11. Kejujuran -Penurunan 1284 Kata-
Sekitar 30 menit mengamati, mereka masih tetap berbincang serius berdua.
"Kita amati saja, apa yang akan dilakukan Demian kepada Jefeni" ucap Arhel untuk kesekian kalinya.
"Tapi ini sudah mau jam setengah sembilan, Ibu pasti akan khawatir" ucapku.
"Sudah chat saja dulu, bilang lagi dijalan sama Arhel" ucap Arhel.
"Okey akan ku ketik dulu" aku mengetikan pesan chat kepada Ibu-ku.
-Bu, maaf aku belum bisa pulang di jam makan malam, aku masih dijalan bersama Arhel. Tadi aku dari rumah Werhan, jadi telat pulang.
Itu isi pesan singkatku kepada Ibuku.
"La, liat tuh" Arhel menunjuk kearah Jefeni. Jefeni dipukul oleh Demian berulang kali, tapi Jefeni tak berniat melawan, anggota ALFA yang lain pun hanya terdiam menonton hal itu.
"Hel, kenapa Jefeni dipukulin?" Tanyaku dengan panik.
"Gak tahu La" ucap Arhel.
"Coba deh lo turun, tolongin Jefeni.." ucapku.
"Gila lo La? Gue sendirian, gimana kalau gue dikeroyok sama geng ALFA?" ucap Arhel.
"Tapi gimana sama Jefeni?"tanyaku.
"Terus lo mau gue nyamperin geng ALFA itu kaya jagoan kesiangan? udah tahu gue itu musuh besarnya Demian, pasti mereka semua langsung hajar gue tanpa ampun" ucapnya.
"Yaudah, kalau lo gak mau nolongin dia, biar gue aja yang keluar" ucapku.
"Lo gila Navila? Bukannya Demian itu kenal lo? Jangan sampe lo diapa-apain sama Demian" ucap Arhel.
"Gue gak takut" ucapku dengan kata nekat, lalu keluar dari mobil sport hitam milik Arhel.
Aku menyebrang kearah geng ALFA, jantungku berpacu semakin cepat dikala langkah majuku semakin dekat.
Disaat cowok bernama Demian itu akan memukul Jefeni yang sudah pasrah, aku datang menghalangi pukulan Demian.
"Navila Vellansa?" Cowok bernama Demian itu nampak terkejut luar biasa.
"Ya gue Navila!!"ucapku dengan gaya menantang.
"Minggir, gue gak berurusan sama lo" ucap Demian.
"GAK! Lo gak boleh sakitin dia" ucapku lalu menatap Jefeni yang tersenyum sendu.
"Kenapa lo harus belain cowok bodoh itu?!" Tanya Demian.
"Karna gue suka sama cowok bodoh itu" ucapku dengan lantang.
"Navila Vellansa, lo gak pernah sadar bila orang yang lo suka itu brengsek! Dia deketin lo karna misi yang gue suruh. Dia itu gak suka sama lo, selama ini dia itu hanya suka sama adik gue. Dan untuk dapetin adik gue, dia harus mau cari tahu soal kehidupan lo" ucap Demian.
"Gue gak percaya apa yang lo ucapin" ucapku.
"Kalau lo gak percaya, lo bisa liat sendiri!! Dia sekarang ada diwilayah gue! Jefeni adalah anak geng ALFA. Dan dia anak buah gue, yang memiliki misi untuk cari tahu kehidupan lo!"ucap Demian.
"Kenapa lo cari tahu kehidupan gue?" Tanyaku dengan tangis.
"Karna gue itu....." Demian terdiam.
"Apa? Kenapa?" Tanyaku.
"Udah sebaiknya lo balik aja, sia sia lo disini" ucap Demian.
Tak ku sangka Arhel bersama anak NUVA datang. Mereka bersiap untuk berantem. Tapi mengapa Demian itu malah menyuruh anak geng ALFA untuk mundur.
"Lo takut lawan anak NUVA?" Tanya Arhel kepada Demian.
"Gue gak takut, tapi gue gak mau semua rencana gue gagal gara gara si bodoh itu" Demian menunjuk nunjuk Jefeni yang mulai tak sadarkan diri. Setelah itu dia pergi mengendari motor sport hitamnya.
"Inget Demian gua bakal bales apa yang lo lakuin hari ini!!!" ucap Arhel.
Aku berbalik dan berjongkok didepan Jefeni yang mulai tak sadar.
"Je, are you okay?" Tanyaku. Sembari memegangi pipinya, sungguh tragis melihatnya banyak luka seperti ini.
"I am fine baby.." sedetik kemudian dia pingsan.
"La, ayo kita balik" ucap Arhel.
"Tapi gimana sama Jefeni?" tanyaku.
"Biar si Reyzia yang bawa dia kerumah sakit pake mobil gue. Kita naik motor Reyzia aja biar cepet" ucap Arhel.
*****
Disepanjang jalan menuju rumah aku hanya mampu terdiam, fikiranku melayang dengan keadaan Jefeni. Aku takut bila dia kenapa-kenapa.
20 menit kemudian....
"Haduh Navila kamu kemana aja sayang? Ibu khawatir sama kamu" ucap Ibu dengan senyuman.
"Maaf Tante, tadi motor saya ban-nya kempes" ucap Arhel sembari mencium tangan Ibu.
"Syukurlah kalian sudah sampai dengan selamat" ucap Ibu.
"Iyah Bu" ucapku, lalu berjalan menuju kamar.
"Arhel mau mampir dulu?" Tanya Ibu kepada Arhel.
"Enggak Tan, udah malam soalnya" ucap Arhel lalu pergi.
Ibu masuk kedalam rumah dan mengetuk pintu kamarku.
"La, kamu udah makan?" Tanya Ibu.
"Belum Bu" jawabku.
"Yaudah mandi dulu, kalau sudah makan ya" ucap Ibu.
"Iya Bu" ucapku.
*****
Aku masih mengaduk aduk sop ayam dimangkuk, seperti tidak ada nafsu makan.
"Kak, kenapa dari tadi aku liatin sop-nya gak dimakan?" tanya adikku Sakila.
"Males makan" ucapku.
"Yaudah sini, buat ku saja" dia menarik mangkuknya.
"Dek, kakak tidur duluan ya" ucapku berjalan kekamar. Ibuku sudah tidur dari tadi sepertinya, sementara Ayah tengah pergi ke luar kota.
"Iya siap kak" ucap Sakila.
Saat dikamar aku menatap cermin besar dihadapanku. Kulihat mataku yang sedikit sembab. Sudah tiga kali aku menangis hari ini dihadapan Arhel.
"Nafta milik Queen, Arhel sudah ku tolak, Werhan tak menganggap ku, Jefeni menipu ku, dan Serfian menghilang tanpa jejak" gumamku.
Bagaimana bisa diantara lima cowok itu, aku bisa menghancurkan perasaan mereka? Perlu dicatat hanya Jefenilah yang menghancurkan perasaanku.
Tuhan...
Sebenarnya kau memiliki rencana apa untukku? Aku lelah hidup dengan rasa kehilangan seperti ini.
Pertama Nafta yang pindah sekolah ke SMA Tirtania, kedua Werhan yang akan pindah ke Amerika,ketiga Jefeni yang membohongiku.
Semua begitu menyakitkan...
Aku pun pusing memikirkan itu semua, jadi ku putuskan untuk belajar!! Aku membuka buku Sosiologi.
Menurutku di Sosiologi, aku bisa paham permasalahan sosial, kelompok sosial, dan status sosial, serta banyak lainnya.
Ku baca dan ku pahami dengan baik, hingga aku tak sadar bila mataku terpejam dan terbawa alam mimpi.
*****
Hari ini, hari sabtu aku memutuskan menghubungi Arhel agar mengantarku ke rumah sakit, tempat Jefeni dirawat.
Aku memasuki ruangan serba putih itu dengan jantung yang berpacu cepat. Diranjang rumah sakit itu seorang cowok bernama Jefeni Collas berbaring tak berdaya.
Aku menatap wajahnya yang dipenuhi luka lebam, miris sekali melihatnya begini. Tanpa ku sadari kelopak matanya terbuka dan menatapku dengan intens. Duh aku terciduk ngintipin cowok yang lagi sakit begini. Aku jadi salah tingkah sendiri deh..
"Navila, gue minta maaf udah bohongin lo" ucapnya dengan suara serak.
"Ya, tapi kenapa lo bohongin gue Je?" Tanyaku dengan senyuman.
"Dulu gue pernah suka sama adiknya Demian, namanya Delinma. Dan gue berusaha dapetin Delinma, tapi sayang saat gue udah dapetin hatinya, kakaknya yang bernama Demian itu gak pernah suka sama gua" ucap Jefeni.
"Dia pun berkata kalau gue bisa cari tahu soal cewek yang bernama Navila Vellansa, dia bakal restuin hubungan gue sama Delinma. Tapi memang mendapatkan segala informasi tentang lo itu gak mudah, gue harus bener bener akrab sama lo. Dan saat gue bener bener akrab, gue malah rasain yang namanya jatuh cinta" lanjut Jefeni dan aku menyimak.
"Gue berhasil buat lo bahagia dan ceria, gak sesuram dulu saat awal ketemu. Gue merasa senang banget setiap hari bisa sama lo. Tapi saat itu gue tahu kalau banyak cowok yang suka sama lo, bahkan disaat gue mengejar lo yang lari dari kantin dan bersembunyi di lorong, gue lihat lo sama Arhel. Gue gak tahu kalau lo suka apa enggak sama Arhel, tapi saat gue liat kalian pelukan, gue langsung patah hati. Gue pun pengen pindah lagi ke Alfansa, karna gue gak sanggup liat cewek yang gue suka pacaran sama cowok lain. Tapi saat gue balik kemarkas geng ALFA dan berusaha ceritain itu semua ke Demian. Demian nampak marah saat gue akuin kalau gue suka sama lo, dia langsung menghajar gue" ucap Jefeni dengan sendu.
"Apa gue harus percaya? Setelah lo bohongi gue?" Tanyaku.
"Lo bisa pergi dari gue, kalau lo benci sama pembohong kaya gue" ucapnya, bisa ku lihat dari matanya bahwa ia jujur.
"Tapi kenapa Demian cari tahu soal kehidupan gue?" Tanyaku.
*****
Hidup memang penuh dengan misteri, kita gak tahu apa yang terjadi didepan sana, hanya waktu dan waktu yang mampu menjawabnya. Tapi kita bisa tahu masa depan dari masa sekarang, masa depan tak akan jauh pencapaiannya dari kerja keras di masa sekarang.
Sekalinya orang berbohong, semua kejujurannya selama ini akan sia sia karna si pembohong akan dicap pembohong.
Makanya guys jangan berbohong, apa lagi bohongi perasaan, entar nyesel loh..
Kalian bisa dong simpulkan apa sih amanat/pesan yang ada didalam cerita ini??
Yang paling bagus amanatnya, bakal aku follow dan diakhir cerita, namanya bakal dicantumin sebagai pembaca setia...
Setuju gak? Kalau gak yaudah deh gak jadi...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro