BAB 03 || NAGA
Naga, Jangan Bucin!
❖Bab 03❖
a novel by Andhyrama
www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama// Shopee: Andhyrama
Instagram Naga: @nagaputramahendra
(。♥‿♥。)
Menjadi diri sendiri bukan soal membuat orang kagum, tetapi membuat mereka tahu kita punya karakter dan identitas diri.
Karakter gue itu handsome, cute, hot, rich, and stupid. Indentitas gue itu, bucinnya Kak Gadis.
(。♥‿♥。)
Pre-Question
Absen dulu! Apa warna favorit kalian?
Warna baju kalian?
Sesuai nggak sama warna favoritnya?
Barang apa yang ada di sebelah kalian?
Ceritakan dong tentang gimana awalnya kalian tahu Wattpad!
Just random questions before you read the story!
1. Jadi orang paling kaya di dunia apa jadi orang paling pinter di dunia?
2. Disukai orang yang kalian suka apa ketemu idola yang selama ini pengin kalian temui?
3. Jadi terkenal tapi nggak punya privasi atau hidup sederhana tanpa punya kesempatan terkenal?
4. Film Pixar paling kalian suka?
5. Batman atau Joker?
(。♥‿♥。)
"Kali ini, gue bakal make up kayak Angelina Jolie di film Maleficent. Gue baru lihat film keduanya sama Dinda dan Jessica, lalu gue akhirnya mikir buat bikin video ini. Wajah gue ini kan bulet dan pipinya agak tembem. Kayaknya bakal susah buat bikin kelihatan tirus kayak Angelina Jolie gitu, tapi gue suka tantangan. Makanya, gue cobain.
"Gue nggak mau kasih bocoran filmnya, tapi dari film pertama gue bisa simpulin kalau dia masih punya hati. Disney memang ambil risiko besar dengan mengubah karakternya. Tapi menjadi lebih masuk akal untuk zaman sekarang. Sebagai cewek, kita nggak perlu nunggu ada Pangeran datang selamatin kita. Cewek bisa bantu sesama cewek, kita nggak lemah. Girls, we can be strong like boys."
Aku menonton video Gadis Kirana yang terbaru saat sedang jam kosong. Bu Eni tidak bisa mengajar hari ini karena ada urusan, yang lain tentu saja sangat senang karena tidak harus mengikuti pelajaran ekonomi yang memusingkan itu. Namun, Bu Eni juga memberikan begitu banyak tugas untuk dikumpulkan minggu depan. Aku buat di rumah saja.
Melihat Kak Gadis mendandani wajahnya sendiri sembari sesekali bicara saja membuatku senang. Lewat tatapannya ke kamera, aku merasa seperti dia bicara denganku. Aku tiba-tiba berpikir, jika aku jadi YouTuber juga apa aku bisa dapat responsnya?
"Lo nonton apaan, Ga?" tanya Citra yang tiba-tiba muncul di sebelahku. Kevin sedang berkeliaran sehingga bangku sebelahku kosong.
Aku menunjukkan video yang sedang kutonton.
"Kak Gadis, ya?" tanyanya.
Aku mengangguk. Ingin bilang objek bucin gue, tapi nanti dia sebar-sebar ke yang lain. Soalnya, hanya Kevin yang tahu aku suka Kak Gadis.
"Eh, Ga. Lo suka masak, kan ya?" tanya Citra yang sepertinya tidak tertarik dengan video yang terputar di Iphone 11 Pro Max millikku ini.
Aku mengangguk, kemudian menutup ponsel dan menoleh ke arah Citra. "Iya, suka."
"Menurut gue, lo bisa jadi koki. Cowok yang bisa masak itu keren, tahu," kata dia.
"Jadi koki? Gue cuma hobi masak, itu pun kalau bokap gue lagi nggak ada di rumah. Dia bakal benci banget kalau lihat gue masak di dapur," ujarku yang menyelipkan curhat.
"Gue punya kenalan koki hebat, kalau lo mau, gue bisa kenalin lo ke dia. Dia juga punya restoran sendiri, lho. Siapa tahu dia bisa ngajarin lo di restorannya," ungkap Citra yang membuatku langsung semangat.
"Beneran? Iya, mau dong kenalin, Cit!"
"Oke, ntar gue WA orangnya," kata dia yang kemudian pergi.
Bel istirahat berbunyi.
Kevin menarik tanganku. "Makan di kantin lantai ini aja, yuk! Kantin lantai satu rame banget!"
"Lo mau gue ketemu Kak Gadis lagi, kan?" tanyaku.
"Lagian lo cemen banget kemarin. Ayolah!"
Belum sempat aku menjawab, Kevin sudah menarikku dengan kuat keluar kelas. Kami menuju kantin dan segera mencari tempat duduk. Akan tetapi, aku berhenti saat melihat Kak Gadis. Dia bersama dua temannya sedang memilih ingin makan apa.
"Kak Gadis, ini teman gue pengin kenalan," kata Kevin tiba-tiba.
Aku yang kaget saat menyadari seorang Gadis Kirana memandangku hampir tak bisa berkata-kata. Astaga Naga! Tanganku kosong. Aku harusnya beli pakaian Gucci, parfum Victoria Secret, atau tas Lous Vuitton buat Kak Gadis dulu tadi. Tidak mungkin kan cowok kebanyakan duit kayak aku tidak memberikan sesuatu untuk cewek yang disukainya?
"Dia emang agak pemalu, Kak."
"Gu-gue, Naga, Kak," kataku dengan gagap. "Gu-gue fans Kakak," lanjutku.
"Gadis," dia mengangkat tangannya ingin berjabat tangan denganku.
Mimpi apa aku semalam? Dengan hati berdebar dan keringat yang sudah mengalir di pelipis, aku mengangkat tangan kanan dan menjabat tangan Kak Gadis. Sangat lembut. Lebih lembut dari adonan kue. Memegang tangannya sembari memandang matanya yang juga menatapku membuatku hampir hilang kesadaran.
"Udah salamannya," bisik Kevin yang membuatku sadar.
"Ma-maaf," kataku.
"Gue tahu lo kok," kata Kak Gadis yang memperhatikan wajahku.
Apa? Kak Gadis tahu aku? Debaran jantung meningkat sekian dbm. Astaga apa benar itu satuan debaran jantung? Aku hanya mengarang.
"Udah subcribe, kan? Ngaku fans kalau belum subcribe bahaya lho," ujar Kak Gadis yang sepertinya hanya ingin membuatku santuy.
Aku mengangguk. "Su-sudah. Aku juga tonton semua video Kakak. Maksudnya gue, Kak."
Kak Gadis tersenyum. Manis banget! Lebih manis dari The Victoria Ice Cream Sundae, es krim termahal yang pernah kumakan, walaupun termahal harganya hanya seribu dolar.
"Cowok nontonin video make up?" sindir Kak Jessica.
"Ish!" Kak Dinda menyenggol temannya itu.
"Makasih, ya! Kami mau nyari makan dulu," kata Kak Gadis padaku yang kemudian pergi.
"Lo ganteng lho Dek! Lucu mukanya," kata Kak Dinda sebelum pergi mengikuti Kak Gadis dan Kak Jessica.
"Jangan bikin malu deh, muji-muji tampang adik kelas," bisik Kak Jessica yang bisa kudengar.
"Lagian dia emang ganteng," lanjut Kak Dinda.
"Seneng, kan lo?" tanya Kevin.
"Lo tahu cara hack biar gue bisa jadi kapten sama menangin turnamen, nggak Vin?"
"Kalau hack akunnya Kak Gadis biar follow lo, gue bisa," kata Kevin yang memang sangat pintar dalam hal berbau informatika.
Aku menggeleng, menyadari sesuatu. Bahwa, seberapa kuat aku menyukainya, semesta tidak akan mendukung. Mendapat jabatan tangan dan kenyataan bahwa dia tahu aku membuat harapanku melambung. Namun, kenyataan bahwa aku tidak diizinkan pacaran dan tidak memenuhi kriteria cewek yang kusukai itu, membuat harapan itu terasa begitu fana. Ada kehampaan dalam dada.
"Hari ini udah cukup. Gue harusnya nggak deketin Kak Gadis lagi," kataku ke Kevin.
"Kenapa? Dia kan gebetan, lo!"
"Saat ada dia, gue nggak bisa berpikir pakai logika, Vin. Gue bucin!" jelasku yang kemudian membalikkan badan.
"Eh, kita kan mau makan di sini!" kata Kevin.
"Bawah aja, gue bayarin," jawabku. "Sepuas lo."
"Oke deh kalau lo maksa." Kevin mengikutiku.
(。♥‿♥。)
Memikirkan Kak Gadis membuat tingkat kelabilanku naik beberapa oktaf. Logika mengatakan bahwa aku harus berhenti dan mencari cewek lain saja—jalan yang terlalu mudah. Namun, jiwa kebucinan-ku berontak, maunya hanya sama dia.
Cara lain apa yang harus aku tempuh agar bisa dekat dengan Kak Gadis? Kemarin hanya keberuntungan aku bisa salaman dengannya. Walau itu kemajuan karena dia juga sudah tahu aku, tetapi itu tidak akan mengubah fakta bahwa tipe yang diinginkan Kak Gadis adalah seorang yang karismatik. Dia tahu aku mungkin dari Bang Agum, pastinya dia juga tahu kalau aku sangat payah. Mungkin saja dia illfeel jika tahu tingkat kepayahanku khususnya dalam sepak bola.
Jalan keluar sesungguhnya adalah menjadi kapten kesebelasan dan memenangkan turnamen. Dua hal itu sudah pasti menunjukkan sosok cowok yang punya karisma. Akan tetapi, bagaimana caranya? Bagaimana aku bisa menjadi kapten? Menyogok semua anggota klub untuk memilihku adalah hal yang paling mungkin kubisa lakukan. Namun, tidak akan. Memenangkan turnamen? Tidak ada sejarahnya klub sepak bola Nuski memenangkan turneman besar seperti yang akan kami ikuti nanti. Dua hal itu sangat mustahil bisa kucapai.
[Agum Tenggara]
"Ini." Bang Agum berjalan ke pinggir lapangan, memberikanku botol minuman karena melihatku penuh keringat setelah latihan di lapangan itu.
"Aku bawa, Bang," kataku menunjuk tribune tempat tasku berada.
"Jauh, ambil aja ini," kata dia.
Sebenarnya bukannya aku tak mau, tetapi aku pantang minum dari botol yang sama dengan orang lain. Namun, aku tidak mau membuat Bang Agum kesal atau menilaiku tambah buruk, jadi aku menerima dan meminumnya.
"Menurut lo, siapa yang bisa menjadi kapten gantiin gue?" tanya Bang Agum sembari memperhatikan anggota lain yang sedang bermain.
"Petro, Fariz, atau Erza, mungkin?" jawabku yang memang hanya akrab dengan tiga itu. "Petro sangat lincah, Fariz adalah kiper yang berbakat, Erza bisa jadi striker yang bagus."
"Kenapa lo nggak sebutin nama lo?"
Aku tertawa. "Gue kan payah, Bang."
"Kapten bukan hanya soal skill, tapi attitude, Naga," kata Bang Agum. "Menurut gue, lo nggak payah. Lo cuma belum mau menerima sepak bola jadi bagian dari diri lo."
Aku menggeleng. "Gue emang nggak bakat di sini, Bang."
"Lo tahu nggak? Seorang pelukis nggak bisa langsung gambar dengan bagus. Mereka learning by doing. Kaki lo adalah kuas, bola adalah cat, dan lapangan adalah kanvas. Lo bisa mewarnai lapangan ini sama kaki lo," ungkapnya.
Pantas jika Kak Gadis mau dengan Bang Agum. Aku memang sudah kalah. Mereka berdua pasti akan balikan lagi. Keinginan untuk menjadi bucin-nya Kak Gadis hanyalah mimpi yang tak dapat terwujud.
(。♥‿♥。)
Pagi ini, aku membuat sarapan. Ibu bilang dia sedang tidak enak badan. Jadi, kusuruh dia untuk istirahat saja di kamar. Di rumah ini, kami memang punya tiga pembantu. Namun, mereka tidak memasak karena Ibu ingin punya tugas di rumah, jadi dia sendiri yang memasak. Bisa saja aku menyuruh Bi Rina memasak untuk kami, tetapi mumpung tidak ada Ayah aku ingin memasak sendiri.
"Lihat sini, Bang!" Gema datang bersama kamera barunya.
Dia memotretku tanpa aba-aba.
"Lo, kalau mau ambil gambar tanya dulu dong. Ntar kalau nggak ganteng gimana?" tanyaku yang sedang menyiapkan bahan makanan di atas meja dapur.
"Justru karena gue tahu lo lagi ganteng, jadinya gue cekrek, Bang," jawabnya yang kuangguki saja. Dia memang suka fotografi.
"Lagi ganteng, jadi biasanya kagak?" sindirku.
Dia tertawa. "Nggak dong. Abang gue mah nggak bisa jelek. Lagian, you're my favorite object to shoot, Bang."
"Gue emang nggak bakat di situ," jawabku santai.
Gema pun terus mengambil gambarku.
"Lo lebih suka fotografi atau basket?" tanyaku.
Dia yang tampaknya sedang melihat gambar-gambar di kameranya kembali menoleh padaku. "Kayaknya seimbang," ujarnya. "Lapangan basket itu tempat favorit gue buat ambil gambar."
"Lah, bukannya abang lo ini yang paling suka lo foto?"
"Kalau lo di lapangan basket, lengkap tuh Bang," jawabnya yang kemudian tertawa.
"Sialnya, gue bukan anak lapangan," jawabku.
"Nggak masalah. Gue suka lo kayak gini Bang, masak," kata dia. "Gue suka abang gue jadi dirinya sendiri."
Saat Gema pergi untuk menuju rooftop—dia ingin memotret langit, aku mulai merasa bahwa apa yang dikatakannya ada benarnya juga. Namun, saat menyadari bahwa menjadi diri sendiri berarti tetap menyematkan kata payah dan bodoh, membuatku kembali berpikir ulang. Dasar labil!
Aku selesai memasak. Apa yang kubuat hanya makanan yang simpel, omelet keju ala Perancis. Kami bertiga pun makan bersama di meja makan.
"Enak, Bang," kata Gemi.
Gema diam saja sembari terus makan, dia terlihat menikmati.
"Kamu udah putusin Nada belum?" tanya Gemi ke Gema.
"Belum," jawab adik cowokku itu.
"Buruan putusin dia, ketahuan Ayah makin runyam nanti!" atur Gemi.
"Lo nggak ngerasain sih, emang gampang mutusin cewek?!"
"Gampang, tinggal bilang putus!"
"Itu nyakitin!"
"Ya udah aku yang nanti bilang ke Nada kalau kamu titip aku buat mutusin dia!"
"Awas aja lo!"
"Lagian dari dulu aku nggak setuju kamu sama Nada."
"Kalian bisa sehari aja akur, nggak sih?" tanyaku.
"Gue tetep nggak bakal mutusin Nada."
"Ya udah aku bilangin A—"
"Diam!" bentakku.
Mereka berdua pun diam.
"Gue juga tertekan sama semua perintah Ayah, kalau kalian debat terus, malah bikin gue makin tertekan di rumah ini. Gue penginnya tuh ada di rumah santai, kalian akur, bercanda bareng, nggak debat mulu tiap hari!" ungkapku yang kemudian berdiri.
(。♥‿♥。)
"Lo lihat deh, Ga!" Kevin menunjukkanku sebuah video di Instagram.
"Itu anak angkatan kita, kan?" tanyaku.
"Iya itu Alan anak IPA," jawab Kevin. "Jadi gila gini ya bikin video-video nggak jelas."
"Eh itu kan Alan!" Tiara tiba-tiba nimbrung, gadis dengan rambut keriting itu sepertinya kenal Alan. "Dia anak teater, kayaknya kemarin dia jadi pohon."
"Tapi kocak juga dia, nggak tahu malu," pujiku sedikit mencela.
"Dia itu abis diputusin Anye, jadinya kayak gitu stres kali," gibah Tiara dengan senang.
"Anye sekarang single?" tanya Alfa yang nyambung sendiri.
"Idih, dia nggak bakal mau sama lo kali!" sahut Tiara.
"Gue cabangnya di mana-mana cuy! Gue terkenal!" kata Alfa dengan bangga.
"Terserah!"
Aku tersenyum melihat tingkah-tingkah Alan di Instagramnya. Jika Alan sampai stres gara-gara cewek, pasti dia terlalu bucin pas pacaran sama si Anye. Hikmah yang kudapat dari kasus Alan ini adalah kita harus siapkan mental sebelum nge-bucin, agar bucin terkendali dengan santuy.
Apakah aku sudah siap untuk menjadi bucin-nya Kak Gadis? Jangankan kesiapan mental, ketemu dengannya saja sudah kayak naik Histeria. Lagi pula, pikiranku terlalu jauh, mendapatkannya saja hampir mustahil, bagaimana bisa berpikiran menjadi budak cintanya seorang Gadis Kirana? Aku benar-benar bodoh.
"Ga, Bang Albi mau kenalan sama lo!" Citra menepuk pundakku dan menunjukkan pesan WhatsApp di ponselnya. "Gue kasih lo nomornya, ya! Ntar bilang aja temannya Citra."
Aku tentu antusias mengingat Bang Albi adalah koki yang cukup terkenal—aku sudah googling. "Siap, Cit!" Tiba-tiba, aku membayangkan diriku menjadi most handsome chef in the country. Ehm ..., The Hottest Chef sepertinya lebih cocok.
(。♥‿♥。)
Question Time
1. Apa pendapat kalian tentang bab ini?
2. Bagian paling kalian suka di bab ini?
3. Apa yang kalian harapkan Naga lakukan untuk dapatkan Gadis?
4. Kalian suka tokoh utama cewek di cerita yang kayak gimana sih?
5. Bab 4 bakalan ada surprise , lho. Sudah siap?
Kira-kira surprise-nya apa hayo?
Yang nggak sabar buat baca Bab 4, komen: Naga, bawa aku terbang!
Sampai jumpa di hari Senin pukul 19:00!
(。♥‿♥。)
Segala kekonyolan dan kesongongan Naga bisa kalian ikuti di Instagramnya @nagaputramahendra lalu adiknya yang lebih kalem tapi ada bakat songong kayak abangnya @gemaputramahendra dan tentu saja IG authornya, @andhyrama untuk segala update tentang cerita ini!
Oh ya, di sini juga ada cameo yang namanya Albi. Dia karakterku di cerita Ini Cinta, Ndut! Hehe. Kebetulan doi juga suka masak kayak Naga, so kenapa nggak dipertemukan? Wkwk. Ada yang baca cerita itu?
(。♥‿♥。)
Jangan lupa untuk follow:
@andhyrama
@andhyrama.shop
Akun roleplayer:
[Akun roleplayer akan terus aktif, jadi yang sudah follow, jangan di-unfoll ya!]
@nagaputramahendra || @bimaangkasarajo || @gemaputramahendra || @gadisisme || @mayapurnamawarni || @gemiputrimahendra || |@agumtenggara || @erza_milly || @petrovincenthardian || @jendraltherapper
Akun fan page:
@team_nagabima
di Instagram!
(。♥‿♥。)
GRUP CHAT!
#TeamNagaBima
Silakan DM Instagram admin di @team_nagabima kalau ingin join.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro