Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 12

3 manusia kakak beradik itu kini sedang duduk di meja menikmati sarapan pagi mereka. Tidak ada suara apapun kecuali dentingan sendok yang beradu dengan piring. Si Sulung yang makan dengan tenangnya memastikan makanan yang masuk ke dalam mulutnya sudah dikunyah minimal 32 kali. Si tengah yang tangan satunya memegang Roti dan tangan satunya lagi sibuk scroll layar hapenya, sesekali bibirnya mengulum senyum atau malah terkikik sendiri karena liat postingan gaje di sosmed. Dan si bungsu yang belum selesai mengunyah udah memasukkan lagi satu sendok penuh nasi goreng ke dalam mulutnya persis kayak orang ga makan seminggu.

"Kamu makan ga bisa tenang sedikit? Baru jam 6.15." Ucap Gracia yang jengkel melihat ulah Chika. Yang ditanya cuma bisa menggeleng. Berusaha menelan semua makanan di dalam mulutnya.

"Keburu Ara jemput." Jawab Chika setelah mulutnya kosong.

"Lho dijemput Ara dek? Kok ga bilang?" Tanya Shani.

"Lha ini udah bilang." Shani hanya mendengus mendengar jawaban adiknya.

Benar saja, Tak lama kemudian terdengar bel berbunyi dan satu wajah anak ABG berseragam putih abu-abu ditutupi jaket denim warna navy muncul.

"Selamat Pagi Kak Gre, Ci Shani."

"Pagi Ara. Sini duduk." Jawab Shani. Sedangkan Gracia hanya manggut-manggut sambil terus makan.

"Sarapan dulu. Santai aja, jangan kayak Chika kek orang kesurupan kalau makan." Sindir Shani.

"Ini juga biar Ara ga nunggu lama kali kak."

"Makasih Ci, Ara udah sarapan kok tadi sebelum kesini." Jawab Ara sopan.

"Oh gitu. Ya udah dek kamu buruan makannya. Kasian Ara nanti nunggu lama."

Chika yang mendengar hanya mendelik malas menatap Shani.

"Makan cepet salah, makan pelan lebih salah lagi. Yang bener cuma Cici." Gumam Chika pelan.

"Kamu ngomong apa dek?" Tanya Shani menatap tajam adiknya.

"Siapa yang ngomong Ci. Aku kumur-kumur dari tadi." Dengan cepat Chika menghabiskan makannya. Tak lupa minum obatnya juga.

"Chika sama Ara berangkat ya. Ayo Ra kita kemon." Ucap Chika yang berdiri sambil menggendong tas sekolahnya.

"Iya. Nanti mau jemput apa bareng Ara lagi?" Tanya Gracia.

"Aaaaa BARU INGET!" Teriak Chika yang otomatis membuat semua yang ada disitu kaget.

"Kebiasaan teriak kek kuli pasar." Gumam Ara.

Sedangkan Gracia dan Shani hanya memejamkan mata menahan kesal. Kalau bukan adiknya, mungkin bakal ada piring melayang kena kepala.

"Ijin pulang sore. Mau rapat bahas pensi. Soalnya waktunya udah mepet. Udah ketunda lama juga karena aku sakit kemarin." Jelas Chika pada kedua kakaknya.

"Sampai jam berapa?" Tanya Gracia.

"Emmm enaknya jam berapa Ra?" Yang ditanya malah melempar pertanyaan pada orang lain.

"Ga akan lebih dari jam 4 kok Kak Gre. Nanti Chika biar Ara antar pulang lagi."

"Oke. Udah sana hati-hati." Jawab Gracia yang juga sudah siap-siap akan berangkat.

"Siap Komandan. Gas Ra!" Dengan cepat Chika menarik tangan Ara bahkan sebelum Ara sempat berpamitan pada kedua kakaknya.

"Tuh anak abis ketempelan sesuatu deh kayaknya. Heboh bener daritadi." Gumam Shani.

Hari ini Ara mengendarai motor matic-nya. Itu juga atas permintaan Chika. Katanya biar cepet bisa sulap salip kalau macet. Padahal dalam hati Chika, biar bisa duduk deketan sambil peluk sih. Modus-modus dikit gapapalah ya.

Sejak kejujuran Chika mengaku cemburu kalau Ara deket dengan orang lain. Belum ada progress lagi kejelasan hubungan mereka berdua. Chika yang menunggu Ara dan Ara yang masih galau mau maju atau tetap di tempat. Jika menuruti hatinya dia harus maju tapi takut amukan Gracia. Kalau tetap di tempat keburu Chika kepincut yang lain, mumpung sinyal lagi bagus banget kalau nembak 84,5% pasti kedownload.

"Ajib makin lengket aja kek laler sama lemnya." Teriak Aldo saat melihat Chika dan Ara masuk bergandengan tangan.

"Jangan ganggu mereka Paimin. Mending kita ikutan cari mangsa juga biar bisa gandengan." Timpa Sholeh.

"Pas Istirahat yuk. Gue denger-denger anak IPS makin bohay-bohay aja sekarang." Ucap Aldo sambil membetulkan jambulnya. Ara hanya menatap kedua temannya malas. Tak berniat meladeni keduanya.

Hari itu berjalan dengan sedikit lancar hingga jam terakhir. Meski ada sedikit drama sana sini karena lagi-lagi Mira merusak suasana. Entah yang tiba-tiba menepuk pundak Ara saat berpapasan waktu jam istirahat. Atau kepergok Chika beberapa kali anak itu lewat depan kelasnya sambil melirik. Dia tahu Mira sedang curi-curi kesempatan liatin Ara. Huh! Awas aja ya kalau Ara ikut-ikut ganjen juga. Aku colok matanya.

Sesuai dengan rencana hari ini. Ara n the gank akan mengadakan rapat untuk membahas pensi akhir tahun yang berlangsung 3 bulan lagi. Rapat berlangsung dengan serius namun terkendali. Saat menjelang sore akhirnya beberapa rencana untuk kelancaran acara telah disepakati. Susunan acara juga telah dibuat secara matang. Tinggal proses eksekusi saat hari H.

"Arrgh akhirnyaa... Capek!" Chika bersandar di kursinya sambil merentangkan kedua tangannya, melemaskan otot-otot yang kaku.

"Mau pulang sekarang?" Tanya Ara. Beberapa peserta rapat sebagian besar sudah keluar ruangan.

"Bentaran. Aku napas dulu." Jawab Chika. Ara hanya mengangguk sambil mengutak-atik ponselnya.

"Oh daritadi ga napas ternyata. Mati dong." Gumam Ara pelan berusaha agar tidak terdengar orang disebelahnya.

"Kamu ngomong apa Ra?" Tanya Chika. Ara hanya menggelengkan kepalanya, mengerutkan keningnya pura-pura bingung.

"Ck. kamu pikir aku budeg apa!" Bukannya percaya Chika malah menoyor pelan kepala Ara. Bukannya marah Ara malah tertawa.

"Pulang gak guys, pacaran mulu ih!" Teriak Aldo kemudian berdiri dari duduknya. diikuti oleh Sholeh dan Indah.

"Mulut lo gue sumpel kaos kakinya Sholeh mau?!" Tanya Ara kemudian ikut berdiri.

"Ih santai Ra. Cuma becanda. Gitu aja marah."

"Makanya kalau ngomong itu yang bener. Ga ada yang pacaran daritadi. Ga usah nggosip!" Setelah mengatakan itu semua diam. Termasuk Chika.

Tiga sahabatnya agak kaget dengan perubahan mood Ara kali ini karena biasanya dibercandaian seperti apapun Ara tidak akan marah secepat ini. Dan Chika yang merasa hatinya mulai tak nyaman. Ara ga suka ya pacaran sama aku?

"Ayo aku anter pulang. Keburu ditanyain Kak Gre sama Cici." Ara mengulurkan tangannya pada Chika.

Mereka berlima keluar dari ruang rapat tanpa suara sedikitpun. Ara dan Chika di depan. Aldo, Sholeh dan Indah mengikuti di belakang. Hingga tiba di ujung koridor, seseorang tiba-tiba muncul.

"Ara.." Panggil orang itu.

"Mira?"

--------------

"Kak dimana?"

"Masih di kantor. Kenapa Shani?" Tanya Gracia yang masih saja sibuk dengan kerta-kertas ditangannya. Handphonenya dia jepit antara bahu dan kepalanya.

"Aku kesitu ya kak. Pengen makan bareng kakak." Seketika Gracia mengecek waktu di pergelangan tangannya. Memang waktu sudah mendekati jam makan siang.

"Oke. Nanti langsung ke atas aja ya."

"Oke kak." Setelah panggilan terputus. Gracia mempercepat gerakannya menyelesaikan semua tugasnya sebelum Shani datang.

20 menit berlalu dan pekerjaannya akhirnya selesai. Baru saja Gracia menyandarkan diri di kursinya pintu ruangan terbuka. Dengan senyum tipis yang tercetak di wajahnya dia sedikit menegakkan tubuhnya. sayangnya...

"Fiony?" Gumam Gracia. dan otomatis senyum tipis itu berubah menjadi ekpresi datar dan dingin.

"Hai sayang."

"Mau apa?" Tanya Gracia yang akhirnya duduk kembali di kursinya dengan tatapan malas.

"Sekali-kali senyum dikit kek kalau ketemu aku." Ucap Fiony.

"Males." Jawab Gracia asal.

"Ya udah yuk." Ajak Fiony kemudian mendekat mencoba menggandeng tangan Gracia.

"Mau ngapain? terus siapa yang nyuruh kamu tiba-tiba masuk kesini? kan aku udah bilang, soal kerjaan langsung sama Mario. Ga usah nyari aku."

"Dih sapa juga yang mau nemuin kamu bahas kerjaan. Orang aku mau ajak kamu makan bareng kok."

"GAK!" Nada Gracia naik satu oktaf mendengar niatan Fiony mengajaknya makan bersama.

"Ih ayolah. Makan berdua doang. Ga bikin kamu cepet-cepet jatuh cinta sama aku kok." Ucap Fiony dengan cemberut.

"Pokoknya gak!" Bukannya menyerah dan pergi, Fiony malah menarik-narik tangan Gracia.

"Kamu kok maksa sih?"

"Demi makan bareng kamu. Cuma makan sama aku Gre. Ga akan hancurin pamor kamu selama ini." Fiony tak menyerah.

"Fiony! Kamu....."

"Kak...eh itu kenapa ditarik-tarik?" Shani tiba-tiba muncul dan melihat kakaknya yang sedang ditarik-tarik tangannya.

"Kamu siapa?" Tanya Fiony pada Shani.

"Aku yang harusnya nanya, kamu siapa narik-narik tangan kak Gre?" Shani balik bertanya.

"Pacarnyalah. Kamu siapa? mau apa?"

"Kak...?" Shani malah menatap Gracia.

"Ga usah dengerin dia. Lepasin tangan kamu!" Gracia berusaha sekuat tenaga lepas dari Fiony kemudian mengambil tasnya dan menghampiri Shani.

"Gracia! kamu mau kemana? jangan bilang itu pacar kamu ya? Gak boleh! kamu ga boleh pergi sama dia!" Teriak Fiony.

"Bukan urusan kamu! Ayo Shan." Gracia berjalan keluar dari ruangan dengan mengandeng tangan Shani meninggalkan Fiony yang masih mencak-mencak di belakang.

Sebelum keluar Shani masih sempat menatap Fiony dengan tatapan tak suka.

-----------------

"Ara aku mau ngomong sama kamu berdua bisa?" Tanya Mira tiba-tiba menghadang jalan mereka berlima.

"Mau ngomong apa?" Tanya Ara pelan sambil sesekali melirik Chika di sampingnya.

"Harus disini ya?"

"Iii...iya maaf. Aku buru-buru mau pulang soalnya. Kalau ada yang penting ngomong disini aja gapapa kan?" Balas Ara.

"Ehmm ya udah deh. Nih buat kamu." Mira menyodorkan setangkai bunga mawar merah pada Ara. Chika yang tangannya saat itu masih dipegang Ara reflek melepas paksa tangannya kemudian membuang muka. Berusaha untuk tidak menatap interaksi Ara dan Mira, tentu saja dengan perasaan tidak karuan.

"Apa ini?" Tanya Ara pada Mira.

"Emmm aku udah lama suka sama kamu. Tapi aku baru berani nunjukinnya sekarang. Ra kamu mau jadi pacar aku ga? Kalau iya bunganya diambil ya?"

Mendadak hawa yang berada disitu berubah Brrrrrrr sedikit mencekam. Suara shock tiga orang dibelakang terdengar tidak enak di telinga. Chika yang sedari tadi berdiri di samping Ara mencengkram erat tangannya, berusaha mengontrol emosinya.

"Ra..." Ucap Mira lagi. Ara mengerlingkan matanya, menatap Chika kemudian balik menatap Mira. Hingga akhirnya tangan Ara maju mengambil bunga itu.

"Mira..." Tak ingin mendengarkan lagi kelanjutannya Chika kemudian pergi darisitu setengah berlari. Disusul ketiga temannya di belakang.

"Maaf ya. Bunga ini aku ambil tapi aku ga bisa balas perasaan kamu. Kamu pantas dapetin yang lebih baik dari aku."

"Kenapa? Kamu lebih dari pantes kok buat aku." Dengan wajah sedih Mira masih mencoba meyakinkan Ara. Ara diam mencoba mencari alasan lain untuk tidak semakin menyakiti hati orang di depannya.

"Chika ya?" Pertanyaan Mira sontak membuat Ara menatapnya tidak percaya. tapi akhirnya Ara mengangguk karena memang itu alasan yang paling benar.

"Sekali lagi maaf." Ucap Ara sedikit menundukkan kepala.

"Aku tau kok dari awal kalau aku ga akan pernah menang dari Chika. Tapi aku tetap mau mencoba. Setidaknya aku udah sedikit lega sekarang karena aku udah nyampein perasaan yang udah lama aku simpan meski jawabannya ga sesuai harapan."

"Maaf ya Mira." Lagi-lagi Ara minta maaf.

"Iya. Bunganya disimpan aja. Chikanya dikejar gih. Dan jangan dipendam terlalu lama perasaannya. Nasibmu ga akan seburuk aku kok." Mira menepuk pelan pundak Ara kemudian berbalik pergi dengan kepala menunduk.

Ara hanya menatap punggung Mira yang semakin menjauh hingga tersadar masih ada hal penting lain yang harus ia selesaikan. Dengan cepat Ara berlari menyusul Chika dan teman-temannya yang sudah menghilang dari pandangan sejak tadi

"Chik..tungguin!" Teriak Ara yang melihat Chika hendak menyetop taksi. Teman-temannya yang berdiri di gerbang hanya menatapnya memelas.

"Lepasin ih!"

"Ngapain sih naik taksi. Kan mau aku anterin." Ara menarik tangan Chika agar masuk kembali ke halaman sekolah.

"Ogah! Sana urusin pacar kamu aja."

"Ayo aku anterin pulang. Aku ga mau dimarahin Cici sama Kak Gre."

"Kalau alasannya cuma karena Kak Gre sama Cici, aku ga mau pulang sama kamu!" Chika berusaha sekuat tenaga lepas dari genggaman tangan Ara.

"Kamu kenapa sih Chik? marah-marah terus daritadi."

"Aku gak marah! Ga usah sok penting jadi orang."

"Ya udah ayo pulang sama aku."

"Gak!"

"Chika!" Ara mulai terpancing emosi. Seketika membuat Chika diam di tempat.

"Oke aku tau kamu marah sama aku karena Mira tadi kan? Aku ga ada apa-apa sama dia. Dan aku udah pernah bilang kalau kamu ga suka aku deket-deket sama yang lain ngomong, jangan malah marah-marah atau ngambek ga jelas kayak gini!"

"Aku udah bilang aku ga marah!"

"Ngelak aja terus. Asal kamu tau dia emang nembak aku tadi tapi aku tolak. karena apa? karena aku udah sayang sama orang lain."

"Bukan urusan aku!"

"Oke. Mulai saat ini yang jadi urusan aku bakal jadi urusan kamu juga! Sekarang kamu pacar aku."

"Apa? Gak mau!"

"Gak peduli! aku ga nanya kamu mau apa enggak. Intinya mulai sekarang kamu jadi pacar aku!'

"Ra..." Nada Chika kali ini mulai mereda tidak seemosi tadi.

"Apa!"

"Kamu beneran?"

"Daritadi aku keliatan bercanda?" Chika hanya menggeleng.

"Oke. Sekarang Chika sama Ara pacaran. titik!" Setelah mengatakan itu Ara menarik tangan Chika menuju tempat motornya diparkir.

"Guys tontonan selesai! kita pulang!" Teriak Ara membubarkan muka cengo ketiga temannya sedari tadi.

TBC.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro