Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10. Menangis -Penurunnan 1326 Kata-

Aku menangis di sebuah lorong yang cukup gelap dan sepi. Aku berjongkok dan menangis terseduh seduh. Tuhan mengapa engkau berikan semua ini padaku? Apa ini sebuah hukuman untukku?

Saat aku tengah menangis seperti ini, aku berharap tak ada yang datang dan melewati jalan ini. Tapi sepertinya salah, buktinya aku bisa mendengar suara langkah kaki.

"Gak usah nangis" suara itu terdengar berdiri didekatku.

"Lo.." ucapku, saat menatap manik hitam cowok itu.

"Iya La" dengan spontan aku berdiri dan memeluk cowok tinggi itu.

"Gue kangen sama lo.." ucapku sembari memeluk Arhel.

Ya cowok itu adalah Arhel, sudah cukup lama aku tidak bertemu dengannya. Padahal kita satu sekolah, tapi mungkin kesibukannya yang membuat ku sulit untuk bertemu.

"Gue juga kangen sama lo" ucapnya.

"Hel, kenapa chat gue gak pernah lo bales?" Tanyaku.

"Gue sibuk La. Maaf yak" ucapnya.

"Bohong" ucapku sembari melepas pelukannya.

"Maksud lo?" Tanya Arhel.

"Lo jujur ke gue" ucapku.

"Kalau gue jujur, apa lo mau nerima gue?" tanyanya yang buat ku langsung syok.

"Hel, gue udah anggap lo sebagai musuh sekaligus kakak gue. Gue gak bisa jauh dari lo, gue pengen terus cerita segalanya ke lo. Tapi maaf gue gak cinta sama lo" ucapku langsung to the point.

"Iya gue tahu kok hal itu. Jadi lo bisa tahukan alasan gue menjauh? Karna gue gak mau dibayang bayangi rasa yang salah ini" ucapnya.

"Itu gak salah, cinta gak pernah salah. Tapi mungkin gue yang salah. Gue yang belum bisa membalas cinta lo Arhel"

"Lo itu emang cewek yang baik, dan mampu buat gue bertekuk lutut sama lo" ucap Arhel.

"Hel, lo itu berlebihan banget deh" ucapku.

"Hahaha, tapi bener deh lo tambah cantik. Mungkin karna lo, lagi berbunga bunga ya? Bisa deket sama Jefeni" ucap Arhel.

"Gara gara lo, gue bisa deket sama dia. Lo yang nyuruh dia masuk kelompok kita waktu itu" ucapku.

"Hahaha, kembaran gue yang malah lo suka. Bukan gue yang udah kenal lo 2 tahun" Arhel nampak sedih.

"Maaf.." ucapku

"Gak apa apa, gue paham kok kalau cinta gak bisa dipaksa. Kejarlah cinta lo yang buat lo bahagia dan jadi manusia yang ceria" ucap Arhel, aku pun mengangguk.

*****

Kini aku berjalan menuju kelasku, berharap dapat berbincang dengan Werhan. Tapi sial-nya aku tidak melihatnya, tasnya pun tak ada. Lalu kemana Werhan?

"Lo cari si Werhan yak?" ucap Anggela si wakil ketua kelas. Aku mengangguk mantap.

"Dia balik, katanya dia mau pergi ke Amerika" ucapan itu sontak membuat dadaku semakin sesak. Kenapa Tuhan berikan aku cobaan seperti ini?

Nanti pulang sekolah, aku akan meminta Jefeni atau Arhel mengantarku kerumah Werhan.

*****

"JEFENI..." panggilku kecowok berumur 18 tahun itu. Jefeni memang adik kelasku disekolah, tapi diluar dia adalah kakak bagiku. Usianya saja lebih tua dariku, aku berusia 16 tahun dan duduk dikelas 11, sementara dia kelas 10 diumur 18 tahun? Anehkan?

"JEFENI" panggilku dengan suara lebih keras dari yang pertama. Tapi mengapa dia tidak menoleh?

Aku pun berlari mengejarnya, dan berhasil menyetarai jalannya.

"JE, are you okay?" Tanyaku.

"Emm..ya.." ucapnya yang nampak acuh tak acuh.

"Je, gue mau kerumah Werhan. Apa lo mau anterin gue?" Tanyaku.

"Sorry, gue gak bisa" ucapnya lalu berjalan cepat menuju parkiran motor.

Aku berfikir kalau Jefeni tiba tiba aneh, tapi aku berfikir positif saja, barang kali dia memang benar benar sibuk.

Aku masih berdiam diri melihatnya pergi dari area sekolah Nuvantus ini.

"Kenapa dia acuhin lo?" Suara itu berasal dari sebelah kananku. Arhel menatapku dan menunggu jawaban dariku.

"Dia sibuk" ucapku.

"Sesibuk apapun dia, seharusnya dia bakal luangin waktu sempitnya buat lo" ucap Arhel.

"Dia bukan siapa siapa gue, jadi dia gak harus melakukan itukan?" Tanyaku.

"Lo udah sedeket ini sama dia, lo udah luangin waktu lo buat dia, lo udah milih dia, bahkan lo rela disebut cewek bodoh demi dia, tapi dia belum nembak lo?dasar cowok bajingan. Beraninya mainnin perasaan cewek gue" ucap Arhel.

"Cewek lo? Gue bukan cewek lo Hel?!"aku membantah keras soal ucapannya yang menyebut aku adalah ceweknya.

"Okay gue ralat jadi perasaan sahabat gue" ucapnya.

"Nah gitu dong" ucapku.

"Lo mau balik sama gue?" Tawar Arhel.

"Sebenernya gue mau kerumah Werhan Hel" ucapku.

"Ngapain? Bukannya tadi dia kesekolah?" Tanya Arhel.

"Dia sekolah sampe jam istirahat doang. Kata Anggela, Werhan mau pergi Amerika. Makanya gue mau kerumahnya, lo tahukan hubungan gue sama dia agak renggang" ucapku.

"Yaudah gue anterin lo yak" ucap Arhel.

"Okey"

*****

Sekitar pukul 7 malam kami sampai dirumah Werhan. Rumahnya nampak sepi dan sunyi. Sudah berapa bulankah aku tidak ketempat ini?

Sungguh aku rindu kerumah Werhan, dan dulu saat aku kerumah Werhan aku tidak pernah bertemu Queen.

Werhan dan Queen pun nampak tak pernah foto bersama. Karna selama ini aku belum pernah melihat satu foto kebersamaan mereka.

"La, lo mau masuk apa bakal diem mandangin rumah ini?" Tanya Arhel.

"Masuk lah Hel" ucapku.

Tok..tok.. (aku mengetuk pintu rumah Werhan)

"Permisi, Assalamu'alaikum.." ucapku.

"Bel-nya dimana sih?" Tanya Arhel.

"Gak tahu nih, kayanya gak ada" ucapku.

Tak lama seorang cewek dengan berpenampilan cantik membukakan pintunya.

"Navila..." ucapnya yang terkejut melihatku.

"Hey Queen" ucapku dengan sedikit canggung.

"Kakak lo ada?" Tanya Arhel.

"Kak Werhan ada, silahkan masuk dulu" ucap Queen dengan sopan, ia menyuruh kami duduk di ruang tamu sementara dia memanggilkan kakaknya.

Werhan keluar dan berjalan menuju kami. Dia nampak seperti manusia robot yang tidak memiliki ekspresi, hanya datar.

"Apa kabar bro, udah lama gak ketemu" ucap Arhel, sembari memberikan salam.

"Kabar gue bisa baik dan bisa buruk" Werhan menjawab tanpa ada sedikit senyum diwajahnya.

"Wer, gue denger lo mau ke Amerika? Apa bener?" Tanyaku.

"Apa itu penting buat lo?"ucapannya agak sedikit tajam.

"Gue tahu, gue bukan orang penting buat lo. Tapi gue mau tahu apa alasannya lo pergi ke Amerika" ucapku.

"Hufft.." hembusan nafas berat darinya.

"Gue bercita cita sebagai pebisnis, dan selama ini gue gunain otak gue buat dapat beasiswa di Amerika, gue tahu kalau keluarga gue mampuh membayar semua biaya sekolah gue disana, tapi gue pengen mendapatkan semua itu dari otak gue, bukan uang orang tua. Kalau gue bersekolah di Amerika, peluang gue untuk kejar kuliah dikampus terbaik di Amerika akan mudah, jadi itu adalah alasan gue" ucap Werhan

"Terus, kenapa lo gak pernah cerita ke gue?" Tanyaku.

"Karna lo bukan siapa siapa gue" ucap Werhan.

"Okey, kalau itu mau lo. Jangan pernah cari gue lagi, karna gue gak pernah anggap lo siapa-siapa" ucapku lalu berjalan menuju pintu keluar.

"Navila kok buru-buru?" Tanya Queen yang membawakan segelas air jeruk.

"Sorry, tapi gue harus pulang" ucapku pada Queen.

*****

Diperjalannan pulang, Arhel menyetel lagu lagu galau dari radio di mobil mewahnya.

"La, lo abisin tisu gua..." Arhel kembali mengingatkanku soal tisunya yang ku pakai untuk mengelap ingus dan air mataku.

"Besok gue ganti Hel" ucapku.

"La, sia sia lo nangisin cowok yang jelas-jelas gak peduli sama lo" ucap Arhel.

"Hel, kemana sih Werhan yang dulu? Gue kangen masa masa dia ngejar gue, dan berharap gue jadi temannya" ucapku.

"Werhan itu cowok yang tadi lo datengin rumahnya, dan cowok itu masih sama, belum ganti nama kok" ucap Arhel.

"Ya gue tahu itu Werhan, tapi kenapa sikapnya kaya gitu?"tanyaku.

"Kayanya tadi itu hanya kepalsuan belaka" ucap Arhel.

"Maksudnya?" Tanyaku.

"Entahlah, hanya waktu yang bisa menjawab pertanyaan lo" ucap Arhel.

"Ya" ucapku.

"La, itukan Jefeni.." Arhel menunjuk sekumpulan cowok yang berjaket hitam dengan tulisan ALFA.

"Ngapain dia sama anak-anak ALFA?" Tanyaku.

"Kita intip saja dari sini" ucap Arhel, lalu memarkirkan mobilnya dipinggir jalan.

Disitu aku mengamati dengan baik baik, di mataku jelas terlihat Jefeni yang tengah berbicara dengan seorang cowok tinggi.

"Gue pernah liat cowok itu" ucapku kepada Arhel.

"Lo pernah liat Demian dimana?" Tanya Arhel.

"Namanya Demian?" Tanyaku.

"Iyah, dia itu ketua geng ALFA. Musuh terbesar gue, yang dulu pernah culik sepupu gue Arcila. Dia itu pembunuh berhati dingin, dan dia itu rapih sekali membunuh korbannya, hingga polisi tak sadar bila itu kasus pembunuhan" penjelasan Arhel mampu membuatku ketakutan.

"Terus ngapain Jefeni sama orang jahat itu?" Tanyaku.

*****
Kadang cinta itu penuh teka teki, belum tentu orang yang dekat denganmu mencintaimu. Dan belum tentu orang yang jauh tidak memperhatikanmu.


Kita tuh gak boleh menilai orang lain dari sudut pandang sendiri, tapi kita harus bisa liat dari berbagai sisi untuk menilai orang lain..

Apa yang dilihat belum tentu sesuai dengan kenyataan, jadi jangan ambil keputusan sebelum mengetahui kebenarannya yak..

Lanjut gak nih...???

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro