Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15. Saki -Pencapaian 1354 Kata-

"Hallo" ucapku.

"La, lo kemana? Lo kok gak sekolah?" Tanya cowok diujung telepon.

"Gue lagi dirumah sakit" ucapku.

"Lah kenapa lo dirumah sakit?"tanya Arhel.

"Jefeni keracunan" ucapku.

"Kok bisa?" Tanyanya.

"Nanti gue ceritain ya" ucapku.

"La, lo harus tahu kalau Serfian terdaftar tanding bela diri sama Demian" ucapnya.

"Apa???" Tanyaku terkejut.

"Iya, biasa sih tanding antar sekolah. Dan sekolah yang terdaftar pertandingan olahraga ini, ada 5 sekolah yaitu Nuvantus, Alfansa, Tirtania, Ragifet dan Emerleds. Dan konyolnya hampir 8 cabang olahraga ada sibego Serfian-nya. Yang gue khawatir-in adalah nyawa Serfian, karna 5 cabang olahraga yang diikuti Serfian, lawannya adalah Demian" ucapan itu membuatku syok, bagaimana bisa Serfian bertarung dengan Demian yang keji itu?

"Terus gimana?"ucapku mentok tak ada kata kata.

"Lo harus bisa bujuk Serfian untuk mundur diawal sebelum berakhir kematian" ucap Arhel.

"Tapi, Serfian gak bakal terima hal itu" aku tahu mimpi besar Serfian menjadi Atlet dari berbagai cabang olahraga.

"Lo harus bisa, karna gue gak bisa halangi dia yang keras kepala" ucap Arhel.

"Memang kapan pertandingannya?" Tanyaku.

"Bulan depan" ucap Arhel.

"Besok gue sekolah" ucapku.

*

Setelah Jefeni dipindah ruangan, aku pun memohon pamit kepada Jefeni serta Ayah dan Ibu-nya, serta Delinma yang masih setia menunggu Jefeni di luar ruangan.

Aku kembali kerumah dengan pakaian yang memalukan dan penampilan yang menjijikan. Tapi aku tak peduli itu semua, karna bagiku bertemu Jefeni itu adalah hal utama.

Setelah sampai rumah, orang tuaku belum pulang sepertinya, tapi adikku Sakila sudah berada diruang tamu. Mungkin dijemput kekasihnya, padahal Sakila baru kelas 1 SMP.

"Kakak gak sekolah?"tanya Sakila yang bingung melihat penampilanku.

"Enggak, kamu sendiri kenapa gak sekolah?"aku balik tanya.

"Disekolah lagi bebas kak, kan ulangannya udah beres" ucap Sakila.

"Ouh" ya memang bulan kemarin itu tengah ulangan tengah semester, jadi dibebasin deh.

"Dari mana sih Kak?" tanya Sakila.

"Rumah sakit, Bandara" gumamku.

"Ngapain?"tanyanya.

"Kebandara nganterin Werhan yang ke Amerika, ke rumah sakit ngejenguk Jefeni yang keracunan" ucapku.

"What?? Si Kak Werhan ke Amerika??? Pindah sekolah atau liburan??" Adikku memang sedikit tergila gila ketika mendengar nama WERHAN.

"Pindah sekolah"

"Kok gitu sih?? Kenapa pindah? Kan di Bandung tuh enak" ucap Sakila.

"Dia dapet beasiswa disana" ucapku.

"Wih jenius banget sih Kak Werhan?? Makin ngefans deh..." Sakila semakin gila.

"Lo gak bakal nanyain soal Jefeni?"tanyaku.

"Buat apa? Dia itukan BAD BOY, gak ada yang menarik dari idupnya" ucap Sakila.

"Apaan sih? Jelas ada!!" Aku pergi dari hadapan Sakila.

"Lah kok kakak marah sih? Emang benerkan? Gak ada yang istimewa dari Kak Jefeni itu? Dia-kan cuman anak brandalan" ucapan Sakila membuat telingaku panas.

"DIAM SAKILA! Kamu tuh gak bisa nilai dia kaya gitu!! Kamu gak tahu siapa Jefeni yang sebenarnya, jadi jangan nilai orang dari luarnya aja" aku memaki maki adikku sendiri, dia nampak terkejut sekali, karna memang selama ini aku hanya bicara secukupnya dan kini aku baru saja memarahinya?? Itu membuatnya ketakutan.

"Kakak membentakku? Kakak, katakan apa yang salah dari ucapanku? Aku hanya menilai dari penglihatanku sendiri, tapi kenapa Kakak tega membentakku?" Sakila menangis, ini akan menjadi rumit.

"SAKILA.." dia berlari kedalam kamarnya, tak menghiraukan panggilanku.

Aku mengetuk pintu kamarnya berulang kali, namun nampaknya aku benar benar diacuhkan.

"Saki, maafin kakak. Mungkin memang benar kakak yang salah. Semua yang melihat Jefeni, pasti akan berfikir hal yang sama sepertimu. Maaf-in kakak yang udah bentak kamu" ucapku.

"..." hening tak ada suara.

"Buka pintu-nya Saki" titahku.

"Please, tinggalkan aku sendiri kak" ucap suara serak dari balik pintu.

"Okey, kalau itu mau kamu" aku berjalan menuju kamarku sendiri.

Aku masuk kedalam toilet, berniat untuk mandi. Tapi aku terdiam melamunkan semua masalah yang selalu datang dan menimpa hidupku di SMA Nuvantus.

-FLASH BACK MODE ON.

"Wih, kakak masuk sma favorite loh" Sakila bahagia sekali saat melihat surat dari SMA Nuvantus.

Well, aku bingung kenapa aku bisa masuk sekolah favorite termahal dikota Bandung itu? Mungkinkah karna aku dapat masuk melalui jalur prestasi? Tapi itu hanya prestasi melukis saja, tak sekeren prestasi orang orang. Aku hanya berulang kali dapat sertifikat, dan belum pernah mendapat piala atau medali.

Keluarga-ku begitu bahagia mendapat kabar bila aku mendapat beasiswa. Padahal aku sendiri biasa saja, tak sebahagia mereka. Alasannya jelas, karna hampir seluruh murid SMA Nuvantus dari kalangan atas, hanya 2% dari kalangan menengah ke bawah.

Nuvantus pun terkenal akan pembullyan, terutama geng sekolahnya yang namanya begitu tenar yaitu NUVA. Siapa yang berani mencari masalah akan berhadapan dengan geng tersebut.

Geng NUVA itu didirikan oleh alumni angkatan ke 3. Dan setiap tahun, geng NUVA akan terus melantik dan melatih anak cowok yang tangguh.

Lalu di SMA Nuvantus itu selain terkenal elite, disana pun terkenal akan putri sekolah-nya. Di Nuvantus, dua tahun sekali mengadakan event putri sekolah dan pangeran sekolah.

Biasanya bukan dilihat dari rupanya, tapi dilihat dari kecerdasan dan kepandaiannya.

-FLASH BACK MODE OFF-

Setelah beres mandi, aku mulai mempercantik diri dengan menggunakan gaun santai berwarna cokelat muda, dengan sepatu hils hitam yang tidak terlalu tinggi.

Sungguh aku tak percaya, bila pantulan dicermin ini adalah diriku. Memang benar bila aku ini terlalu cuek, hingga jarang sekali berdandan, dan sekalinya berdandan itu terlihat menakjubkan.

Dering telepon-ku berbunyi, ku lihat nama dilayar teleponnya adalah Jefeni. Aku tersenyum senang mendapat telepon dari Jefeni.

"Hallo" ucapku.

"Lo kemana sih? Katanya mau balik ke rumah sakit? Katanya mau temenin gue?" Aku tersenyum lagi, baru kali ini Jefeni bawel begini.

"Gue dirumah, entar gue kerumah sakit kok, gue janji bakal temenin lo hari ini" ucapku.

"Yaudah cepetan yak, gue disini risih ada Delinma" Jefeni benar benar menyebalkan sekali, kalau sudah risih akan kehadiran seseorang.

"Ya" kuputuskan sambungan teleponnya.

Setelah itu aku berjalan menuju lantai bawah untuk mengecek keadaan adikku.

"Saki.." panggilku, lalu gadis berusia 14 tahun itu keluar dari kamarnya dengan penampilan yang sudah membaik, namun matanya terlihat sembab.

"Ya ada apa kak?"tanyanya, lalu dia mengucek ngucek matanya seperti yang tak percaya bila aku ini adalah Navila.

"Woow" gumamnya.

"Kenapa? Apa aku berlebihan?"tanyaku.

"Bukan berlebihan, tapi menakjubkan.." ucap Sakila.

"Hem, ngomong-ngomong kakak mau minta maaf. Kakak tahu kalau kakak yang salah, dan mungkin kakak berlebihan hingga membentakmu seperti tadi" aku meminta maaf kepada adikku Sakila.

"Aku juga minta maaf, tidak seharusnya aku menilai Kak Jefeni seperti itu, padahal aku tidak mengenalnya" Sakila pun meminta maaf. Selanjutnya kami berpelukan seperti teletabis.

"Kakak wangi sekali, mau kemana sih?" Tanya Sakila.

"Kakak mau kerumah sakit, apa kamu mau ikut menjenguk Jefeni?"tawarku.

"Memangnya boleh? setelah aku menghinanya?" Sakila nampak ragu dan malu.

"Bukannya kamu ingin mengenal Jefeni? Bila kamu ikut, kamu bisa lebih kenal dan tidak menilainya dari luar saja" ujarku.

"Baiklah kak, aku ikut. Tapi aku ambil tas ku dulu" ucap Saki.

"Okay"

***

Aku dan Sakila kerumah sakit naik kendaraan online, jadi tidak terlalu lama menunggu taksi atau angkutan kota lainnya.

Saat sudah sampai diruangan Jefeni dirawat, semua menatapku dengan tatapan takjub, seperti melihat bidadari saja.

"Siapa ya?" tanya Ibu Jefeni, yang nampaknya tidak mengenalku.

"Ini saya Navila" ucapku sembari mencium tangannya.

"Wow, beautiful.."gumam ayah Jefeni.

"Mau apa kau kesini lagi?" tanya Ibu Jefeni dengan sinis.

"Aku dan adikku, ingin bertemu Jefeni. Apa boleh saya masuk?"tanyaku baik baik.

"Silahkan masuk-masuk" ucap Ayah Jefeni. Kami pun masuk kedalam ruangan.

Didalam ruangan, bisa ku lihat bila Delinma tengah berusaha menyuapi Jefeni dengan semangkok bubur, tapi Jefeni terus menerus menghindar.

"Ila.." panggil Jefeni saat melihatku.

"Jef, ini gue bawa beberapa buah apel buat lo" ucapku.

"Makasih yak, ngomong-ngomong tumben adik lo kesini" ucap Jefeni yang melihat Sakila.

"Cepet sembuh Kak Jef.." ucap adikku dengan sedikit malu.

"Siap..." jawab Jefeni sembari memberikan hormat ala paskibra.

"Yaudah Jef, aku pamit pulang dulu. Toh, sekarang sudah ada dia yang jagain kamu" ucap Delinma dengan nada santai namun sedikit sinis.

"Delin.." panggilku.

"Apa?"tanyanya dengan sinis.

"Hati-hati dijalan" ucapku tulus sekali, tapi ternyata tanggapannya sedikit mengecewakan.

"Emang lo fikir, gue bakal mati sampe harus lo ingetin kaya gitu? Oh iya, kalau gue mati lo bisakan dengan mudah milikin Jef???? Dasar muka dusta.." ucapan Delinma benar benar keterlaluan.

"Cukup, gue gak sehina dan serendah apa yang lo fikirin!!" ucapku.

"Masa?? Kalau gitu tinggalin Jefeni!!" Delinma ternyata tak sebaik yang kukira.

"STOP!! Bisa gak jangan bertengkar? Lebih baik lo balik deh Del" Jefeni angkat suara.

*****
Terkadang pendapat orang lain itu berbeda dengan pendapat diri sendiri, karna mungkin orang lain belum mengenal siapa yang kita kenal.

Balik lagi nih, sama yulia si penulis amatiran yang gak maju maju.

Duh penasaran gak nih sama hubungan Jefeni sama Navila??

Ada Delinma lagi tuh, haduh ada saingan dong yak..

Lanjutin gak nih ceritanya?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro