20. Pernyataan - Pencapaian 1199 kata-
Kaulah cahaya
Kaulah malam gulita
Kaulah warna darahku
Kaulah obat, kaulah rasa sakit
Kaulah satu-satunya yang ingin ku sentuh.
*****
Aku terbangun, dan melihat sekeliling. Aku berada diranjang, dan dikelilingi oleh Ibu, Saki, Megan, Arhel dan dokter pribadiku.
Dokter Roens adalah pria yang berusia 28 tahun, dan dia berulang kali mengecek keadaanku.
"Hay Navila, sudah lama tidak bertemu denganmu" ucapnya dengan senyuman yang khas.
"Dimana Adrian?" aku kembali mengingat orang gila itu.
"Dia udah gue usir" ucap Arhel.
"Kak, apa yang sakit?" tanya adikku Sakila. Dia menatap kedua tanganku yang memar.
"Kamu kenapa sih Ila? Dari dulu kamu bilang Adrian adalah pembunuh, padahal dialah yang menolong kamu dari penculik" ucap Ibu yang sudah terkena tipu muslihat Adrian.
"Aku tidak diculik, Adrian yang menyekapku! dan Adrian pula yang membunuh teman-temanku" sudah berapa kali aku bilang bila Adrian pembunuh, tapi Ibu selalu menganggap bila aku halusinasi.
"Ooh jadi masih persoalan yang sama?" tanya dokter Roes.
"Apa dokter percaya denganku? Dia yang membunuh teman-temanku.
"Saya percaya" dokter Roes berpura-pura percaya, aku bisa melihatnya berdusta.
"Memang semua orang tidak ada yang percaya sama gue.." aku melempar bantal, guling dan selimut kearah mereka, aku benci mereka semua yang tidak percaya denganku.
"Gua percaya La, karna sepupu gue Arcila pernah diculik sama Demian" Arhel angkat bicara.
Semua pun langsung menatap Arhel, mereka nampak bingung dan penasaran.
"Arcila pernah diculik oleh Demian, dan untungnya ia berhasil lolos. Katanya dia disekap di rumah kosong dipinggir jalanan. Arcila tidak sendirian, ia disekap bersama 4 orang temannya" Arhel nampak yakin.
"Tapi saya tetap tidak percaya" Ibu keluar dari kamarku dengan angkuh.
"Lalu apa kasus penculikan itu sudah dipecahkan?" tanya Megan dengan serius.
"Demian menang dipengadilan. Karna memang Arcila tidak memiliki bukti yang kuat untuk menjebloskannya" Arhel langsung berwajah sedih.
"Bagaimana kalau kita pecahkan kasus ini, aku yakin bila Kakak itu jujur. Tapi Ibu selalu menganggap kakak itu aneh dan berhalusinasi" Sakila menatapku dengan sendu.
"Maka kita harus mencari bukti yang kuat" gumam dokter Roes.
"Yah, tapi Demian itu terlalu berbahaya. Dia memiliki anggota geng yang cukup banyak dan sadis" Arhel nampak berfikir keras.
"Aku akan memancingnya" ucapku dengan mantap. Adrian mengincarku, dan aku harus membuka kedoknya didepan semua orang.
*****
Aku berangkat menuju sekolah bersama Megan dengan mengendarai angkutan kota.
Didalam angkutan kota, Megan bertanya soal kehidupanku dimasa lalu.
Aku pun menjelaskan semua kepadanya, dia pun nampak syok dan mulai sadar bila aku tidak seperti ini awalnya.
Aku adalah gadis periang, namun semenjak kejadian itu, sulit bagiku untuk tenang.
Rasa bersalah menghantuiku, bahkan aku mulai takut dengan Adrian.
"Pantes aja La, dulu waktu kecil lo tuh luka dilutut sama disiku mulu. Pas gue tanya, lo malah jawabnya jatuh, tapi masa sih lo jatuh sampe tiap hari luka?" ternyata Megan sudah menyadarinya dari dulu, tapi sayangnya aku terlalu takut untuk bicara.
"Iya" aku menundukan kepala.
Sekitar 10 menit menaiki angkutan kota, kami pun turun digerbang sekolah SMA Nuvantus.
"Serfian.." panggilku dengan lantang kepada Serfian yang tengah terduduk lesu dipinggir lapangan.
"Ila?" Serfian berdiri dan menatapku.
"Besok lo bakal tanding?" tanyaku dengan ragu.
"Hooh.." Serfian tersenyum.
"Gue saranin, lo gak usah ikut" ucap Megan dengan blak-blakan.
"Ha? kenapa?" Serfian menatap Megan dengan sinis.
"Gue gak mau lo terluka gara-gara Demian" Megan melipat kedua tanganya.
"Lo kenal sama Demian?" tanya Serfian dengan tatapan intimidasi.
"Ya iyalah gue kenal, orang kemarin gue baru introgasi dia" Megan menatap jengkel kearah Serfian. Mereka pun mulai berdebat panjang dikali lebar.
Aku memilih berjalan menuju kelas, membiarkan dua sejoli itu berdebat. Karna sejujurnya itu adalah cara mereka untuk semakin dekat.
Saat menuju kelas, aku berpapasan dengan Jefeni dilorong. Sungguh detik itu aku merasakan tatapan yang sama seperti dahulu.
Dia menatapku tanpa henti, aku pun ragu untuk berpaling. Aku biarkan dia yang memutuskan kontak mata ini, tapi sialnya semakin dekat aku melangkah, tatapanya tak kunjung berhenti.
Akhirnya aku menyerah dan mulai memalingkan wajah.
Mungkin itu adalah hal yang terbaik untuk kita. Ralat, untuk aku.
*****
"Kearifan lokal adalah tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif" guru geografi tengah menjelaskan tentang kearifan lokal.
"Anggela, bisakah kamu berikan bentuk kearifan lokal dalam bidang pertanian?" tanya Bu Amel kepada ketua murid kelas 11 IPS.
"Bentuk kearifan lokal dalam bidang pertanian yang saya tahu adalah kearifan lokal pertanian Subak di Bali, Pranoto Mongso di Jawa dan Nyabuk gunung di Jawa" ucap Anggela dengan mantap, dia terkenal pintar dipelajaran geografi.
"Okey, selanjutnya Ibu akan bertanya kepada Megan" ucap Ibu Amel sembari menunjuk Megan.
"Oke Bu, apa pertanyaanya?" Megan bertanya dengan antusias.
"Apa sih bentuk kearifan lokal dalam falsafah, tradisi dan kepercayaan?" tanya Bu Amel dengan senyuman.
"Waduh banyak banget bu pertanyaanya, kaya yang beranak" semua pun tertawa mendengar ucapan Megan.
"Jangan protes, saya hanya ingin kamu menjawab" Ibu Amel tersenyum melihat murid barunya yang kelewatan bawel.
"Oke saya akan menjawab, kearifan lokal dalam falsafah, tradisi dan kepercayaan yang saya baca di google tadi malam. Kearifan lokal dalam kepercayaan contohnya Suku Mentawai di Sumatera Barat yang hidup selaras dengan alam. Lalu ada Falsafah hidup suku Baduy di Banten yang tidak mau mengeksploitasi alam. Kalau kearifan lokal dalam tradisi, saya belum baca Bu.." penjelasan Megan awalnya membuatku paham, tapi diakhir penjelasan aku langsung tertawa.
"Ya sudah nanti kamu baca lagi di google yak.." Bu Amel bertepuk tangan kepada Megan.
"Selanjutnya pertanyaan untuk Navila, apa bentuk kearifan lokal dalam mitos masyarakat?" tanya Bu Amel dengan senyuman.
"Bentuk kearifan lokal dalam mitos masyarakat itu Hutan Larangan di Kampung Naga, Jawa Barat. Lalu ada Lubuk Larangan di Sumatera Barat, dan mitos terhadap pohon-pohon serta hewan keramat" ucapku dengan padat dan jelas.
"Apa keuntungan dari mitos yang kamu sebutkan itu bagi masyarakat sekitarnya?" tanya Bu Amel lagi kepadaku.
"Keuntungan dari mitos hutan larangan di kampung Naga itu mampu melindungi kelestarian alam. Lalu mitos yang beredar dari Lubuk Larangan itu bisa melestarikan lingkungan perairan sungai dan ekosistem di dalamnya. Sedangkan mitos pohon-pohon keramat, mampu membuat masyarakat sekitar untuk tidak menebang, seperti masyarakat Bali yang percaya bila setiap pohon besar memiliki roh didalamnya, selain itu pohon besar mampu menyerap air hujan lebih banyak. Sedangkan mitos hewan keramat itu, dapat menyumbang pelestarian hewan dari kepunahan" kini aku menjelaskan panjang dan lebar, lalu satu kelas bertepuk tangan kearahku. Mungkin mereka tidak percaya, dapat mendengarku berbicara sepanjang itu.
"Hampir sempurna sekali penjelasanmu Navila, saya sangat bangga dengan penjelasanmu tanpa melihat buku, atau situs digoogle" Bu Amel nampak memujiku.
"Iya La, keren banget ocehan lo. Padahal kemaren malam lo gak belajar" ucap Megan.
"Gue hanya melihat ditelevisi, dan sisanya menyimpulkan dari otak" aku tak pandai belajar, tapi dengan mendengar aku dapat memahami.
*****
Bel istirahat berbunyi dengan merdu ditelingaku. Tapi istirahat kali ini, aku sendirian karna Megan tengah mengerjakan tugas yang diberikan Bu Amel.
Aku tidak lapar, jadi aku berjalan menuju area belakang sekolah, disana aku melihat hal yang terduga.
Jefeni duduk di sana sembari menjabak rambutnya frustasi. Kenapa dia? Mengapa dia disini?
"Tuhan, gua benci hidup di dunia dengan kebohongan.."teriak Jefeni sembari meremas rambut landaknya.
"Gua benci Demian!! Gua cape, ngebohongin perasaan gua sendiri!!" Jefeni menjerit tak karuan, membuatku tak tega.
"Navila..gua suka sama lo, gua gak bisa pungkiri itu, gua terpaksa berpura-pura demi keselamatan lo.." Jefeni menangis, dan ia benar-benar tak sadar kalau aku berada dibelakangnya dengan tatapan sendu.
Jefeni berdiri dan berbalik badan. Ia menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Lo dari tadi disini?" tanya Jefeni
*****
Lala lili lala lili..
Yaya yeyeye yiyi..
Hello guys..
Duh gak kerasa udah part 20 nih...
Kira-kira seru gak sih??
Bikin penasaran gak???
Sumpah guys ini part, gua buat pas tanggal 6 april 2019...
Well udah lama, tapi baru di publis aja..
Hahahahahahaha...
Vote dong, jangan baca doang..
Bay di next part...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro