Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 11 || NAGA

Naga, Jangan Bucin!

Bab 11

a novel by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama// Shopee: Andhyrama

Instagram Naga: @nagaputramahendra

(。♥‿♥。)

Kadang, orang hanya butuh didengar dan diakui. Pertanyaannya, mereka mau mendengar dan mengakui yang lain juga, nggak?

Oke dengerin gue! Hari ini, gue ngaku kalau gue ... terlalu tampan. Terima kasih.

(。♥‿♥。)

Pre-Question

Absen dulu! Kalian vote ke berapa di part ini?

Komen hadir di tim kalian ya!

#BucinnyaNaga

#RakyatnyaBima

Just random questions before you read the story!

1. Genre film favorit kalian?

2. Grup K-pop favorit kalian beserta biasnya!

3. J-Pop or K-Pop?

4. Menurut kalian pelajar yang merokok gitu gimana sih?

5. Tim baca #NontonTV atau #YoutubeLebihdariTV?!

6. Kasih satu nasihat dong buat Naga!

7. Siap nabung buat Naga versi cetak 2020?!

Tenang gais, di Wattpad sampai tamat kok.

(。♥‿♥。)

Kapan sih authornya bikin gue pacaran sama Kak Gadis?! Udah nggak sabar!

(。♥‿♥。)

Mungkin, Bima hanya ingin menolong karena aku tidak bangun. Namun, hari ini bukan waktu yang tepat untuk menggantikanku. Menaiki taksi sampai ke gerbang sekolah, aku segera lari menuju ke depan kelasku. Aku mencoba menguping apa yang terjadi di dalam. Sekarang, sedang ada pelajaran matematika.

"Wah, Naga. Penjelasanmu bagus sekali!" suara Bu Tyas.

"Gila, Naga. Kok lo tumben jadi pinter?"

"Kayaknya Naga ini ketuker deh, masa jadi beda banget. Tiba-tiba pinter main bola, tiba-tiba jadi pinter matematika," ujar yang kuyakin adalah Alfa.

Tiba-tiba, ada kucing muncul di belakangku. "Kau ke toilet sana. Biar saya yang pancing Yang Mulia keluar," kata kucing itu yang aku angguki.

Aku pun segera menuju toilet, tak lama kemudian Bima datang.

"Kenapa Pangeran gantiin gue?" tanyaku yang butuh penjelasan.

"Aku tidak akan menjelaskannya. Lebih baik kau cepat ke kelas, aku akan pergi," kata Bima yang kemudian menuju wastafel dan mencuci tangannya.

Aku pun menuju ke kelas membawa plastik berisi empat kotak kue ini. Teman-teman langsung menanyai apa yang kubawa, tetapi tidak kujawab. Aku duduk bersama Kevin dan mengatur napas karena aku begitu buru-buru datang ke sini.

"Lo apain kucing itu? Kok lo kayak capek gitu?" tanya Kevin.

"Ntar anterin gue ke kantin," bisikku. "Mau ngasih kue ke Kak Gadis."

"Awas kalau nggak jadi lagi kayak kemarin, tapi nggak apa-apa sih nggak jadi. Malah gue yang makan kuenya," kata dia.

"Gue bikin empat. Satu kue buat lo aja, bagi sama yang lain ya," ujarku.

"Ah siap!"

Setelah pelajaran Bu Tyas selesai. Citra dan Tiara langsung menuju ke mejaku.

"Naga! Ajarin rumus yang tadi!" tanya Citra. "Gila, kok gue baru tahu ada rumus yang cepet kayak tadi."

"Iya. Kok lo yang biasanya bego tiba-tiba jadi kayak Einsten?" tanya Tiara berlebihan. "Jadi, trending topic di Nuski pas pertandingan Sabtu kemarin lagi. Gila, Naga lagi kesurupan, apa ya?"

"Selama ini, Naga cuma pura-pura bego biar nggak dianggap perfect kali. Ya masa, dia udah ganteng, kaya, jago masak, pinter pelajaran sama pinter main bolanya diembat juga," ungkap Citra yang kemudian tertawa.

Kenapa kata-kata Citra seakan menjadi beban, ya? Aku dianggap sempurna?

"Ajarin rumusnya!" Tiara menagih.

"Gue nggak mau kasih tahu rumusnya. Kan tadi udah dijelasin."

"Nggak mudeng. Lo tadi bahasanya langit banget. Jelasin pakai bahasa yang biasa lo pake aja, yang santuy!" suruh Tiara.

"Nih, makan kue buatannya Naga aja!" Kevin mengeluarkan kue yang tadi kukasih ke dia.

"Ah, kue!" Citra dan Tiara girang.

"Mana buat gue!" seru Alfa yang ikut nimbrung.

(。♥‿♥。)

Ini saat yang ditunggu-tunggu. Aku akan memberikan kue paling sempurna ini, pada Kak Gadis. Semoga masih enak, soalnya sudah keluar kulkas lebih dari dua jam. Saat aku menuju kantin bersama Kevin saat istirahat, banyak anak-anak yang menyapaku. Tentu saja ini karena pertandingan Sabtu kemarin.

"Keren lo, Ga!"

"Gue salut sama lo, Bro."

"Kak Naga hebat banget main bolanya."

"Lo Naga, kan? Makasih ya udah kalahin SMA Pemuda, soalnya gue udah taruhan. Kalau kalah, gue disuruh nembak seratus cewek dalam sehari, kan gila."

"Bang Naga! Teman aku ngefens banget sama Kakak, dia ngasih surat nih!"

Aku dengan canggung menanggapi anak-anak itu. Kevin terus saja menggoda karena sekarang aku jadi tenar di sekolah. Walau senang, tetap ada perasaan mengganjal yang sulit kuungkapkan. Ah, tidak perlu dipikirkan. Sekarang, fokus sama Kak Gadis!

"Itu Kak Gadis, maju sana!" Kevin mendorongku pelan.

"Doain gue, Vin," kataku.

"Siap, sana buru."

Aku mengangguk, lalu melangkah ke arah meja tempat Kak Gadis dan dua sahabatnya itu duduk. Menelan ludah, aku mencoba memberanikan diri mendekat. Debaran jantung tidak bisa menipu jika ini saat ini aku benar-benar gugup. Selama lima tahun, aku belum pernah pacaran lagi. Terakhir, aku pacaran saat SD, itu pun hanya cinta monyet. Setelahnya, Ayah melarangku pacaran sampai akhirnya dia memberikan syarat tepat saat Bima datang dan siap melengkapi syarat itu. Aku punya kesempatan besar. Ini tidak boleh disia-siakan.

"Siang Kak Gadis," sapaku yang canggung.

Mereka bertiga menoleh padaku.

"Naganteng, siang juga!" Kak Dinda yang menjawab. "Kemarin lo keren banget, lho."

Kak Gadis menyikut temannya itu. "Iya, siang Naga. Jadi, lo beneran bikinin kue buat gue, ya?" tanyanya yang tentu sadar bahwa aku membawa kotak kue.

"I-iya, Kak. Ini dicoba," kataku yang kemudian memberikan kotak di tanganku dengan tangan gemetaran.

Kak Gadis tersenyum. "Makasih, lho."

"Beli di mana?" tanya Kak Jessica saat Kak Gadis sudah membuka kue itu.

"Itu gue bikin sendiri, Kak," jawabku.

"Dia bisa bikin kue, Jes. Kemarin gue bercanda pengin makan kue buatannya lagi, tapi Naga malah beneran buatin."

"Oh gitu." Kak Jessica sepertinya masih belum seratus persen menerimaku.

"Kok lo lucu si, Ga. Cowok bikin kue, kan jarang-jarang, uwu banget," kata Kak Dinda yang sepertinya gemas terhadapku. Semoga pipiku aman kalau dia gemasnya sudah sampai ubun-ubun.

"Gue cobain nih?" tanya Kak Gadis.

"I-iya, Kak silakan," kataku.

Dia mengambil pisau plastik yang sudah kusertakan di kotak itu, lalu mulai memotong kuenya. Aku benar-benar gugup dan penasaran dengan responsnya.

"Lo mau nungguin kami makan kue ini?" tanya Kak Jessica, masih tidak ramah.

"Dia mau tahu komentar gue, Jes," kata Kak Gadis yang kemudian menoleh ke arahku. "Iya, kan Ga?"

"I-iya, Kak."

"Santai aja, jangan tegang gitu dong." Kak Dinda menepuk tanganku pelan.

Gimana aku tidak tegang kalau Kak Gadis menatapku seperti itu? Matanya seperti lautan teduh yang menghanyutkan. Rasanya, menatap matanya saja bisa membuatku tenggelam. Wajahnya yang manis, suaranya yang enak didengar, dan pribadinya yang ramah membuatku benar-benar tidak bisa memikirkan cewek lain selain Kak Gadis. Bucin oh bucin.

"Gue mau minta nomor lo, Ga! Siapa tau, kalau gue butuh kue, gue bisa beli ke lo," kata Kak Dinda dengan girang. "Soalnya ini enak banget! Gila. Bikinan toko juga nggak seenak ini!"

"Enak, tapi masih ragu kalau ini buatan lo," kata Kak Jessica masih skeptis.

"Nih, ketik nomor lo di hape gue," kata Kak Dinda menyodorkan ponselnya.

"Din, lo nggak lihat jam tangannya aja Rolex, mana mau dia jualan kue," kata Kak Jessica.

"Mungkin kalau ada waktu senggang, Kak," kataku yang kemudian menerima ponsel Kak Dinda dan menuliskan nomorku. Menurutku, kalau aku kenal dengan Kak Dinda, aku juga bisa lebih dekat kenal sama Kak Gadis.

Sekarang, Kak Gadis masih menikmati kue itu. Dia belum berkomentar. Saat dia mengarahkan pandangannya ke arahku, aku langsung gemetaran lagi. Dia akan berkomentar. Siapkan mental bucinmu, Naga!

"Ini salah satu kue terenak yang pernah gue makan," kata Kak Gadis. "Makasih, ya."

Aku hampir pingsan karena mendengar kalimat itu. Rasanya, aku ingin segera jumpalitan dan berteriak-teriak mengitari lapangan.

"Astaga, lo bikin anak orang mukanya merah, Dis," bisik Kak Dinda.

"Ma-makasih, Kak," kataku yang kemudian mengangguk pelan. "A-ada temen gue di sana. Gue pamit dulu," tambahku ke Kak Gadis. "Mari Kak Dinda, Kak Jes."

Aku langsung menuju ke arah Kevin, menariknya, dan mengutarakan perasaanku yang bergejolak ini. Kak Gadis memuji kueku! Dia suka! Astaga, aku tidak pernah sesenang ini sebelumnya.

(。♥‿♥。)

Masih ada dua kue lagi, aku memberikannya pada Alan yang sedang duduk di kantin lantai satu. "Dimakan, jangan dijual!" suruhku.

"Lo lagi hajatan atau gimana?" tanyanya.

"Nggak usah banyak nanya!" ujarku yang kemudian pergi meninggalkan Alan yang sudah mulai membuka kotak kecil berisi kue itu.

Sebelumnya, aku sudah mengirim WhatsApp pada Juno. Dia memberitahuku kalau sekarang ada di rooftop. Di atas perpustakaan Nuski memang ada rooftop yang kini dipakai untuk membaca. Kadang, membaca nggak harus di dalam ruangan. Cuaca sedang bagus, angin yang sepoi-sepoi membuat membaca di sini sangat menenangkan.

"Lagi baca apa, Jun?" tanyaku

Dia menunjukkan buku yang sedang dibacanya, novel berjudul A Many Nows as I Can Get. Lalu, Juno berdiri dari kursi kayu itu dan mendekat ke pinggir rooftop. Aku mengikutinya.

"Gue nggak pengin ngerasa egois, tapi lo nggak terbebani sama channel kita, kan?" tanyaku. "Gue sadar lo banyak tanggungan. Kayak ekskul film lo misalnya."

"Itu udah bagian dari gue sekarang," jawabnya. "Yang bakal kita lalui mungkin bakal lebih berat. It's not just a piece of cake."

Aku kurang mengerti dengan kata-katanya. "Ngomong-ngomong cake, ini yang gue janjiin," kataku yang kemudian memberikan plastik putih berisi kotak kue pada Juno.

"Thanks. Sering-sering."

Aku tertawa kecil sebelum kembali bertanya, "Jadi anak film itu asik nggak sih?"

Dia mengangguk, kemudian menceritakan keseruannya menggarap project bersama teman-temannya. Aku yang mendengar ceritanya juga merasa kalau itu menyenangkan. Mereka melakukan berbagai persiapan, mengerjakan semuanya walau dikejar deadline. Menurutku, Juno orang yang disiplin. Hidupnya seperti sudah terarah dengan baik. Berbeda denganku.

"Lo jago masak sama main bola, kan? Kalau disuruh milih, lo bakal tekuni yang mana?" tanyanya.

"Gue main bola cuma demi bokap gue, Jun. Gue suka masak karena itu kasih gue efek lebih. Ada kebahagiaan saat masakan gue dimakan orang lain, kayak usaha yang lo kerjain berguna," ungkapku.

Dia mengangguk seperti mengerti. Tidak bicara lagi.

"Lo pelihara kucing, ya?" tanyaku untuk mengusir keheningan di antara kami.

"Kok lo tiba-tiba nanya gitu?"

"Soalnya tadi baca artikel kalau orang yang pelihara kucing itu introvert, cerdas, dan kreatif orangnya," jawabku yang secara random memikirkan itu sangat cocok dengan Juno.

"Gue ada kucing betina. Lo ada juga?"

"Ehm ...." Aku mengingat si Jendral. "Ada sih, tapi ngeselin. Jantan."

"Kita besanan kucing yuk!"

Naga, itu aslinya manusia lho. Masa mau dikawinin sama kucing tulen. Aku menahan tawa. "Lo serius?"

"Bawa kalau kita ke studio Alan, ya!"

"Ehm ..., oke."

(。♥‿♥。)

Bima sudah menjadi kapten klub sepak bola Nuski. Tentu saja, di grup WhatsApp teman-teman klub memanggilku Kapten. Aku tidak banyak muncul di sana karena bingung ingin menimbrung apa. Alhasil, sekarang Bima membajak ponselku untuk chatting di grup itu.

"Lagi bahas apa, Pangeran?" tanyaku.

"Nanti juga kau tahu, kenapa harus tanya?" ujarnya yang masih fokus mengetik di ponselku. Dia sangat cepat beradaptasi. Aku tidak yakin di Bataranusa ada WhatsApp, mungkin ada yang semacam itu atau justru lebih canggih.

"Pangeran, gue penasaran sama Bataranusa. Gue boleh ke sana, nggak?" tanyaku.

"Tidak."

"Kenapa?"

"Tidak perlu ada alasan."

"Kalau kau ke sana sebagai Pangeran, kau akan kesulitan bersikap dan kebingungan saat ditanya sesuatu. Kau kan bodoh," ujar kucing oranye yang muncul dari jendela, melihatnya jadi ingin tertawa karena perbincanganku dengan Juno siang tadi. "Sangat berbeda dengan Yang Mulia yang bisa dengan mudah mengatasi semua permasalahanmu."

"Iya juga sih." Aku pasrah. Padahal, seru juga kalau aku bisa berlagak menjadi seorang Pangeran. Namun, benar kata kucing itu, aku tidak akan bisa bersikap di sana. Aku pasti akan mengalami culture shook.

"Ini gue Dinda. Ini chat pakai nomornya Gadis, simpen nomornya ya!" Bima seperti sedang membaca pesan.

Astaga! Nomornya Kak Gadis? Aku langsung menyambar ponselku dari tangan Bima dan kemudian membaca WhatsApp yang masuk itu. Gila! Ternyata, Kak Dinda meminta nomorku untuk ini. Dia ingin mendekatkanku dengan Kak Gadis. Mak Complang terselubung! Daebak!

"Balikin ponselnya!" suruh Bima, tetapi kutahan.

Gadis: Sori, itu Dinda tadi yang chat.

Naga: Gye smpon nimor Kqkal bulrh bdrrrto?

Astaga! Saking gugupnya, typo-ku sangat parah.

Gadis: Boleh simpen, tapi jangan kasih orang lain ya.

Kak Gadis cerdas! Bisa baca ketikan itu. Selanjutnya, pelan-pelan. Jangan typo lagi.

Naga: Siap, Kak. Makasih ya, udah makan kue buatan gue.

Gadis: Gue yang terima kasih.

Naga: Kalau Kak Gadis pengin apa-apa bilang aja.

Gadis: Emang gue anaknya kelihatan suka minta-minta, ya?

Naga: Bukan, Kak. Maaf salah paham. Maksudnya, kalau gue bisa bantu sesuatu gitu, Misal didandani buat konten Kakak. Gue kan pengin masuk channel Kak Gadis, hehe.

Gadis: Ntar dipertimbangkan ya, hehe.

Naga: Siap. Kak!

Astaga, aku sudah keringat dingin kalau tiba-tiba Kak Gadis salah sangka dengan isi chat-ku. Berbincang dengannya di WhatsApp membuat adrenalinku serasa naik tidak karuan. Ini memang perkembangan pesat!

Bima mengambil ponselku lagi. "Lagi seru juga, diganggu." Dia kembali chating di grup klub sepak bola.

"Bang, turun! Makan malam udah siap!" suara Gemi.

"Gue ke bawah dulu," izinku ke Bima yang tidak dia gubris.

Menjadi kapten? Aku masih tidak percaya title itu ada di depan namaku sekarang. Dari awal masuk klub itu, aku tidak pernah berpikir akan jadi kapten. Karena kapten kesebelasan SMA Nuski selalu punya karisma yang menarik. Aku tidak punya itu, Bima yang punya. Namun, aku tiba-tiba mengkhawatirkan sesuatu. Bagaimana jika semua ini terbongkar? Aku akan dianggap penipu dan Kak Gadis pasti membenciku habis-habisan.

Karena makan malam kali ini tidak ada Ayah, jadi rasanya lebih santai.

"Bang Naga harus temenin aku ke lomba Kamis sore ini," kata Gemi.

"Kamis itu gue tanding, babak perempat final. Bang Naga ke tempat gue," Gema menyahut.

"Apaan sih. Aku yang bilang dulu berarti Bang Naga ke tempatku, titik!"

"Nggak. Bang Naga ke tempat gue!"

"Memangnya kalian acaranya jam berapa? Siapa tahu Bang Naga bisa datang keduanya," kata Ibu yang ingin menengangi.

[Gema Putra Mahendra X Gemi Putri Mahendra]

"Jam empat!" Gema dan Gemi menjawab bersamaan.

"Ya sudah, Ibu nanti ke tempat Gema, Abang ke tempat Gemi," ujar Ibu yang mengarahkan pandangannya ke arahku.

"Nggak mau. Gue maunya Bang Naga yang ke tempat gue!" Gema protes. "Soalnya, kalau ini nggak menang, target kami masuk semi final gagal. Kalau ada Bang Naga, gue jadi percaya diri."

"Bodo amat! Udah fiks. Bang Naga yang ke tempatku," kata Gemi seperti memutuskan sendiri.

"Gue pikirkan dulu, pilih siapa. Kalian jangan berantem," kataku.

Ibu tersenyum padaku. "Adik-adikmu memang manja, ya."

Aku membalas senyum Ibu sembari menggeleng heran. "Iya, Bu."

Walau ini seperti masalah sepele, tetapi bagiku ini cukup pelik. Aku punya dua adik yang ada acara berbeda di waktu yang sama. Sulit untuk memilih, aku tidak ingin mengecewakan satu dari mereka. Andai aku bisa membelah diri. Ya, Tuhan! Kan ada Bima!

(。♥‿♥。)

Question Time

1. Apa pendapat kalian tentang bab ini?

2. Bagian paling kalian suka di bab ini?

3. Menurut kalian Bima perlu ada love story, nggak?

4. Oh ya sebelumnya udah tanya Alan, kalau pendapat kalian tentang Juno gimana?

5. Menurut kalian, apa yang terjadi kalau Naga gantiin Bima jadi Pangeran?

6. Kalian penasaran nggak sih dengan kehidupan di Bataranusa?

7. Di Bab 12, kita bakal masuk ke pikiran Bima lagi! Kalian sudah siap?!

Yang nggak sabar buat baca Bab 12, komen: Naga, kangen Bima!

#BucinnyaNaga vs #RakyatnyaBima

Komen #AingBucin untuk Naga dan #PangeranQ untuk Bima!

[Medan Perang]

Sampai jumpa di hari Jumat pukul 15:00 WIB!

(。♥‿♥。)

Oke ingat ya. Hari Jumat part 12 kita bakal kembali membaca sudut pandang Bima. Lalu, untuk pembahasan karakter, aku bakal pos hari Minggu. Ada giveaway-nya juga!

(。♥‿♥。)

Jangan lupa untuk follow:

@andhyrama

@andhyrama.shop

Akun role player:

@nagaputramahendra

@bimaangkasarajo

@gemaputramahendra

@gadisisme

(。♥‿♥。)

GRUP CHAT!

#BucinnyaNaga-2
Syarat: Follow IG: @andhyrama dan @nagaputramahendra
Follow Wattpad: @andhyrama
Link: bit.ly/BucinnyaNaga2

#RakyatnyaBima
Syarat: Follow IG: @andhyrama dan @bimaangkasarajo
Follow Wattpad: @andhyrama
Link: bit.ly/RakyatnyaBima

Link-nya diketik di Browser huruf besar kecilnya sama, ya!

Kalau nggak bisa, kalian bisa minta link langsung lewat inbox Wattpad-ku @andhyrama atau DM IG-ku @andhyrama, ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro