Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 1 : Konseling

SMU Utama Jaya

Language Class
Grade Thwo, A

Selayaknya kelas tanpa guru penjaga, keadaan kelas Bahasa hari itu sangat gaduh. Segala kegiatan dan obrolan bertumpuk aduk seperti es cendol dicampur dengan cincau. Ada yang menggerombol, ada juga yang duduk sendiri menikmati soal-soal atau baca novel.

Di sudut kelas pun ada yang beraninya memetik gitar dengan iringan suara yang pas-pasan. Untungnya kelas bahasa cukup terisolasi dari kelas lain sehingga kebisingan mereka tak cukup mengganggu. Namun tetap saja, hal ini sedikit mengusik siswa yang betul-betul punya niat belajar ke Sekolah. Sekolah itu bukan hanya tempatnya nongkrong, tempat minta jajan, atau tempatnya pacaran. Hanya segelintir roh manusia yang memikirkan kalau dari sekolah ia juga bisa menata masa depan. Mungkin mereka, mentang-mentang anak Bahasa jadi merasa slengean.

Seperti cowok yang satu ini. Namanya Alfin.

Cowok kelahiran Malang, 18 September ini menghitung masa depannya sejak dini. Tepatnya sejak ia sadar kalau sekolah itu penting. Belajar lebih penting. Dan yang lebih penting lagi adalah menghilangkan kekosongan di dalam dadanya yang tak kunjung tertutup saja.

Alfin, meski terkadang juga ikut nimbrung membuat gaduh, namun ia sesekali juga rajin di saat yang lain ramai sendiri. Tak peduli juga kelasnya kacau dan jadi kapal pecah karena hampir semua bangku dan kursi bergeser. Sang vokalis band Eraser sekaligus ketua kelas XA Bahasa 2 itu sudah tabah menerima keadaan kelasnya dan memilih beradaptasi untuk belajar di dalam keramaian.

Disaat asyiknya mengerjakan TTS, seseorang menepuk bahu Alfin. "Fin. Tadi gue ke toilet. Lo dicariin sama Bu Rani. Sekarang!" kata Leo. Cowok tinggi kurus dengan wajah berbintang. Ia juga bergabung dalam Eraser Band dan diberi kepercayaan memegang posisi Bazz.

Bu Rani memintanya menghadap?  Ada apa ya gerangan? Fikir Alfin curiga. Bu Rani adalah guru BK yang mempunyai sifat lemah lembut. Sedang Partnernya, Pak Muji, adalah guru konseling yang killer. Kelas Alfin pernah dihukum mengelilingi lapangan karena berisik disaat yang lain sedang KBM.

"Pak Muji juga ada?" tanya Alfin

"Enggak. Bu Rani doang," jawab Leo. Ia ikut melongok di atas buku TTS Alfin dan ikut mengisi kolom-kolomnya.

Alfin berdiri hendak memenuhi panggilan Bu Rani. Sebelum dia keluar dari kelas, ia menggebrak papan tulis dengan telapaknya dan bicara tegas kesekian kalinya.

"Haissh!  Berisiknya!  Melebihi tanah abang tahu nggak! Nggak usah bawa buku aja besok-besok. Bawa dagangan!  Biar kaya pasar beneran!"

"Lah, buset, ngagetin aja Fin. Iye iyee ...  Nggak tahu apa kita sering khilaf," komen Marsel sang drumner Eraserq. Dia memang tukang gosip diantara para cowok. Kalau sudah jam kosong begini dia betah di belakang sambil membahas apapun. Sampai harga tahu yang naik turun sekalipun.

Biasanya teguran Sang ketua manjur. Kelas akan hening dan tertib. Tapi lewat 30 menit pasti kembali ramai lagi. Lagi pula kelas Bahasa memang seperti ini. Banyak jam kosong. Kelas Bahasa 1 malah pernah bolos satu kelas untuk hang out bareng. Luar biasa mereka.

"Khilaf aja lu pada!" Alfin keluar kelas setelah menegur kelasnya. Menuju ruang Bk untuk menghadap Bu Rani.

Tok tok ....

"Permisi, Ibu Rani " Alfin mengetuk pintu dulu meski terbuka. Karena di dalam ruangan sudah ada seorang siswi yang sembab matanya. Mungkin sedang curhat masalahnya. Namun ditengah dicurhati kenapa Bu Rani malah memanggilnya?

"Alfin?  Tutup pintunya dan duduk dulu."

Alfin menutup pintu. Mengecup punggung tangan gurunya dengan takdzim. Sikapnya sopan sekali.

"Ada masalah bu?"

Bu Rani tersenyum, "Ada."

"Ada yang bisa Alfin bantu bu?" tanya Alfin.

Pandangan Bu Rani beralih pada cewek di sebelah Alfin. "Dia. Ibu minta kamu membantunya."

Tidak habis pikir memang. Banyak guru selalu mengandalkannya. Biasanya menyuruhnya menasehati sesama teman atau tugas lain seakan ia adalah asisten mereka. Alfin sama sekali tidak keberatan selagi dirinya mampu dan tidak sibuk. Lagipula, ia senang bisa memberi manfaat pada banyak orang. Tetapi, tugas yang menyangkut pautkan gadis yang menangis ini membuat Alfin ragu.

"Dia? Kenapa bu?"

"Dia diganggu oleh seorang stalker. Bisakah kau membantunya? Atau berpura-pura jadi pacarnya?"

Alfin terkejut mendengar permintaan Bu Rani. Sejenak fikirannya blank karena rasa tidak percayanya. Tentu saja karena permintaan Bu Rani yang ekstrem. Bisa memicu kegemparan massa. Ia sudah banyak menolak ajakan pacaran karena dalih belajar. Kalau dia tiba-tiba menjalin hubungan asmara karena hanya permintaan dari guru BK, apa tidak masalah? Atau ini hanya bagian dari konseling?

"A-Apa Bu? Yaa ... Ibu tidak bercanda kan?"

Sang cewek juga sama terkejutnya. "Tidak perlu sejauh itu Bu. Sungguh. Saya merasa tidak enak."

Alfin menatap cewek manis itu. "Seberapa parah sih dia mengganggumu?"

"Alfin. Dia sudah memaksa mencium Ayu. Bahkan itu di dalam kelas," jawab Bu Rani.

Kalau saja Ayu adalah kakaknya tentu ia akan merasa marah, lalu menghampiri cowok stalker itu dan menghajarnya. Tetapi Ayu, siapa dia? Alfin baru saja mengenalnya.

"Kalau begitu. Alfin minta nomor dan alamat Ayu saja Bu."

"Kamu bersedia membantunya?"

"Yup. Ini ... " Alfin menyerahkan hp nya pada Ayu. "Nggak dikunci kok."

"Apa ini tidak apa-apa, bu?"

"Yu, tulis nomor hp-mu!" perintah Bu Rani lembut. Sungguh, Bu Rani seperti pecomblang saja diantara mereka. "Tenang saja. Alfin bisa dipercaya."

Ayu menuruti. Lalu menyerahkan kembali hp Alfin. Cowok vokalis itu menelepon nomor Ayu.

"Itu nomorku. Hubungi aku kalau terjadi emergency, ya!" Alfin tersenyum ramah.

Setelah urusan di ruang BK itu selesai, Alfin pamit pergi.

"Sekalian kamu antar Ayu ke kelasnya Fin! Ini kan hari pertama kalian jadian," Bu Rani tersenyum jail.

Alfin mengangguk dan mencium punggung tangan Bu Rani. "Baiklah Bu."

Pencomblangan di ruang BK itu pun menjadi hari pertama Alfin dan Ayu bertemu untuk pertama kalinya.

TBC





---


Terimakasih bagi para pembaca,
Saya harap kalian meninggalkan jejak,
Komentar, atau karendahan hati kalian untuk mengklik bintang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro