BAB 32 || NAGA
Naga, Jangan Bucin!
❖Bab 32❖
a novel by andhyrama
IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama// Shopee: Andhyrama [an Online Bookshop]
Instagram Naga: @nagaputramahendra
Kita tidak perlu mengandalkan orang lain untuk hal yang bisa kita lakukan sendiri.
Dari awal, harusnya gue bisa sendiri.
Nggak perlu ada Bima.
(。♥‿♥。)
Pre-Question
Absen dulu! Kirim satu/banyak emoji buat Naga dong!
Sama satu buat aku juga! Hehe.
Komen hadir di tim kalian, ya!
#BucinnyaNaga
#RakyatnyaBima
Just random questions before you read the story!
1. Kalian yang susah payah, tapi yang lain yang dapat lebih? Perasaan kalian?
Kayak kalian kerja kelompok terus cuma kalian yang kerja, tapi temen kalian yang nilainya paling gede gimana?
3. Kalau temen kalian ngikutin gaya kalian tapi dia nggak mau ngakuin, perasaan kalian gimana?
3. Kalian pernah nggak sih males ngomong sama orang, sampai ada orang itu kalian menghindar?
4. Kalian pernah nggak terjebak di tempat yang kalian nggak suka? Pengin pergi nggak bisa. Di mana tuh?
5. Di kelas kalian ada geng-gengan gitu nggak? Kalian masuk geng, nggak? Kalau iya, nama gengnya apa?
Aku lagi pusing revisi nih, takut ngecewain kalian. Kasih semangat dong!
Happy reading, don't forget to vote , comment, and share!
(。♥‿♥。)
Halo polisi! Tolong, ada orang yang ingin membunuhku!
Di mana?
Di cermin. Kegantengannya overdosis!
(。♥‿♥。)
Aku merasa ingin mati.
Aku tidak menyangka keinginan bodohku untuk memiliki kembaran dan terbebas dari klub sepak bola mengantarkanku pada bencana ini. Aku tidak menyangka sosok pangeran dari negeri antah berantah itu membuatku hampir tak bernyawa. Dia tidak menyelamatkanku, dia bukan pahlawan, dia penyebab aku kehilangan segala kesempatanku.
"Lo yang buat gue kayak gini?" tanyaku yang kemudian mencoba untuk duduk di ranjang ini. Aku melirik ke tangan kananku yang tak merasakan apa-apa di dalam bungkusan gips ini—di dalam kain yang menggantung di pundakku.
Bima mengangguk pelan, dia tampak merasa bersalah.
"Gue pikir gue nggak perlu khawatir soal turnamen lagi, gue pikir lo bisa handle semuanya. Gue salah. Lo nggak bisa. Lo bahkan nggak pantas jadi pangeran apalagi raja! Lo udah ngerusak gue!" ungkapku yang mungkin terdengar menyakitkan baginya, tetapi tak bisa kubendung. Aku sangat kecewa. Aku tidak tahu cara melampiaskannya dengan benar.
Dengan keadaan seperti ini, aku tidak bisa memasak, aku tidak bisa keluar rumah dan sekolah, aku tidak bisa bertemu Kak Gadis, aku tidak bisa bertemu Ayah, Ibu, dan kedua adikku. Padahal, aku sudah sangat semangat untuk mengikuti kompetisi dari Bang Albi, kesempatanku untuk menunjukkan kemampuan memasakku. Kini, semua lenyap gara-gara keeogisan sosok di depanku ini.
Memikirkan semua itu, membuat mataku panas dan mulai basah. Aku menangis tanpa isakan.
"Aku akan berusaha me—"
"Gue nggak pengin lihat lo. Pergi!" seruku yang masih sangat marah dan sedih.
"Air, makanan, obat ada di situ. Ini alat untuk memanggilku. Jika kau butuh sesuatu, pencet saja dan aku akan datang untukmu." Bima memberikan alat seperti remote kecil.
Aku mengambil alat itu dengan tangan kiriku dan kemudian membuangnya. "Nggak butuh."
"Pergilah, Yang Mulia," kata kucing yang dari tadi hanya diam di pinggir ranjangku.
Bima dengan wajah yang memucat dan tampak begitu lelah itu akhirnya pergi. Aku masih duduk diam dengan air mata masih mengalir. Mengatur napasku, aku ingin menenangkan diri.
"Naga. Saya tahu perasaanmu sekarang. Butuh waktu untukmu dapat menerima keadaan ini. Pangeran akan berusaha untuk membantu kepulihanmu," kata kucing itu yang tidak kugubris.
"Mau dengar sesuatu menyenangkan?"
Aku diam.
"Kucing-kucing apa yang bikin kamu bahagia?"
Aku masih tidak mau memandangnya.
"Kucingkat Naga dan Gadis jadi Nagadis."
Aku harusnya sedih. Entah kenapa, aku malah ingin tersenyum. Hampir.
"Kak Gadis suka Naga yang ceria lho," kata kucing itu. "Senyum dong."
"Kak Gadis nggak suka gue, dia suka Bima," ujarku yang kemudian kembali terbaring, menatap langit-langit dengan sisa tangis yang masih menetes.
Andaikan ada tali yang menjulur di sana.
(。♥‿♥。)
Bima menggantikanku ke sekolah, sepulang sekolah dia selalu memberitahu pelajaran yang dia dapat. Dia juga mengajariku soal-soal yang akan keluar di ujian melalui kisi-kisi yang dia kumpulkan. Bima merawatku bahkan membantuku untuk membersihkan diri. Namun, aku diam saja. Tak merespons apa pun yang dia katakan dan lakukan. Aku tidak punya motivasi apa pun sekarang.
Aku seperti kehilangan banyak informasi karena sama sekali belum melihat ponselku selama dua hari ini. Bagai mayat hidup, aku hanya terbaring dan meratapi masa depanku yang tak ada harapan. Aku tidak yakin tanganku akan sembuh walau Bima mengatakan jika aku sudah boleh membuka gipsnya besok. Karena sampai sekarang, aku tidak merasakan apa pun di tangan kananku ini.
Besok, Gema dan Gemi ulang tahun. Seharusnya, sore ini aku berbelanja dan malamnya aku akan membuat kue kejutan untuk mereka. Namun, sekarang sudah tidak mungkin aku lakukan.
"Tanganmu akan sembuh kok," kucing ini datang dan pergi seperti setan. "Tadi saya ke rumah Gadis lho. Dia sedang mengedit videomu sama dia. Mungkin sekarang sudah diunggah."
Kucing itu mengambil ponselku yang ada di nakas, dengan kesusahan dia memberikannya padaku. "Ayo lihat sama-sama."
[Jendral ganti robot kucing, karena yang sebelumnya lagi dicuci sama pelayan istana]
Dengan tangan kiri, aku membuka ponselku dan langsung menekan aplikasi YouTube. Ya, ada notifikasi jika Kak Gadis mengunggah sebuah video. Video kami sedang membuat kue.
"Lihat, kau sangat gugup di situ," kucing itu menggodaku. "Siapa pun yang lihat pasti tahu kamu suka Gadis."
Aku ikut tersenyum saat melihat Kak Gadis tersenyum. Kami terlihat sangat menikmati saat menghias kue itu. Bahkan, dia sempat bercanda dengan menempelkan krim di hidungku dan kemudian aku membalasnya. Kami melakukan closing dengan krim yang masih ada di hidung.
"Kau ingin membaca komentarnya?"
Aku menggeleng dan kemudian menutup ponselku.
"Oh ya, sekarang waktunya kau minum obat. Ayo saya suapin, ya!" si kucing mengambil obat di atas meja, lalu dia pelan-pelan membawakan gelas yang berisi air. "Mana ada yang lagi sakit dilayani sama kucing lucu kayak saya, cuma kamu satu-satunya di dunia. Beruntung, kan?"
"Mau hiburan apalagi?" tanyanya. "Mau lihat saya nge-dance? I'm like TT, just like TT." Dia benar-benar menari lagu Twice itu dengan benar.
"Atau mau dengar saya nge-rap lagi?" dia menawarkan. "Yo! Naga, Naga jangan nangis, ntar dilihat Kak Gadis. Naga ayo senyum, jangan manyun! Makan tomat makin semangat, makan muntul makin mantul! Ayo Naga, kamu berharga, pasti bisa bikin bangga!"
"Cukup. Pergilah," suruhku yang ingin terbaring lagi.
"Yo, salam satu jiwa! Sampai jumpa!"
(。♥‿♥。)
"Bang Naga kok nggak buatin kami kue?!"
"Bang Naga sudah berubah!"
"Aku benci Bang Naga!"
"Gue kecewa sama lo Bang."
Tengah malam, aku terbangun dari mimpi burukku. Ini hari ulang tahun Gema dan Gemi. Aku harus membuatkan mereka kue. Tubuh ini kupaksakan untuk bangun, berdiri meski kedua kaki masih cukup lemas untuk berdiri. Namun, aku mencoba berjalan dan membuka pintu.
Kuturuni tangga perlahan, lalu kulihat dia di dapur. Bima menahan rasa kantuk sembari sesekali melihat ponsel dan mencoba memasukkan bahan-bahan membuat kue. Dia tampak begitu lelah. Apa aku harusnya memaafkannya? Dia pangeran dengan seribu tugas, tetapi harus mengurusku, menggantikanku, dan mencoba mengerjakan kewajiban-kewajibanku.
Ketika pikiranku mencoba memaafkannya, dadaku masih terasa sakit saat mengingat kejadian di taman itu. Belasan orang mengeroyokku, menginjak tangan kananku hingga retak. Kemampuan terbaikku hanyalah memasak. Tanpa tangan ini, aku useless. Aku tidak punya apa pun untuk ditunjukkan sebagai kelebihan. Karena itu, aku masih belum bisa memaafkan Bima.
Walau begitu, aku mencoba membantunya membuat kue. Itu bukan demi Bima. Itu demi Gema dan Gemi. Aku tidak mau keduanya mendapatkan kue yang buruk untuk ulang tahun mereka.
"Aku tidak pernah membuat kue sebelumnya," kata Bima yang mencoba tersenyum padaku, tetapi tak kubalas.
Perasaanku sekarang tidak karuan. Aku ingin memaafkannya, ingin kembali berteman dengannya. Namun, rasa kecewaku, rasa sedih, dan rasa geram dengan keadaan ini membuatku tak mampu melakukan itu. Aku juga merasa bersalah telah mengatakan hal buruk padanya. Bima pasti sedang berusaha keras menanggung kesalahannya padaku, belum lagi dia harus menahan emosi karena dituntut untuk menggantikan ayahnya.
Setelah kupikir, mungkin ini bukan semua kesalahannya. Dia tidak pernah berharap untuk menjadi seorang pangeran ataupun raja, dia tidak pernah berharap datang ke sini dan menggantikanku, dia tidak pernah berharap aku terluka seperti ini. Di balik segala cover-nya, dia hanya pemuda enam belas tahun dengan ego dan perasaan yang belum stabil.
Saat Gema dan Gemi datang, aku bersembunyi di balik lemari. Aku memperhatikan mereka bertiga. Bima yang bagaikan seorang kakak menyalakan lilin, saat itu datang juga Ibu. Bima dan ibuku menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Gema dan Gemi. Mereka meniup lilin bersama. Lalu, Gemi memeluk Bima.
"Gantian, gue juga pengin peluk Abang," kata Gema yang iri.
Aku tersenyum walau dadaku sesak. Aku yang harusnya ada di sana. Aku menggeleng. Tidak. Bima lebih butuh momen itu. Dalam hidupnya, dia tidak pernah merayakan ulang tahun kedua adiknya dan tertawa bersama ibunya. Dia boleh mendapatkan itu.
(。♥‿♥。)
"Kau bisa merasakan tanganmu?"
Aku menggeleng. Aku berusaha keras menggerakkan jemariku, tetapi nihil. Sangat susah.
"Jangan dipaksa, pelan-pelan saja," ujar Bima yang mencoba menenangkanku.
Aku tidak percaya, mataku memanas. Aku tidak sanggup menggerakkan tangan ini. "Nggak bisa! Gue nggak bisa!" seruku penuh emosi.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Seseorang masuk dengan wajah heran karena melihat kami berdua. "Bang Naga ...."
Mohon maaf, bagian ini telah dihapus untuk kepentingan penerbitan.
Versi lengkap, ekstra part, dan kejutan besar menantimu di BUKUnya!
Sampai jumpa di VERSI CETAK! Ikuti update-nya di Instagram-ku dan Naga (@andhyrama dan @nagaputramahendra )
(。♥‿♥。)
Tekan tombol ★ kalau kamu suka part ini!
Jangan lupa jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, ya!
Question Time
1. Apa pendapat kalian tentang bab ini?
2. Bagian paling kalian suka di bab ini?
3. Pendapat kalian tentang reaksi Gema?
4. Siapa tokoh yang kemunculannya paling menghibur di cerita ini?
5. Kalian merasa waktu cepet banget nggak sih? Tiba-tiba Naga udah 32 bab, besok udah Februari? Siap Naga tamat, nggak sih?
6. Mana yang udah mulai nabung nih buat #PelukNaga2020?
7. Di Bab 33 ... NA-NA-NA-NAGAGAP IS BACK! LAH KENAPA NIH?? MANA YANG NG-NGGAK SYA-SYABAR? JAWAB DENGAN GA-GAGAP! KEP-KEPSLOK AL-ALWAYS ON YA!
Yang nggak sabar buat baca Bab 33, komen: Aku rindu Nagagap!
Sampai Jumpa hari Rabu!
UPS!
Sampai Jumpa hari Minggu!
2 Februari 2020 pukul 14:00 WIB!
BONUS PART IS COMING GEMA || GEMI!
Siap baca sudut pandang Gema dan Gemi?
Yang nggak sabar baca bonusnya, komen: Ah, nggak siap gemes!
Mana tim kalian?
#BucinnyaNaga vs #RakyatnyaBima
#NaGadis vs #BiMaya
(。♥‿♥。)
#Nagacuteeverytime
(。♥‿♥。)
Jangan lupa untuk follow:
@andhyrama
@andhyrama.shop
Akun roleplayer:
@nagaputramahendra || @bimaangkasarajo || @gemaputramahendra || @gadisisme || @mayapurnamawarni || @gemiputrimahendra || |@agumtenggara || @erza_milly || @petrovincenthardian
Akun fan page:
@team_nagabima
di Instagram!
(。♥‿♥。)
GRUP CHAT!
#TeamNagaBima
Silakan DM Instagram admin di @team_nagabima kalau ingin join.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro