Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 19

Part 19

"Rheina, Joker memerintahkanku untuk membereskan Luciel saat dia sudah menyerahkan data yang dia hack kepadaku," Lapor Vanderwood. "Apa maksudnya ini? Kau bilang Joker tidak akan membunuh Luciel. Dan kenapa dia membiarkan Mary berbuat sesuka hatinya?"

"Maaf Vanderwood, ini salahku," ucap Rheina lirih. Dia memperhatikan layar GPS. Jarak mobilnya dengan mobil Luciel terpaut lima kilometer. "Aku tidak menyangka Joker memakai Mary sebagai umpan. Aku berjanji akan melindungi kalian semua. Aku sekarang mengikuti Luciel dari belakang. Tetap lakukan seperti yang Joker minta,"

"Baiklah kalau begitu," terdengar Vanderwood menutup handphonenya.

Rheina meletakkan handphonenya di dasbor, kepalanya terasa pusing tapi tidak ada waktu untuk bersantai. Pasukan elit sudah bersiap, Mary ada di antara mereka. Rheina tidak boleh melakukan kesalahan apa pun. Dia mengaktifkan ilusi optik ke mobilnya, menginjak gas dalam-dalam, dia harus sampai di tujuan sebelum Luciel tiba. Dia harus membereskan mereka semua sebelum Luciel dan Vanderwood bertemu.

"Tak akan kubiarkan semua ini berakhir hari ini," seru Rheina. Dia berpapasan dengan mobil Luciel tapi dia tidak berusaha menengok sama sekali. Matanya terfokus untuk sampai di titik pertemuan sebelum terlambat.

Vanderwood dan Luciel akan bertemu dalam area hutan perbatasan, sepuluh kilometer dari kota bawah tanah. Pasukan elit sudah mengepung tempat tersebut atas perintah Mary. Dari kejauhan hutan perbatasan sudah terlihat. Rheina memarkirkan mobilnya di tempat bersembunyi.

"Mereka berusaha membunuh Luciel dan Vanderwood dan aku disini untuk membereskan mereka semua," Rheina tertawa datar. "Sekarang aku resmi menjadi pengkhianat,"

"Kau dan aku," ucap Lily tak setuju. "Hati-hati dengan Mary,"

Rheina tersenyum tipis, "Terima kasih Lily,"

Dia bergerak cepat dalam keheningan agar menuju ke titik pertemuan. Dia bisa melihat Vanderwood dan Saeran menunggu di tengah jalan. Dia mengecek sekeliling menggunakan sensor panas, ada sekitar dua puluh orang bersembunyi di balik pohon tak jauh dari mereka berdua.

Dari kejauhan terdengar mobil mendekat, "Dia sudah datang," bisik Rheina lirih. Dia berjalan mengendap-endap agar bisa lebih dekat ke mobil Luciel.

Beberapa menit kemudian, mobil berhenti. Luciel dan Yungjie keluar perlahan. Dari balik pohon, Rheina bisa melihat tubuh tegang mereka berjalan mendekati Vanderwood dan Saeran.

"Baiklah, saatnya bekerja," bisik Rheina. Sementara Vanderwood dan Luciel bertransaksi, Rheina mulai berjalan mengendap-endap mencari target. Dia menyekap lawan dari belakang dan langsung membekap mulut mereka agar mereka tidak bersuara. Dagger mungilnya langsung menancap di jantung atau mengiris leher mereka untuk memberikan fast death. Satu persatu lawan berjatuhan tanpa ada suara yang terdengar, tak lupa dia melucuti sistem komunikasi dan membuang senjata lawan agar tidak ada yang menyerangnya balik.

Rheina melirik dari sudut mata, Vanderwood sedang berbicara dengan Yungjie sementara Luciel memukul tengkuk Saeran sehingga dia tak sadarkan diri, "Sial, aku tidak punya banyak waktu," geram Rheina.

Lawan selanjutnya bersembunyi sekitar tiga ratus meter darinya, dia tidak bisa bergerak cepat karena lawan akan mendengar bunyi langkah kakinya dan banyak ranting kering berjatuhan. Dia harus sangat berhati-hati.

"Rheina gawat! Mary bersiap menyerang Vanderwood!" teriak Lily.

"Apa?!!" Rheina melirik ke area pertemuan. Terlihat Vanderwood dan Yungjie bergegas masuk ke dalam mobil dan melaju cepat ke arah Luciel. "Sial! Mereka akan dibantai!!"

"Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!"

Para pasukan elit mulai menembaki mobil Luciel dengan cepat. Rheina tak tinggal diam, dia juga mulai bergerak menyerang menembaki pasukan elit yang terlihat dengan cepat dan tetap bergerak mendekat untuk menghabisi mereka.

"Rhe-rheina?! Apa yang ka- Ahk!!!"

Satu persatu pasukan elit berhasil dia bereskan sementara mobil Luciel melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan lokasi. Rheina mengecek lokasi, dia tidak melihat Mary.

"Apa kau melihat Mary?" tanya Rheina kelelahan. "Semua pasukan sudah kubereskan tapi tidak ada Mary,"

"Dia sudah kabur," jawab Lily. "Dia pasti melapor ke Joker. Apa yang akan kau lakukan sekarang?"

"Aku akan mengejar Luciel," kata Rheina, "Kau bersembunyilah Lily. Jangan sampai Mary menemuk- Ahk!!" sebuah peluru menembus lengan kanannya. Dengan cepat Rheina berbalik untuk melihat siapa yang menyerangnya.

"Rheina?! Apa yang terjadi?!" teriak Lily.

"Hai Shadow," Rheina menatap waspada laki-laki berpakaian hitam di hadapannya. Tubuh tegapnya menjelaskan bahwa dia telah melatih badan dengan ketat, mata elangnya menatap dingin ke arah Rheina. Rambut cepak hitamnya terdapat sehelai daun hijau menandakan dia bersembunyi di atas pohon. "Jadi selama ini kau bersembunyi menunggu aku lengah,"

Shadow tertawa lepas, "Perasaan cintamu ke Luciel membuatmu buta sehingga tidak bisa menyadari keberadaanku Rheina," dia membuang pistol mininya dan mengeluarkan dagger.

Rasa panas terbakar membuat lengan kanannya sulit di gerakkan. Jika dia dalam kondisi prima, Rheina menghindar dengan mudah. Tapi benar ucapan Shadow, dia terlalu fokus untuk melindungi Luciel sehingga tidak melihat ke sekeliling area dengan seksama. Sekarang dia merutuki kebodohannya. Shadow memiliki kemampuan beladiri yang setara dengan dirinya. Dengan lengan luka terluka seperti ini, dia masih memiliki kesempatan untuk menang tapi sekarang kepalanya pusing karena dia belum meminum obatnya. Rheina tertawa datar.

"Apa kau baru menyadari betapa bodohnya dirimu sekarang?" selidik Shadow.

"Mungkin," Rheina menyobek bagian bawah roknya untuk membalut luka tembaknya. "Apa Joker memerintahkan dirimu untuk membunuhku?"

"Kau tahu sendiri Joker tidak akan pernah membunuhmu," jawab Shadow. Dia dan Rheina mulai berjalan menyamping dan memasang kuda-kuda. "Aku hanya datang untuk memberimu peringatan dan tawaran dari Joker,"

"Oh ya? Apa itu? Apa aku harus menulis ucapan 'aku anak nakal' sebanyak 1000 halaman?" ledek Rheina.

"Kau harus pulang sekarang dan dia berjanji tidak akan menyentuh mereka berempat," jelas Shadow, dia memasukkan daggernya kembali ke balik saku. "Aku datang kesini bukan untuk membunuhmu,"

Tawa Rheina meledak, "Apa kau pikir aku akan percaya? Kalau memang dia tidak ingin membunuhku, untuk apa kau dikirim kesini hanya untuk memberi peringatan?"

Shadow menghela nafas, "Tembakan tadi adalah hadiah dari Joker karena kau tidak pulang. Itu saja misiku," dia berjalan mundur. "Aku juga tidak mungkin membunuhmu meskipun dia memberiku perintah itu,"

Rheina menatap tak percaya, "Setelah kau pergi mungkin saja dia akan mengirim Flower. Dia tahu aku dan Flower ingin saling membunuh satu sama lain,"

"Flower sedang ada misi ke timur tengah, kau tidak perlu khawatir," ucap Shadow menenangkan. "Baiklah aku akan pergi terlebih dahulu jika kau tidak percaya. Kau boleh menembakku jika kau mau."

"Awas ka-" belum selesai ucapan Rheina, Shadow sudah melompat menuju kegelapan hutan dan meninggalkan Rheina sendirian. Lega bahaya sudah terhindarkan, Rheina jatuh terduduk.

"Apa dia benar-benar pergi?" selidik Lily. "Aku tidak menangkap sensor keberadaannya."

"Dia sudah pergi," kata Rheina. "Bagaimana keadaan Luciel?"

"Mereka menuju ke utara dengan kecepatan tinggi. Sepertinya Luciel menemukan tempat bersembunyi disana," jelas Lily. "Bagaimana dengan lenganmu? Apa kau bisa berkelahi dengan kondisi seperti itu?"

Rheina tertawa, "Aku pernah berkelahi dengan keadaan yang lebih parah dari ini dan aku masih selamat Lily," dia mengenyit nyeri. Dia harus segera mengeluarkan peluru yang masih bersarang di lengannya atau dia akan kerepotan. "Aku akan mengejar mereka. Tetaplah awasi mereka untukku."

Dia berusaha berdiri tapi dia terhuyung, beruntung tubuhnya menabrak pohon sehingga dia bisa bersandar sejenak. "Sekarang tubuhku terasa kaku. Sial... Shadow memakai mainan barunya. Tubuhku tak bisa bergerak dengan mudah... ukh..."

Rheina berjalan ke mobilnya dengan terseok-seok. Dia langsung mengeluarkan kotak P3K dari balik dasbor, "Haha... sekarang aku dan Luciel sama-sama terkena luka tembak," dia tertawa getir sambil menatap layar laptop. Bugcam masih mengikuti Luciel kemanapun dia pergi. "Setidaknya aku senang kita sekarang memiliki kesamaan," ucapnya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro