#BehindChara: Luke Andrews
Halo, dan selamat datang lagi di Ragnarökr Cycle: Myth Jumpers—Behind the Characters! #BehindChara kali ini akan membahas protagonis utama RCMJ dan ketua de facto dari para Myth Jumpers: traceur favorit kita, Lucas Andrews.
Heum. Banyak banget yang mau kucurhatkan tentang Luke.
Pertama, jika ada yang bertanya-tanya, ya—Lucas didasarkan padaku. Sejujurnya aku sendiri tidak ingat kenapa aku menamainya Luke. Saat itu aku sedang butuh nama, dan aku nyaris menamainya Andrew. Nama Lucas muncul begitu saja di kepalaku, dan nama Andrew malah menjadi marganya. Andrews. Lucas Andrews.
Sesederhana itu, Luke terlahir.
Menariknya—hal ini kusadari belakangan—Luke dan Claire keduanya memiliki nama yang berhubungan dengan cahaya. Lucas adalah nama dari bahasa Latin, diturunkan dari kata lux yang berarti cahaya. Kalau kau kebetulan juga membaca Gravedancer, Lux adalah salah satu mantra yang Alden baca di buku itu. Bandingkan juga dengan nama Lucifer—pembawa cahaya.
Claire, sementara itu, adalah nama Perancis yang artinya terang, jernih, atau cerah. Setara dengan ciara atau clara di bahasa Italia dan clear di bahasa Inggris, turun dari bahasa Latin clarus yang berarti terang, jernih, atau terkenal.
Sumpah, ini tidak disengaja.
Cerita tentang Luke ... banyak sekali. Aku sudah membuat Luke jatuh cinta pada Laura dari sejak hari-hari sebelum petualangan mitologis mereka dari sejak inkarnasi pertamanya, versi Myth Jumpers yang belum memiliki sekuel dan belum mengandung Fimbulwinter. Luke yang itu belum bisa parkour, omong-omong. Luke memulai petualangannya di Myth Jumpers saat menonton James dan Laura bermain catur di suatu hari yang cerah, dan mendadak disambangi oleh Thor yang memberinya Restu: I Bless you.
Setelah itu, trio emas kita segera packing dan berangkat pergi ke Skandinavia (aku tidak menyebutkan persisnya negara mana karena, seperti yang kautahu, saat itu aku masih terlalu bodoh untuk meriset lebih lanjut). Mereka menginap di hotel khusus bagi tamu para dewa yang namanya Los Huéspedes de Dios (bahasa Spanyol yang artinya 'Tamu Dewa' atau 'Tamu Tuhan'), sebelum lalu dijemput oleh Thor ke Asgard.
Aku ingat jelas—di perjalanan mereka dari bandara ke Los Huéspedes de Dios, Thor menyetel beberapa soundtrack di radio: aku secara spesifik menyebutkan On My Way oleh Phil Collins yang muncul di film Disney Brother Bear, dan beberapa lagu kemudian, Thor akhirnya memainkan lagu-lagu Linkin' Park. Luke mengatakan bahwa sebenarnya dia suka Linkin' Park, tetapi James selalu cemberut setiap Chester Bennington—vokalisnya, omong-omong—melakukan screamo.
Los Huéspedes de Dios memiliki patung yang menggambarkan pertarungan Zeus dengan Typhon (yang kusenggol kemungkinan soal akan terjadi lagi di akhir bukunya), dan pintu masuknya dijaga oleh patung dewi Eos—Dewi Fajar Yunani. Yeah, tanah Skandinavia dengan hotel berbahasa Spanyol dan dekorasi Yunani? Alfi jelas kekurangan riset.
Setelah Thor membawa mereka semua ke Asgard, Odin memberi mereka misi untuk 1) mengalahkan Wyvern (lihat juga #BehindChara: Kur untuk keterangan lebih jelas), dan 2) meyakinkan Guardians (sebutanku untuk para dewa dulu) dari mitologi lain untuk mengunci seratus ancaman-ancaman paling kuat dari mitologi mereka masing-masing.
Ceritanya, Odin sehabis melempar mundur bintang penanda pecahnya Ragnarok, tetapi itu tidak akan menahannya selamanya—mereka cuma punya waktu seminggu untuk menyelesaikan misi mereka.
Luke memutuskan berkata iya setelah melihat Laura dan teringat kisah heroik Perseus yang menyelamatkan Andromeda. Watdehel, Alfi.
Mereka kembali turun ke hotel, dan Luke memberi saran soal mencari naga untuk menghadapi Wyvern. Jadi mereka pergi ke Wales, menemukan sarang naga begitu saja (sarang mereka waktu itu masih di atas tanah, belum bawah tanah seperti sekarang, dan tidak dijaga oleh Y Ddraig Goch), dan Luke berteman dengan Ray bersamaan dengan Laura menjinakkan Beth. Luke memenangkan Ray dengan cara melukainya dengan satu torehan—Thor membantunya dengan menggores palunya sedikit, lalu diisi dengan elemen White Lightning. Pecahan kecil palunya inilah yang akhirnya menjadi pedang Luke—Silfurljós, atau Silverlight.
Iya, Silverlight yang nama software Microsoft.
Omong-omong soal White Lightning, ya, aku dulu membedakan setiap elemen menjadi dua jenis: white elements dibawa oleh para dewa-dewi yang 'baik', sementara black elements dibawa oleh dewa-dewi selain yang membawa white elements.
Yep, Luke mendapatkan pedangnya di bab pertama.
Alfi sakit apa sih asdfghjkl.
Setelah itu, trio kita menginap di sarang naga malam itu. IYA AKU SETUJU AKU TAHU VERSI INI MEMANG ANEH ASTAGA AKU AKAN BERUSAHA TIDAK BERKOMENTAR LAGI SOAL ITU HUHUHU. Luke dan Ray ternyata sama-sama kesulitan tidur, dan mereka bertukar telepati untuk pertama kali: Luke melihat keluarga Ray dibantai oleh para manusia. Tidak, tidak ada aksi heroik seekor Illuminosian betina dewasa di versi ini. Pokoknya Ray cuma digambarkan tumbuh besar, belajar terbang, lalu keluarganya dibantai oleh para manusia. Setelah itulah Luke belajar menerbangkan Ray untuk pertama kali, dan mereka bisa saling bicara di pikiran satu sama lain sejak itu. Mereka bahkan bisa menari di udara—tarian yang lalu disusul oleh Laura dan Beth dalam sebuah duet yang manis.
Esok paginya, mereka belajar menembak target. Setelah yakin mereka sudah ahli mengendara naga, akhirnya mereka mencoba cari gara-gara dengan Wyvern. Pertemuan mereka dengan Wyvern terjadi di pesisir Mesir, dan kemenangan mereka sudah kuceritakan di #BehindChara: Kur. Setelah itu, mereka bertemu Anubis dan ditugasi mencari Wedjat untuk meyakinkan Ra dalam membantu misi diplomatis mereka.
Astaga, ceritanya jadi panjang sekali.
Pokoknya, ringkasnya, mereka berhasil bertemu dengan proyeksi Ra (karena Ra tengah tertidur panjang), diperkenalkan dengan Fera (yang di sini menjadi Shafira, tentangnya nanti saja di #BehindChara-nya sendiri), diselamatkan Horus, memanggil Anubis setelah tahu dia berkhianat, bertarung melawan Anubis, dibantu Fera, melacak Tony, mengalahkan Tony, Luke dan Laura bertengkar sebentar (sepertinya ini kujelaskan saja nanti di #BehindChara Laura atau Shafira), lalu mereka semua berangkat ke Yunani.
Di Yunani, mereka menginap di rumah paman Fera, lalu ke Parthenon dan memanggil Athena ... yang sebenarnya tidak masuk akal, aku tahu. Bertemu Will di sana. Setelah itu Laura dan Will pergi duluan ke Olympus—tunggu, part ini harusnya tentang Luke, jadi kupersingkat saja.
Luke ditunjuk menjadi pemimpin tim mereka di sini. Saat itu James menyadari bahwa Laura membawa Roh Bulan, perlambang Keteraturan berdampingan dengan Roh Lautan yang melambangkan Kekacauan. Ini akhirnya berperan setelah misi diplomatis mereka selesai nanti dan Ragnarok pecah—setelah berhasil membantai Jörmungand, atau Ular Midgard (ular putra Loki yang akan membunuh Thor di Ragnarok) dan berpartisipasi melawan para eldjötnar atau fire giants di Bifröst sebelum jembatan itu akhirnya hancur, Luke bertemu dengan seorang elf yang memberitahunya bahwa ... ini masih berhubungan dengan Ragnarökr Cycle yang sekarang, jadi no spoiler. Hehe.
Oh, iya, di versi ini, Ragnarok sudah pecah di buku 1.
Kenapa soal Laura membawa Roh Bulan tadi jadi berperan penting? Luke akhirnya mengorbankan Laura, berdampingan dengan Ra mengorbankan penjara Apophis dan Horus mengorbankan Hathor. Ra melepaskan Bastet dari tugasnya melawan Apophis sepanjang masa agar Bastet bisa membantu para Penjaga (omong-omong, Apophis adalah ular raksasa yang bertekad memakan Ra untuk menguasai dunia), Horus melepaskan Hathor—istrinya—untuk berubah menjadi Sekhmet, seorang dewi perang, untuk membantu para Penjaga ... dan Luke harus merelakan Laura mati agar Roh Bulan bisa kembali menyeimbangkan keadaan pertempuran yang Kacau.
Setelah itu, Luke malah menjadi orang yang pertama mencetuskan usaha bernegosiasi dengan Loki di McDonald's entah di mana (dengan dialog tagline, "Let's get Loki some Big Mac and get this over with."). Saat itu juga Odin memberi Luke memori tentang kisah Thor yang kuceritakan di #GodsFear Loki kemarin untuk memberi tahu Luke apa yang Loki takutkan, untuk jaga-jaga.
Dan pengetahuan ini yang akhirnya Luke manfaatkan untuk menjebak Loki setelah beberapa kali negosiasi gagal.
Luke dan kawan-kawan lalu dihadiahi oleh berbagai pantheon, dan seperti di versi sekarang, Luke menginginkan Laura kembali. Jadi dia diizinkan menggunakan Gerbang Orpheus, menjemput Laura di Elysium (yang akhirnya memutuskan ikut Luke ke dunia hidup karena suatu alasan romantis yang kuungkit lain kali saja karena aku sendiri malu), dan berjuang naik ke dunia nyata dengan gambaran mirip Myth Jumpers versi sekarang.
Yup—Luke sudah turun ke Dunia Bawah, menjemput Laura, dan harus melawan berbagai ilusi Dunia Bawah untuk membawanya naik sejak Myth Jumpers original.
Tidak, aku belum pernah menulis Myth Jumpers sampai bagian itu.
Jadi ya, menulis bagian itu di versi ini sangat memuaskan.
Itu adalah bagian yang sudah kuimpikan sejak SMP, dan akhirnya bisa terlaksana.
Aku puas.
(Aku sedang mengabaikan revisi di sini, diam, aku akan tetap merevisinya nanti, biarkan aku berlinang dalam kebahagiaan nostalgik sejenak.)
Oke, itu Luke versi lama. Luke yang original ini ... dia tidak bisa dibilang romantis, tetapi motifnya sebagian besar memang romantis. Toh, dorongan awalnya sepakat dengan misi Odin adalah karena Laura. Mungkin mereka tidak seakrab Luke dan Laura yang versi sekarang (yang sudah cuek saja berpegangan tangan sejak sebelum berpacaran), tetapi mereka tetap saling khawatir dan saling cemburu soal satu sama lain.
Luke yang lama ini juga ... apa, ya? Dia tidak se-escapist Luke dari dua versi terakhir. Ini mungkin berhubungan dengan tiadanya latar belakang sebagai traceur, atau seorang praktisi parkour. Tidak, seorang traceur tidak selalu seorang escapist (orang yang memiliki mindset ingin kabur, entah dari tempat sekarang atau keadaan sekarang, dan pergi bebas), tetapi seorang escapist kemungkinan akan tertarik dengan filosofi parkour dan freerunning. Kalau ada yang penasaran, sila dicari sendiri, atau lebih bagus lagi dinikmati sendiri. Parkour itu asyik lho, hehe.
Luke di versi berikutnya, di versi reboot, sama saja. Dia tidak secengengesan Luke versi original (yang, jika dipikir-pikir, sebenarnya mirip Alden Jackson versi enam belas tahun. Kalau ingin bayangan, coba baca ceritaku yang Gravedancer #PromosiTanpaBatas), tetapi juga tidak ada perubahan signifikan ... kecuali bahwa dia jadi lebih peduli keluarga, dan di versi ini, motivasinya setuju membantu Thor adalah untuk melindungi ibunya. Dia juga pertama merasakan keadaan terpojok di sini, setelah diserang oleh segerombolan svartulfar (bahasa Nordik berarti black wolves, sebelum aku mengenal istilah warg).
Versi reboot tidak berlangsung lama, karena aku segera memulai ulang lagi setelah desain ulang dunia yang sangat masif. Masuklah kita ke versi [Archived]. Luke versi ini sudah memiliki background parkour, dan di desain plotnya, aku sudah memberinya sifat escapist. Dari versi ini, aku sudah membuat pedangnya—yang waktu itu sudah kuputuskan akan diganti namanya jadi bukan Silverlight, walaupun belum tahu jadi apa—menjadi sebuah simbol yang menandai perubahan penuh Luke dari seorang pelari menjadi seorang pejuang.
Jika dibandingkan dengan versi sekarang, Luke versi [Archived] ini ... ini mungkin pendapatku saja, tetapi dia terasa lebih melankolis. Bukan, aku tidak bicara tentang melankolis yang jenis temperamen-garis-miring-kepribadian sialan itu, aku bicara tentang melankolis dalam KBBI: dalam keadaan pembawaan lamban, pendiam, murung, sayu; sedih; muram. Dia sangat serius dalam segala kondisi, dan hidupnya kubuat terasa sangat sial (walaupun tidak beda jauh dengan hidup Luke yang sekarang). Namun, dari versi ini juga, motif Luke akhirnya diletakkan pada Claire—hal yang kupertahankan sampai sekarang.
Jadi, apa saja yang sudah berubah dari Luke selama ini? Luke original adalah Luke yang cengengesan. Dia bisa memperlakukan sesuatu dengan sangat serius, tetapi sudut pandangnya sangat kekanak-kanakan. Luke versi reboot adalah semacam Luke jembatan dengan kepribadian tidak jelas yang merupakan gradasi sempurna antara Luke sekarang dengan Luke original. Luke versi [Archived] adalah si melankolis. Luke yang sekarang adalah Luke yang kuimpikan sejak awal aku melakukan riset ulang untuk Myth Jumpers.
Aku menginvestasikan cukup banyak dari diriku kepada Luke, walaupun di Myth Jumpers yang original, sebagian diriku malah berada di Laura. Latar belakang parkour Luke adalah tambahan baru dari sejak [Archived] yang dipengaruhi oleh pengalamanku sendiri, karena saat itu tidak beda jauh dengan saat aku bergabung klub parkour Kongaroo di Depok. Astaga, aku jadi kangen mereka, apa kabar mereka sekarang?
Luke, seperti Alden, adalah jenis orang yang analitis—dia berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang dia bisa dalam keadaan tertentu dan segera mencapai kesimpulan. Bedanya, Luke memiliki pengetahuan yang lebih ensiklopedis (berkat berteman dengan James), dan Luke pada dasarnya bukan siapa-siapa. Alden tidak punya pengetahuan begitu, dan dia adalah orang yang spesial. Tetap no spoiler, hehe.
Aku berusaha keras membuat Luke merasa terbelah dengan misinya menghadapi Kur. Dia adalah jenis orang yang punya kompas moral yang cukup jelas—tetap ada area kelabu, tetapi sebagian besar hal yang ada adalah hitam atau putih. Karena itulah pihak 'baik' dan 'jahat' di RCMJ mudah dibagi-bagi, karena RCMJ diceritakan dari perspektif Luke. Nah, kompas moral inilah yang memberi tahu Luke bahwa menghentikan Kur adalah hal yang benar dan harus dia lakukan.
Di sisi lain, dia adalah jenis orang yang sudah berlatih untuk terus lari seumur hidupnya—dan aku tidak sepenuhnya bicara tentang hal-hal harfiah di sini. Lari dari kejaran bully. Lari dari masalah. Lari dari pertandingan. Lari dari lampu sorot. Lari dari mencari teman. Lari telah menyelamatkannya selama ini, dan buktinya, sekali waktu dia memutuskan untuk bertahan dan melawan, dia babak-belur.
Coba bayangkan seseorang yang seperti itu dihadapkan dengan tugas menghentikan Kur.
Pada akhirnya, Luke sadar bahwa lari tidak salah—tetapi dia tidak bisa terus berlari. Ada masalah yang hanya akan berhenti apabila dia dihadapi, dan walaupun RCMJ membawakan masalah itu dengan cukup harfiah dalam wujud Shiva, aku juga berusaha menunjukkan bahwa masalah itu terdapat pada sisi mental. Ini semacam sentilan bagi diriku juga, sebenarnya. Aku tidak akan memungkiri kalau aku juga pernah berjuang untuk kabur dari tanggung jawab. Belum lama ini, malah. Terkadang karena lalai, terkadang karena sengaja. Aku semacam perlu digeplak di kepala supaya sadar bahwa keadaanku sudah terpojok, dan masalahku harus dihadapi. Vidveider terdengar seperti alat yang cocok untuk menggeplak kepalaku.
Dan saat dia menyadari itulah, dia sepenuhnya menjadi seorang warrior—yang akhirnya membukakan segel Thor terakhir dan memberinya hadiah berupa Vidveider, sebilah pedang, yang notabene adalah lambang seorang pejuang. Apa ada yang berhasil menangkap simbolisme itu?
Karena itu juga Part 3 berjudul The Warrior, omong-omong, jaga-jaga jika ada yang masih belum menangkapnya.
Aku suka cara Luke terpaksa jadi semacam dewasa sebelum waktunya, membuat pilihan-pilihan yang memaksanya berpikir demi kebaikan orang lain, dengan sumber daya dan pengalaman yang sangat terbatas. Luke tetap seorang anak enam belas tahun—dan, melihat tanggal selesainya Fimbulwinter, nyaris tujuh belas. Dia masih remaja. Namun coba bandingkan dengan cara Alden menangani masalah. Oke, aku akan sering membandingkan Luke dengan Alden karena keduanya—walaupun pada dasarnya adalah karakter yang sangat berbeda—didasarkan dengan sangat kuat pada diriku.
Alden lebih tenang, tetapi juga lebih cuek. Dia berkali-kali melemparkan komentar sarkastis—salah satu trait yang membedakannya dengan Luke. Luke adalah orang yang berlidah pedas, tentu, dan Claire juga mengakui itu; tetapi itu bukan sambutan favorit Luke terhadap masalah. Reaksi pertama Luke adalah flight. Luke tidak cuek. Jauh dari itu, malah. Dan itu sudah mengesampingkan fakta bahwa walaupun dia ikut Thor secara sukarela, dia bisa dibilang terseret ke dalam seluruh masalah mitologis ini.
Alden sangat quirky hingga, jika disandingkan dengan Luke, walaupun Alden lebih tua, Luke akan terkesan lebih dewasa. Bencana memang bisa mengubah banyak hal.
Yang terutama membuat Luke unik, menurutku, adalah bagaimana seorang anak yang asosial sejak kecil bisa mendapatkan kepercayaan dari lima orang lain—belum menghitung keluarga dan para Leluhur—sebagai pemimpin de facto dari gerombolannya, yang akhirnya menamai diri Myth Jumpers. Baru di versi sekarang inilah aku bisa berhenti sebentar dan menyadari bahwa gerombolan Luke ini sangat aneh—fakta yang kuungkapkan via Shiva—dan, di lain pihak, sesuai. Laura dan James mungkin sudah jelas, karena keduanya juga sudah bersahabat dengan Luke sejak lama. Will dan Shafira mungkin masih bisa ditoleransi, karena keduanya mengikat telepati dengan Luke. Namun, Tony?
Sebagai hub dari semua teman-temannya saat itu, Luke secara tidak sadar menjadi persimpangan dari seluruh anggota timnya—titik temu mereka semua. Apakah itu berpengaruh pada kemampuan Luke memahami mereka semua dan berpengaruh juga ke rasa percaya mereka semua kepada kepemimpinan Luke? Aku sendiri juga sejujurnya tidak tahu.
Hal menarik lain yang mau kuungkit soal Luke sebelum kita masuk ke trivia adalah soal, tentu saja, naga Ragnarökr Cycle kesukaanku dan beberapa pembaca lainnya—Ray. Di versi sekarang, mungkin peran Ray terasa agak ... sedikit? Dialognya tidak banyak, kemunculannya juga sebagian besar bersifat instrumental alias sebagai alat bantu. Kecuali mungkin di sekitar bab 21 dan 22 ketika Luke benar-benar mempertimbangkan nasib Ray saat dia terdampar di Kreta.
Di versi original, Ray lebih aktif dan bahkan lebih iseng dari Luke. Dia sempat menggoda Luke dengan Fera ketika keduanya sedang terbang bersamanya untuk melacak Tony, dengan cara terbang turun mendadak sebelum terbang lurus lagi (karena itu memaksa Fera yang takut naga untuk memeluk Luke kencang-kencang). Ray dulu takut pada tunggangan Loki, Queen Drekinn—ratu dari semua naga. Omong-omong, Queen Drekinn ini adalah monster yang pertama kubayangkan saat aku pertama kali terpikir tentang ide cerita Myth Jumpers. Namanya dulu Ragnarok, sebelum aku tahu Ragnarok adalah perang. Tubuhnya berpola spiral-spiral fraktal, dan kekuatannya adalah menyebabkan kekacauan murni.
Yha. Ide itu jelas tidak bisa kupakai sekarang.
Dulu sekali, aku pernah membuat semacam dossier berbentuk wawancara mini ke setiap karakter Myth Jumpers—apa yang mereka suka, apa hobi mereka, dan lain-lain. Keenam Myth Jumpers jelas dapat kesempatan ... dan Ray dan Beth juga HAHAHA. Wawancara mereka ceritanya lewat Luke dan Laura. Sayangnya, data itu ada di ponselku yang sudah rusak dan tidak sempat ku-backup. Menang00ss
Jadi itu membawaku pada penutup kita. Trivia!
Luke suka cheeseburger. Kalau italic bisa di-italic, aku akan melakukannya. Dia lebih suka keju daripada para tikus di Tom and Jerry. Dia juga punya selera musik yang lumayan luas dan agak aneh—dari metal sampai klasik. Dia terutama suka Nocturne Opus No. 9 karya Chopin karena itu membantunya berpikir, tetapi dia juga lancar jaya mendengarkan lagu-lagu Linkin' Park. Omong-omong, dia sangat suka lagu mereka yang Waiting for the End.
Apa lagi, ya? Dia suka membaca, itu jelas. Dia tertarik dengan computer science, paham dasar-dasar programming, dan sudah pernah mencoba membuat kalkulator sederhana dengan Visual Basic. Bagaimanapun juga, dia tidak jadi menekuni dunia pemrograman semenjak peristiwa melawan Wes karena lebih memilih menjadi seorang traceur yang lihai.
Luke juga suka membuat cokelat hangat. Semacam itulah.
Dia suka Laura dari sejak kelas 5 SD. Seperti sudah Luke ceritakan, mereka baru berkenalan di kelas 3, dan ternyata Laura cepat sekali menjadi sahabat mereka. Saat kelas 4 akhirlah Luke baru sadar bahwa Laura itu cewek, dan dia mulai suka padanya sekitar kelas 5. Sebelumnya, terbersit pikiran pun tidak soal percintaan ... jadi kurasa bisa dibilang Laura adalah cinta pertamanya.
Oh, iya. Walaupun dia tidak akan pernah mau mengakuinya, sebenarnya Luke juga suka memeluk Claire. Hehehe. Jarang ada yang sampai bergantung kepadanya atau benar-benar percaya sepenuh hati padanya seperti Claire atau Laura dan James, jadi Luke sangat menghargai mereka di hidupnya. Itu, dan, toh, Claire itu adiknya. Luke selalu menggunakan ayah mereka sebagai alasan kepada Claire, tetapi kita semua juga tahu bahwa jika Claire sampai kenapa-kenapa, Luke akan takut setengah mati.
Yang Luke tidak sukai ... usaha gambar Claire. Tidak ada yang suka dengan gambar-gambar Claire selain James, sepertinya. HAHAHA. Aku jadi teringat Dali dari Lapse. Lalu ... aku memindahkan ketakutan Claire versi [Archived] pada Luke versi sekarang. Luke benar-benar tidak mau sesuatu mengguncang keadaan keluarganya. Mungkin itu juga yang berkontribusi pada dorongannya untuk berjuang mati-matian menghentikan Fimbulwinter, bahkan walaupun dengan kecenderungan escapist-nya. Lalu apa lagi, ya? Luke benci pada Wes, jelas. Benci setengah mati. Namun dia bisa apa? (Well, ini sebelum dia punya Restu Thor, sih. Fakta menarik: aku juga menggunakan nama Wes sebagai seorang bully di dua ceritaku yang lain, Deliquescent dan Icarus, dan mereka semua berlatar di dunia yang berbeda-beda. Aku mau ungkit ini lain kali, mungkin di part lain.)
Makanan kesukaannya sudah jelas. Minuman kesukaannya adalah ... cokelat susu dingin. Iya, dia dan adiknya sama-sama suka cokelat. Hobinya membaca, mengobrol dengan Laura (selalu menyenangkan), mengobrol dengan James (sumpah, orang itu selalu punya hal baru untuk diceritakan), dan berlatih parkour kapan pun sempat.
Ini ilustrasiku untuk Luke, didasarkan pada salah satu foto Logan Lerman dengan gaya rambut kuubah seenakku karena aku selalu membayangkan Luke berambut gelap gondrong. Iya, aku sudah bilang kemampuan sketching-ku mengerikan, jadi kalau dia tidak terlihat seperti enam belas-tujuh belas tahun dan/atau sama sekali tidak mirip Logan Lerman, harap dimaklumi. Aku juga sudah memberi peringatan di #BehindChara Kur bahwa gambarku sendiri belum tentu menggambarkan karakter-karakterku sesuai bayanganku juga, sih. HEHEHE.
Sampai bertemu lagi di bonus berikutnya!
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro