.
"Emang ada buktinya?" tanya salah satu anggota geng NUVA.
"Sekarang sih belum ada, makanya kita berkumpul untuk mengatur rencana. Tapi sebelumnya, kalian tahu-kan ada mantan anggota geng ALFA disini.." Arhel menujuk Jefeni yang berada disisiku.
"Jadi maksud lo apa?" tanya Jefeni sembari menantang.
"Lo berpihak kemana? lo masih jadi mata-mata Demian atau gak?" Arhel menatap kesal kearah Jefeni.
"Gue berpihak pada kalian, gue bukan mata-mata Demian. Dan gua bersumpah kalau, gua bukan anggota geng ALFA. Lo semua bisa jamin kalau gua gak bakal berhianat, bila gua berhianat kalian boleh habisin gua sampe mati" ucapan Jefeni membuatku merinding.
"Oke gua pengang omongan lo" Arhel kembali fokus dan mulai menatap Jefeni dengan baik.
"Buat kalian yang belum tahu kebangsatan Demian, dia itu udah pernah menculik sepupu gue Arcila, dia pun udah membunuh teman-teman Navila hingga membuatnya trauma berat. Demian pernah menyekap beberapa anak di Nuvantus, Demian mengkroyok anak-anak NUVA yang lewat wilayah mereka. Demian juga pernah menembak salah satu anggota geng kita pada angkatan Bang Austin. Mungkin itu yang gue tahu, jadi apa ada hal lain yang ingin ditambahkan tentang kebrengsekan Demian?" tanya Arhel.
"Demian pernah perkosa adik gua.." suara lantang dari anggota geng NUVA.
"Demian hampir bunuh nyokap gua!!" ucap Austin dengan kebengesian yang luar biasa.
"Demian hampir ngeracunin gua dirumah sakit" suara Jefeni terdengar jelas diantara suara anggota geng NUVA yang lain.
"Jadi yang racunin lo itu Demian?" tanya Arhel yang nampak tak percaya.
"Iyah" jawaban Jefeni mendapat tepuk tangan dari Austin.
"Kok bisa anggota geng diracunin sama ketuanya?" Austin tertawa hambar.
"Karna gua gagal menjalani misi, gua jatuh cinta sama Navila. Dan dia bersumpah bakal habisin setiap cowok yang berani mendekati Navila" Jefeni menatap mataku dengan sangat intens.
"Apa misi Demian? sampe harus bawa-bawa Navila Vellansa?" Austin mengorek informasi dari Jefeni.
"Dia nyuruh gua, buat cari tau tentang kehidupan Navila, dia minta gua buat jagain dia.." Jefeni menunjukku, tiba-tiba pipiku mulai memanas.
"Kenapa harus Navila?" tanya Austin.
"Karna mungkin Demian punya hubungan spesial dengan Navila di masa lalu" Jefeni membuatku syok.
"Ooh, apa jangan-jangan selama ini Navila itu mata-mata Demian?" Austin begitu negatif kepadaku.
"Gua bukan mata-mata Demian. Bahkan kalau lo tahu, gue ini korban dari Demian. Dulu waktu gue kecil, dia pernah nyekap gue dirumah kosong, dia membunuh semua temen-temen gue secara sadis, dia juga yang buat gua trauma" Austin terkejut mendengar ucapanku.
"Terus selama disekap, lo diapain sama dia?" Austin masih bertanya.
"Gue dipukul, diseret, diikat, ditampar, dijambak, bahkan dia ngukir gambar cincin di tangan gua pake pisau dapur" aku kesal dan marah sekali.
"Apa gua harus percaya?" tanya Austin.
"Lo harus percaya, karna gua waktu kecil pernah liat Navila luka-luka oleh Demian" kini bukan aku yang bicara melainkan Megan.
"Siapa lo? gue gak ngomong sama lo.." Austin itu adalah salah satu ciptaan Tuhan yang paling menyebalkan.
"Gua? Gua Megan!! sepupu Navila Vellansa!! Gua lebih kenal sama Navila dibanding lo! dan gua tahu kalau Navila gak berbohong.." Megan mengeluarkan jurus suara toa-nya.
"Anjir, suara lo kaya toa masjid.." Austin menutup kedua telinganya.
"Dasar bajingan, suara bagus disamain sama toa??" Megan baru saja memaki Austin??
"Arhel, ngapain lo undang mahluk gila ini ke markas??" Austin menatap Arhel.
"Dia itu sepupu Navila, dan gua yakin suatu saat dia berguna buat mecahin gendang telinga Demian" Arhel tersenyum enteng.
"Hufft.." Megan menahan amarah yang siap meledak.
"Lalu apa rencananya? gue ada latihan nih soalnya" Serfian angkat bicara setelah dari tadi nyimak mulu.
"Latihan apa bego?" tanya Austin ke Serfian.
"Biasalah Bang, perlombaan antar sekolah" jawab Serfian.
"Gua dapat ide.." Arhel langsung berucap seperti mendapat hidayah.
Akhirnya kami mendengarkan rencana Arhel baik-baik. Dan setelah itu kami pun sepakat dan berniat membubarkan diri.
Hallo guys, gimana part kali ini seru gak? Oh iya guys sebenernya aku udah tamatin cerita ini sampai ke epilog. Cuman aku males publikasiin, jadi selow aja yak. Nanti kalau udah pada dipublikasiin aku mau revisi semuanya, dari tanda baca sampai bahasa yang efektif. Nah makanya guys gue butuh dukungan kalian nih..
Please give me vote dan saran berserta kritik di komentar.
Salam literasi
Yuliasari
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro