Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sol 37 : The Code

Sebelum Damian menuju Rocket Garden,

"Terimakasih!" Ucap gadis yang mengajak Ethan untuk selfie bersama.

Sebelumnya, ketiga orang itu mengerti bahasa Indonesia, hanya saja belum teelalu menguasainya.

Ethan hanya menganggukkan kepala, namun Moris malah menanyakan sesuatu kepada gadis itu.

"Apa kau tahu, Akses tercepat menuju LAPAN? Kami sudah kehabisan waktu." Kata Moris.

"Ah, untuk apa kalian pergi ke LAPAN? "

"Bukan urusanmu." Kali ini Loski yang menjawab, namun segera mendapat deathglare dari Ethan.

"Aku mempunyai urusan dengan Dr. Jamal. Mengapa? Kau bisa membantu?" Kata Ethan.

"Oh, man. He's my father." Ucap gadis itu.

"Really? Good. Now take me there." Balas Ethan.

"You don't have to go there. Pasti mesin itu kan? It is in my home. Er, bisakah kita berbahasa Indonesia saja? Aku buruk soal bahasa Inggris." Ucap gadis itu.

"Bagus. Dimana rumahmu?" Tanya Loski.

"Medan, Sumatera Utara." Jawab gadis itu dengan melipat tangan di dada. Sementara ketiganya melongo.

"Seriously? Lantas mengapa kita mengambil penerbangan Jakarta?" Keluh Moris sambil menjatuhkan ranselnya.

"Hahahaha. April Mop! I'm just kidding. Bagaimana bisa rumahku di Medan, sementara aku berada disini, stupid. C'mon, rumahku hanya beberapa blok dari bandara ini." Kata gadis itu yang masih tertawa. Sementara Loski dan Moris menatapnya horror.

"Sebenarnya ini sudah bulan Juni!" Teriak Moris setelahnya, namun tidak ada yang menggubrisnya.

"Jadi June Mop! Hei!" Moris kembali menyanggah, sedangkan Ethan, Loski, dan gadis itu sudah berjalan meninggalkannya.

NASA

Mereka berempat berjalan hingga sampai di sebuah rumah sederhana, rumah yang menjadi tujuan mereka kali ini.

"Tunggu disini." Ucap gadis itu lalu melangkah menuju ke dalam rumah.

Tiba-tiba, Ethan teringat sesuatu. Segera ia merasa panik dan gegabah mencari ponselnya, menelepon seseorang.

"Ada apa?"

Ethan menggeleng. Moris dan Loski belum saatnya tahu akan hal ini. Satu kontak yang dicarinya ; Damian.

"Tikus itu.."

Kemudian gadis itu keluar dengan wajah yang tak bersahabat.

"Ayah tidak ada di rumah. Dia meninggalkan pesan ini untuk Mr. Cruzz." Sambil menyerahkan secarik kertas berisi tulisan yang menyerupai garis lurus horizontal.

Kedua alis Moris bertautan, "Bagaimana aku bisa membaca garis ini,?!"

Ethan merebut kertas itu, dan sedikit terkejut. Kalau hanya sesederhana ini, mengapa Moris harus jauh-jauh mengirim Phoenix ke Indonesia? Dan ia tidak perlu lagi membahas sandi bodoh itu.

"Apa katanya?" Tanya Moris penasaran.

"Kau bodoh." Ucap Ethan singkat, di sambut tawa yang tertahan oleh gadis itu.

Loski mengernyitkan dahi, sepertinya putranya telah menemukan sesuatu yang lebih memudahkan mereka.

"Lalu, dimana Phoenix? " lanjut Loski.

"Oh, bodohnya aku. Ada di dalam. Ikuti aku." Ucap gadis itu.

Setelah bersama Phoenix, mereka saling beradu argumen.

"Tak lebih keren dari Valkyrie, I mean."

"Mesin ini berjasa besar dalam sejarah abad ini."

"Aish! Kenapa aku harus pusing karema benda ini!"

BRAK!!!

Saking emosinya, Ethan menendang Phoenix hingga ada bagian yang jatuh.

"Hei! Slow, man! Menurutmu apa yang kau tendang ini? Kursi? Meja? Yang benar saja!" Moris tak terima.

Sementara Loski langsung meletakkan bagian yang jatuh tadi ke tempat asalnya, dengan sedikit memperbaikinya.

"Kau bisa, memperbaikinya? " tanya Moris.

"Kau kira hanya kau saja yang bisa? Aku bisa memperbaiki segala hal seperti mesin ini, kecuali satu-" ucap Loski terpotong.

"Apa itu?" Moris mulai penasaran. Ia takjub kepada seorang kriptogrfer tua yang bisa memperbaiki mesin yang sangat rumit susunannya.

"Aku tidak bisa memperbaiki hati wanita." Ucap Loski yang langsung mendapat deathglare oleh Ethan.

"Whoa! Amazing!" Gadis itu menyahut sambil tertawa.

"Pantas saja ibu mencampakkanmu." Kata Ethan kepada Loski.

"Baiklah. Disini ada 5 susunan yang berbentuk persegi ini, yang melingkari pusat sinyal, benda yang seperti bola kecil ini. Satu-satunya cara untuk me- reset ulang alat ini yaitu dengan menghubungkan semua jaringan ini agar berpusat pada titik yang sama, lalu dari komputer ini, kita akan membaca kode acak yang dikeluarkan Phoenix , dan menyusunnya menjadi suatu kalimat sebagai password-nya." Jelas Moris membuat ketiganya melongo .

" kita tak perlu password untuk alat ini. Dan sepertinya penjelasanmu terlalu bertele-tele. Singkat saja. Ada 6 kabel terhubung di sisi ini. Merah, hijau, kuning, biru, putih, dan hitam. Satu kabel mewakili bahasa dari masing-masing negara. Lihat lingkaran ini? Tertancap kabel bewarna Biru. Kita lihat panduannya. Biru mewakili Amerika. Dan jika Amerika memakai Navajo sebagai bahasa resmi untuk Phoenix, kita hanya perlu mengganti dan menancapkan kabel negara yang memakai bahasa inggris!" Penjelasan Ethan kali ini membuat ketiganya takjub. Pemikirannya sungguh berbeda.

"Jadi, menurut panduan ini, warna Putih mewakili negara Inggris. Apa mungkin?" Tanya Loski.

"Kita hanya punya dua kesempatan. Jangan sampai salah menancapkan kabel. Phoenix adalah mesin pintar, dan kita tidak bisa membodohinya dengan menancapkan semua kabel secara bergantian untuk menemukan bahasa yang cocok." Lanjut Ethan.

"Aku tahu. Jika Amerika menggunakan Navajo sebagai bahasa resmi Phoenix, tidak menjamin Inggris juga memakai bahasa Inggris untuk mesin ini." Kata Moris.

"Benar. Kabel-kabel ini mewakili negara mana saja?" Tanya Loski.

"Biru untuk Amerika. Putih untuk Inggris. Merah untuk Indonesia. Kuning untuk Singapura. Hijau untuk Dominika, dan hitam untuk Kanada." Kata Moris membaca panduannya.

(Kabel :v)

Ethan menjentikkan jarinya, sambil tersenyum puas.

"Kau tidak berpikir untuk menjadikan kami semua menjadi debu seperti Thanos, bukan?" Tanya gadis itu heran.

"No, no! Sudah jelas bukan? Amerika memakai Navajo karena bahasa itu sebagai bahasa minoritas di sana! Hanya 0,8% penduduk yang menguasai bahasa Navajo. Great. Ini bukan tentang memecahkan kode Navajo. Tapi bagaimana cara kita menggunakannya!" Ethan terlihat sangat bersemangat.

"Jadi kesimpulannya, dari keenam negara ini, mana yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa minoritas?" Tanya Loski.

"Indonesia. Sudah pasti." Sahut gadis itu.

"Terbukti kau tidak lancar bahasa Inggris saat di bandara tadi." Lanjut Moris.

"Hei!"

"Mungkin. Kenapa tidak kita coba saja?" Usul Ethan.

Moris segera mencabut kabel bewarna biru dari adaptor, dan menggantikannya dengan menancapkan kabel bewarna Merah di sana. Sedangkan Loski membantu mengoperasikan bahasa melalui komputer.

Input password

"Sial. Perpindahan bahasa tidak di terima jika kita tidak memasukkan password-nya!" Kata Loski.

"Password-nya masih dalam bentuk bahasa Navajo." Kata Ethan.

"Coba masukkan, Phoenix dalam bahasa Navajo." Moris menyarankan.

"Hoozdo" ucap Ethan cepat.

"Apa?"

"Hoozdo. Phoenix dalam bahasa Navajo."

Dengan cepat Loski mengetikkan kata itu dan meng- klik Ok.

"Masih Loading"

Processing language ...

Accessible.

"YEAH! AKHIRNYA!" ketiganya bersorak senang. Phoenix tak serumit yang mereka bayangkan.

"Satu langkah menuju Bumi, River...",

NASA

Setelah berkemas, Moris belum sempat mematikan Phoenix. Alat itu terus berkedip dengan lampu led berubah warna menjadi biru, yang sebelumnya bewarna merah.

"Ada apa ini?" Moris membenarkan kacamatanya dan melihat ke arah komputer saat layar menampilkan sesuatu.

Dan dari dalam komputer menampilkan sebuah pesan,

"Hello, escape me, from Mars."

Dan Moris langsung terjungkal dari kursinya karena terkejut.

(Ilustrasi Moris).

NASA

Satu kata untuk chapter ini.

Me : Terjungkal :v

Jadi, buat yang tanya kenapa chapter NASA loncat2 ga urut dsb, itu karena sebelumnya ku ubah dari mode PRIVATE ke mode PUBLIK. Mungkin ini penyebabnya. Kalian bisa remove NASA dari library dulu, abis itu masukin lagi ke library. Kalo tetep gabisa, Log Out adalah jalan satu-satunya pemirsah :")

Sol 37 : The Code.


1100 words.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro