Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 4

*Guest star with Sei and Mika from "Mistakes" by  silverhare *



Part 4

"Hei Lily, kenapa Luciel bisa pergi kuliah sementara aku tidak?" tanya Rheina acuh. Dia baru pulang dari misi mata-mata di Jepang.

"Kenapa tiba-tiba kau jadi ingin kuliah?" tanya Lily bingung, matanya tetap terfokus pada layar komputer di hadapannya.

Rheina menopangkan dagu, bermain-main dengan pistol kecilnya. "Sepertinya kuliah itu menyenangkan. Bisa bermain-main dengan orang-orang seusiamu, merasakan suka dengan seseorang, menggosipkan dosen, bergadang karena tugas kuliah."

Lily berbalik menghadap Rheina, "Ini pasti karena kau terlalu lama menjadi mahasiswa di Jepang. Sudah aku bilang ke Joker kalau satu tahun terlalu lama."

"Lily aku juga ingin kuliah seperti Luciel," rengek Rheina. "Kalau bisa satu universitas, satu jurusan, satu kelas, satu kelompok,"

Lily menghela nafas panjang, "Akan kutanyakan ke Joker. Lagi pula sayang juga jika kartu mahasiswamu tidak dipakai."

"Kartu mahasiswa?" tanya Rheina antusias.

"Yah... sebenarnya kau terdaftar sebagai mahasiswa jurusan psikologi di Sky university. Satu angkatan dengan Luciel meskipun kalian berbeda jurusan. Dia mengambil pemrograman," jelas Lily.

"Aku punya kartu mahasiswa? Tapi aku tidak pernah masuk kuliah? Bagaimana bisa aku jadi mahasiswa?" tanya Rheina bingung.

"Aku yang melakukan semuanya," jawab Lily bangga. "Selama satu tahun kemarin kan kau ke Jepang,"

Wajah Rheina langsung cemberut, "Aku akan menemui Joker," dia langsung berdiri dan keluar ruangan.

***

"Rheina wajahmu pucat," seru Luciel. Mereka sedang beristirahat di kantin kampus.

Rheina menengadah, "Oh kau Luciel," dia mengubah posisi duduknya. "Aku tidak tidur sejak dua hari yang lalu. Ada misi yang harus aku bereskan. Aku bahkan belum mengerjakan skripsiku,"

"Tetap saja. Ini minumlah," Luciel mnyodorkan energy drink dan sandiwich. "Aku bisa dimarahi Lily jika kau sampai jatuh sakit."

Rheina mengambil energy drink yang disodorkan tanpa minat, dia meminumnya dalam sekali teguk. Kemudian mulai memakan sandwichnya dengan lamban, "Kau lagi buat apa?" dia melihat Luciel sibuk di depan laptop.

Luciel menggeser layar agar Rheina bisa ikut melihat, "Aku sedang mencoba membuat aplikasi messenger khusus. Aku sedang bertaruh dengan temanku. Kalau menang dia akan menulis kalau dia kalah di seluruh media sosial secara global."

Rheina memutar bola matanya, "Permainan konyol. Apa kau tid-" handphonenya tiba-tiba berbunyi. Dengan cepat dia menerima telepon tersebut. "Joker?"

Luciel memandang acuh Rheina. Bukan hal baru jika Joker menelepon langsung ke Rheina jika ada misi mendadak. Berhubung Rheina adalah anak kesayangan Joker.

"Pesta?" tanya Rheina bingung. "Kenapa harus aku yang pergi?"

Luciel memandang dengan penasaran apa yang mereka bicarakan. Rheina memberi kode diam dengan ujung jarinya.

"Tidak aku sedang sendirian," jawab Rheina. "Oh... baiklah kalau begitu. Ya, aku pulang hari ini." Kemudian dia menutup telepon.

"Kau mau ke pesta?" tanya Luciel penasaran.

"Aku hanya menemui seseorang disana. Aku diperintahkan untuk menitipkan sesuatu ke dia dari Joker," jawab Rheina. "Aku harus pulang ke agensi. Sampai nanti Luciel. Terima kasih makan siangnya,"

"Rheina?!" Luciel memegangi pinggang Rheina, tubuhnya hampir jatuh karena kehilangan keseimbangan. "Wajahmu lebih pucat sekarang. Kau harus istirahat."

Rheina melepas pegangan Luciel, "Aku baik-baik saja. Joker bisa marah kalau aku datang terlambat. Sampai nanti," dia kemudian keluar dari kantin kampus.

***

"Wow... baru kali ini aku ke pesta," gumam Rheina terkagum-kagum. Dia melihat sekeliling ruangan yang penuh dengan orang-orang dari berbagai bidang.

Rheina mencoba berkeliling mencari seseorang yang menjadi target misinya tapi tak terlihat dimana-mana. Pandangnnya teralihkan oleh sajian makanan di meja buffet. Dia mampir dan mulai mengambil cokelat dan beberapa potong kue.

"Ah maaf," ucapnya saat tangan dia tak sengaja menyenggol seseorang dari belakang.

Laki-laki berambut putih dengan mata merah berbalik. Kesan pertama yang Rheina lihat adalah malaikat menjemputnya.

"Oh... maafkan aku. Kau tidak apa-apa?" tanya laki-laki tersebut sopan. "Kau sendirian? Dimana escortmu?"

Rheina menggeleng, mencoba kembali ke realita. Meskipun dia malaikat aku masih belum ingin mati sekarang, gumam Rheina dalam hati. "Ti-tidak apa-apa. Aku datang sendirian karena papa tidak bisa datang, aku menggantikan dia pergi," ucap Rheina berusaha memakai samaran gadis manis imut.

"Oh, kasihan sekali... Oh iya namaku Zen. Siapa namamu?" tanya Zen sopan.

"A-aku Rheina Wong," ucap Rheina malu-malu. Aku ingin segera pergi dari tempat ini. Sekilas dia melihat seseorang berambut merah masuk ke toilet pria. "Ma-maaf aku harus pergi dulu,"

"Oh... hati-hati jangan sampai tersesat," Zen memperingatkan karena Rheina pergi dengan cepat.

Rheina menunggu di pinggir pintu kamar mandi. Beruntung suasana sepi sehingga dia bisa menyergap targetnya tanpa ada yang curiga. "Ini pasti akan menyenangkan," bisiknya riang. Rheina memfokuskan pendengarannya, bersiap-siap jika mendengar langkah kaki targetnya keluar.

Tak berapa lama dia mulai mendengar langkah kaki khas targetnya, detik selanjutnya saat si target melewatinya, Rheina menodongkan pistol ke punggung laki-laki tersebut.

"Berapa 1000 dikurangi tujuh?" tanya Rheina.

Laki-laki yang ditodong hanya menghela nafas berat, "Hikari-chan, kau terlalu banyak menonton anime," keluh laki-laki tersebut sambil berbalik menatap Rheina.

Rheina mendengus kesal, "Sei-chan tidak asyik. Wajahmu bakal cepat tua jika kau tidak bisa berekspresi," dia segera memasukan kembali pistolnya ke balik rok tutunya.

Seorang perempuan dengan rambut panjang memakai dress ketat hitam mendekat dengan wajah was-was. "Sei-sama, apa yang terjadi?"

"Mika-chan~" sapa Rheina riang. Dia memeluk perempuan tersebut tak lupa dengan cepat dia mengambil pistol yang tersembunyi di balik rok ketat tersebut, "Wow... model baru. Aku juga mau ini,"

"Hi-Hikari-sama... Tolong kembalikan," Mika memandang sekeliling dengan gugup. Berharap tidak ada yang melihat pistol yang sedang dipegang Rheina.

Rheina terkikik senang "Maaf... maaf... aku suka sekali dengan model ini" ucapnya sambil mengembalikan pistol. "Mika-chan, Berhentilah memanggilku Hikari-sama. Dia sudah mati,"

"Kenapa kau datang ke pesta ini?" tanya Sei tak acuh. Dia memandang sekeliling. "Joker datang?"

Rheina mengeluarkan sepucuk surat dari balik rok tutunya, "Joker kirim salam," dia menyerahkan amplop tersebut ke Sei.

"Aku benci jika dia sudah mengirimkan ini," Sei menerima surat tersebut dengan malas. "Kapan dia akan membangkitanmu dari kubur? Aku tidak suka berurusan dengan Yakuza,"

Rheina mendengus kesal, "Hikari Mai sudah mati. Kenapa juga harus dibangkitkan dari kubur,"

"Aku tidak suka kau terlalu lama bersama dia. Cepatlah kembali ke dunia Hikari-chan," seru Sei. "Kau bisa bergabung denganku jika kau mau. Joker juga tidak bisa macam-macam jika kau sendiri yang mau lepas darinya."

"Lama tidak bertemu tapi yang kau bicarakan selalu itu," ucap Rheina. "Aku baik-baik saja disana Sei-chan. Jalan ini lebih cocok untukku. Aku tidak bisa kembali ke permukaan. Hikari Mai sudah mati. Di depanmu sekarang adalah Rheina Wong,"

"Bagiku kau tetap Hikari-chan," kata Sei tak mau kalah. "Ayo Mika, urusan kita sudah selesai."

"Baik," jawab Mika patuh. "Jaga dirimu Hika-Rheina..."

Rheina memaksakan diri untuk tersenyum. Dia memandang punggung Sei hingga menghilang ke kerumunan para tamu.

"Aku tidak punya tempat kembali," gumam Rheina. "Lagi pula, ada seseorang yang harus aku lindungi disana. Sei-chan payah..."

Rheina kembali ke meja buffet untuk mengambil piring makanan miliknya yang tertinggal. Saat itulah pandangannya menangkap sosok laki-lai berambut merah terang masuk ke ruangan di balik tirai. Dengan riang dia mendekati orang tersebut, berusaha menganggetnya dari belakang.

"Dor!!" Rheina menempuk punggung orang tersebut, membuat orang tersebut berbalik kaget.

"Rheina?! Apa yang kau lakukan disini?!" tanya Luciel masih terkejut.

***


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro