Part 2
16 Tahun Kemudian, Masa Sekarang. . .
Roda kehidupan akan terus berputar selama bumi masih melakukan rotasi dan revolusi. Pada tiap jiwa manusia yang bernyawa pasti ada kalanya akan merasakan terjatuh, terpuruk, tak mampu bangkit. Tapi kemenangan akan selalu jadi milik mereka yang mau terus berjuang.
"Kakak pulang." Ucap Gracia setelah membuka pintu depan rumahnya diikuti seorang gadis cantik dibelakangnya.
"Kak Ge!" Teriak Chika dari lantai atas kemudian berjalan turun menghampirinya.
"Eh ada Ara." Chika sedikit kaget saat menyadari bahwa kakaknya tidak pulang sendirian.
"Cici kamu mana?" Tanya Gracia.
"Kerumah sakit lagi dari sejam yang lalu. Katanya ada pasien yang urgent butuh pertolongan" Gracia hanya manggut-manggut.
"Temenin Ara, Kakak mau ganti baju."
"Uhm"
"Ke kamar yuk!" Chika kemudian menggandeng tangan Ara yang masih diam menunduk.
Waktu makan malam tiba. Seperti biasa mereka duduk berempat di meja makan. Ya, kali ini berempat bukan bertiga. Ara yang sejak tadi sore bersama Chika tidak diizinkan pulang sebelum makan.
"Kak, Ci besok kayaknya aku ada kegiatan di sekolah sampai sore." Chika membuka percakapan malam ini.
"Ngapain?" Tanya Gracia yang masih sibuk dengan makanannya. Dia bahkan tak mau repot menatap mata.
"Eee itu, aku ikut panitia Pensi Tahunan kak." Chika menjawab dengan takut-takut. Gracia yang mendengarnya pun kemudian meletakkan sendoknya. Terdengar hembusan nafas kasar dari mulutnya.
"Shan, kamu aja yang ngomong." Setelah mengatakan itu Gracia meraih gelas didepannya kemudian meneguk isinya sampai habis.
Shani yang mengerti situasi pun mulai berpikir keras. Menjelaskan pada Chika agar dia mengerti dan memastikan Kakaknya tidak marah. Pasalnya adik bungsunya ini sejak usia 5 tahun sudah divonis menderita lemah jantung. Itu juga yang membuat kedua kakaknya harus extra perhatian menjaganya agar jangan sampai penyakitnya kumat sewaktu-waktu. Kondisi Chika juga yang memotivasi Shani menempuh pendidikan Dokter agar bisa mengontrol kondisi adiknya. Bahkan diusianya yang masih tergolong muda 27 tahun, dia sudah menjadi Dokter Spesialis Jantung yang cukup diperhitungkan. Tak jauh berbeda dengan Gracia, Si Sulung Natio itu kini punya kerajaan bisnis Kuliner Sehat. Hobi yang digelutinya sejak masih kuliah. Restorannya pun sudah tersebar di seluruh Indonesia, bahkan sebentar lagi berencana memperluas jaringan ke negara tetangga. Tak tanggung-tanggung dia kini masuk jajaran salah satu pengusaha muda berbakat di usianya yang masih 30 tahun bersaing dengan pengusaha-pengusaha senior yang usianya lebih tua darinya.
"Dek, kenapa ga bilang Cici dulu kalau mau ikut panitia?" Tanya Shani.
"Karena udah pasti ga diijinin. Tapi Chika cuma jadi sekretaris Kak, Ci. Bukan Divisi yang sibuk kesana-kesini."
"Tapi kamu dari pagi sekolah, lanjut panitia ga ada waktu istirahatnya. Ga usah ya?" Shani masih berusaha memberi pengertian.
"Chika udah gede, bisa jaga diri. Beneran. Ya kan Ra?" Ara yang diam saja daritadi mengangkat kepalanya kemudian menggangguk.
"Dek ngertiin ya. Kakak sama Cici cuma ga mau kamu kenapa-napa." Shani sesekali melirik Gracia yang masih diam sambil mengaduk-aduk makanan di depannya. Dia tau mood kakaknya itu sudah rusak sejak tadi.
"Ih gak Ci! Pokoknya Chika tetep mau ikut panitia. Chika ga mau lagi ya dikatain cupu cuma karena ga pernah ikut kegiatan diluar pelajaran. Kalau kakak sama cici ga ngijinin, besok Chika ga mau sekolah." Mode ngambeknya keluar. Biasanya jika sudah seperti itu Shani akan luluh. Hanya Shani. Sedangkan Gracia tidak semudah itu.
"Kak…." Shani mulai bicara pada Gracia. Belum sempat terlontar sebuah kalimat, sendok yang gracia pegang diletakkan sedikit kasar ke piring. Mendadak semua diam.
"Kak Gre, Ci Shani maaf kalau Ara lancang. Mewakili panitia sekolah Ara minta ijin sama kakak buat ambil Chika jadi sekretaris ya karena cuma dia satu-satunya kandidat yang dipercaya. Ara janji bakal jagain Chika nanti, ga akan biarin Chika capek." Kali ini Ara yang berbicara meski terdengar ragu-ragu.
"Kamu sebagai apa disana?" tanya Gracia to the point.
"Ehm ketua panitia kak"
"Pantes semangat banget ikut panitia. Ketuanya Ara." cibir Shani.
"Biarin!" Jawab Chika balas menjulurkan lidahnya.
"Kak Ge boleh ya?" Kali ini jurus puppy eyes yang dikeluarkan Chika. Gracia hanya diam. Kedua tangannya diletakkan di atas dagunya. Semua diam kembali karena tahu jika sudah seperti ini maka Gracia sedang dalam mode berpikir dan itu artinya masih ada kesempatan.
"Ara malam ini kamu tidur disini. Nanti dianter Pak Maman ke kostan buat ambil seragam sama keperluan lainnya. Makan siang buat kalian besok bakal dianter sama orang resto jadi jangan jajan."
"Jadi boleh kak?" Gracia hanya mengangguk sekali.
"Arrgghh! Ara tuh kan boleh!" Chika tertawa sambil memeluk Ara. Yang dipeluk cuma bisa mesam mesem salah tingkah.
"Makasih kak Ge, makasih Cici."
"Shan!" Gracia memberi kode pada Shani.
"Iya aku ngerti. Vitamin buat Chika aku kasih double. Kakak ga usah khawatir."
"Kakak duluan." tanpa mengatakan apapun lagi Gracia meminum sedikit air putihnya kemudian berdiri.
"Kak, aku temenin Ara ke kostannya ya?" Rajuk Chika dengan semangat.
"Terserah kamu. Langsung pulang ga usah ajak pak Maman muter-muter!"
"Ck iya iya. Ayo Ra." Kemudian menarik tangan Ara naik ke lantai atas.
Suasana rumah sudah sepi. Ara dan Chika sudah pergi dari 10 menit yang lalu. Gracia kini sedang berada di kamarnya, entah sedang melakukan apa. Shani setelah makan malam tadi sibuk telponan dengan pacarnya.
Tok tok tok. . Terdengar suara pintu diketuk.
"Kak Ge udah tidur?" Ternyata suara Shani yang mengetuk pintu kamar Gracia.
"Masuk aja!" teriak Gracia dari dalam kamar. Tak lama suara derit pintu terdengar bersamaan dengan munculnya seorang gadis dewasa berpiyama. Senyumnya mengembang sempurna kala melihat kakaknya yang kini sedang sibuk didepan laptop.
"Kenapa Shani?" Tanya Gracia yang merasakan tangan Shani kini bergelayut manja di lengannya.
"Kakak lagi ngapain?"
"Cuma cek laporan hari ini aja. Kamu mau apa?"
"Aa itu mau ngomong sesuatu."
"Ya udah ngomong aja." Tanpa perlu menatap lawan bicaranya, karena lebih memilih fokus pada hal lain.
"Ih tapi itu laptopnya tinggalin dulu bentar bisa kali kak. Ya kali aku ngomong sama punggung!" Shani kini melepaskan pegangan tangannya kemudian duduk di kasur.
"Ya udah mau ngomong apa?" Gracia menurut kemudian menghentikan aktifitasnya dan melepaskan kacamatanya, memutar arah duduknya menghadap Shani.
"Besok kan aku libur. Tadi Vino telpon mau ngajak aku pergi ke…..."
"Kemana?" Potong Gracia cepat.
"Cuma makan berdua aja sih, soalnya kan udah lama ga ketemu. Pas aku sibuk dia enggak, pas aku enggak dianya sibuk. Nah baru bisa dapat waktu bareng itu besok. Boleh ya?" Dengan nada hati-hati Shani berbicara pada kakaknya. Gracia diam cukup lama.
"Kak boleh ga?"
"Yang ngajak kamu Vino kan?" Shani mengangguk dengan cepat.
"Suruh dia ijin langsung ke kakak"
"Lha kok gitu? Kan sama aja, aku yang ijin atau dia yang ijin" wajah Shani menekuk.
"Beda. Yang mau dia bawa anak gadis orang. Harusnya dia ijin langsung ke yang punya. Disini kamu tanggung jawab kakak sepenuhnya." Ucap Gracia tanpa ekspresi sama sekali.
"Ih ga berubah dari dulu. Lagian Shani udah dewasa kak, udah bukan jaman pacaran anak SMA lagi. Udah sama-sama gede. Shani bisa jaga diri, Vino juga bisa jaga sikap kok"
"Mau pergi ga?" Gracia menaikkan satu alisnya. Tak terpengaruh sama sekali dengan ucapan Shani yang panjang itu.
"Iya iya. Besok Vino ijin langsung sama kakak. Tapi jangan dingin-dingin amat sih kak kalau di depan dia. Dia itu takut kalau sama kakak, cuma gengsi aja mau bilang."
"Terserah! Itu urusan dia" Gracia kemudian berbalik melanjutkan lagi aktifitasnya yang tertunda tadi. Tak dipedulikannya gumaman kekesalan orang di belakangnya.
"Masih ada yang mau dibicarakan lagi Shani?" Tanya Gracia karena Shani tak juga bergerak dari posisinya. Bukannya menjawab Shani malah bergerak maju kemudian memutar badan Gracia agar menghadapnya.
"Meskipun kakak nyebelin, dingin kayak es batu, tapi aku sayang sama kakak. Aku bakal nurut sama kakak kalau kakak akhirnya ga ngijinin, mungkin nanti aku bakal ngomel-ngomel dulu, tapi di hidupku cuma kakak sama Chika yang terpenting. Jangan malam-malam tidurnya kak, kamu butuh istirahat." Shani kemudian mengecup singkat kening Gracia sebelum berlalu keluar kamar. Gracia hanya diam membeku ditempat.
TBC.
Yang udah baca ini dan bertanya kenapa langsung part 2, karena part 1-nya ga disini. 😂😂
Ini cerita collab pertamaku bareng kak arwfika. Jadi bisa mampir dulu ke akunnya kak arwfika untuk part pertamanya. Kedepannya bakal di up secara bergantian di dua akun ya. . Semoga bisa menghibur 😘👍
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro