Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 14

part ini adalah gabungan ide antara hikari dan silverhare ketika lagi asyik mereview part 13. entah apalah jadinya... muahahahahaha... lanjutan cerita seriusnya akan dilanjutkan di part 15 m( _ _)m

***

Part 14

Luciel berdendang riang sambil menenteng belanjaan. Suplai makanan kucing dirumahnya sudah habis. Vanderwood terlalu sibuk membereskan rumah sehingga tidak ada waktu untuk membeli makanan kucing baru. "Hmm.. tuna, salmon, makarel. Semuanya sudah terbeli,"

Saat melewati etalase toko, Luciel melihat pemilik toko kue baru mengeluarkan chessecake dari panggangan. Wangi harum langsung menyerbak keluar. Tergiur oleh wangi kue, Luciel segera menghampiri,

"Joker! Aku mau satu loyang chessecake!" seru Luciel riang. "Jika dimakan sambil minum teh sepertinya enak."

Joker tertawa, "Akan lebih enak lagi jika langsung dimakan ketika baru matang dari oven," Joker memotong seiris dan memberikannya ke Luciel, "Cobalah. Bonus untukmu,"

Luciel menerima kue tersebut dengan mata berbinar-binar. Terksturnya yang lembut terlihat bergoyang-goyang di tangan. Saat dia memakannya, kue tersebut seperti meleleh di mulutnya, "Ini surga..."

Joker kembali tertawa, "Aku adalah penjaga surga," katanya sambil menyerahkan kantong kertas berisi chessecake pesanan. Luciel menerima kue tersebut dan segera membayarnya. "Besok aku akan mencoba resep baru. Cobalah mampir kalau sempat."

"Tentu! Terima kasih!" Luciel pamit. Dia kembali berjalan pulang sambil menikmati chessecakenya.

Gerbang rumah terbuka otomatis ketika Luciel tiba. "Rheina! Yungjie! Aku pulang!!" serunya.

Tak berapa lama dari dalam rumah berlarian dua gadis mungil menyambut kedatangan Luciel. Keduanya langsung memeluk Luciel. "Kalian pasti kelaparan. Sebentar aku buatkan makanan untuk kalian berdua,"

"Luciel! Kau lebih sayang aku kan daripada Yungjie?" tanya Rheina. Gadis mungil berambut hitam sebahu dengan telinga kucing hitamnya berdiri tegak dan ekor panjangnya bergoyang riang.

"Luciel juga pasti sayang kepadaku!" ucap Yungjie, rambut cokelat panjangnya berkibar tertiup angin telinga kucing cokelatnya sedikit tertekuk ke bawah. Ekor cokelat panjang menjuntai lurus.

Luciel terkikik senang, "Aku sayang kalian berdua. Ayo masuk ke dalam. Aku akan memasakkan makan siang untuk kalian. Hari ini ada chessecake untuk kalian berdua,"

Rheina dan Yungjie masuk mengikuti Luciel ke dapur. Mereka berdua menunggu Luciel selesai memasak dengan tidak sabaran, terlihat ekor mereka terus saja bergoyang.

"Sudah siap," Luciel meletakkan dua piring di meja makan kemudian dia duduk diseberangnya.

"Selamat makan!" seru Rheina dan Yungjie kompak. Keduanya makan dengan lahap sementara Luciel mengambil cemilan popcorn.

"Luciel, kau belum menjawab pertanyaanku," seru Rheina saat sudah selesai makan. "Kau lebih sayang kepadaku, kan daripada Yungjie?"

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?" tanya Luciel penasaran.

"Akhir-akhir ini kau lebih sering mengajak Yungjie bermain keluar. Aku yakin itu kau lakukan karena dia baru tiga bulan hidup bersama kita. Kau hanya menolongnya karena dia ditinggal di depan rumah kita," jelas Rheina. "Tapi aku sudah bersamamu sejak kita pindah ke rumah ini. Sudah dipastikan kalau kau lebih sayang kepadaku, kan?"

"I-itu tidak benar! Luciel pasti lebih sayang kepadaku!" balas Yungjie tidak terima. "Kau itu berisik! Suka memonopoli tempat tidur Luciel. Tidak pernah mau tidur sendiri dan harus selalu tidur bersamanya. Kau membuat Luciel kerepotan. Luciel lebih sayang kepadaku karena aku lebih bersikap manis dan mau menuruti perintahnya."

Rheina mendesis marah, "Kau tidak tahu apa-apa soal Luciel tapi berlagak sudah mengenalnya! Aku lebih tahu apa yang terjadi dengan Luciel jadi jangan berlagak sikap manis dan penurutmu akan membuatnya lebih senang denganmu!"

"He-hei... kalian tenanglah..." seru Luciel berusaha melerai.

"Luciel diam saja!" teriak Yungjie. "Aku baru mengenal Luciel tapi aku tahu kalau Luciel selalu kerepotan dengan tingkahmu yang suka seenaknya saja. Kau juga keras kepala dan tidak mau mengalah!"

"Apa katamu!!" balas Rheina. "Apa kau tahu kalau setiap malam Luciel selalu bermimpi buruk karena itu aku menemaninya tidur! Luciel hanya bisa tertidur jika aku yang menjaganya! Apa kau tidak tahu berapa orang yang berusaha mengusir Luciel dan memisahkannya denganku karena pekerjaan yang dia lakukan! Aku yang selalu memohon kepada mereka agar mengijinkan Luciel memeliharaku! Apa kau tahu apa yang sudah diperbuat si tukang kue di ujung jalan kepada Luciel karena Luciel bersikeras memeliharaku! Kau pikir siapa yang melindungi rumah ini setiap malam agar aman dari segala macam hewan pengerat karena kita tidak memiliki sistem keamanan seperti orang lain!"

"Hah..." Luciel mendesah pasrah. Dia kembali duduk santai dan memakan popcorn sementara dua gadis kucing di depannya bertengkar tentang dirinya. Mau tak mau dia tersenyum melihatnya. "Tidak setiap hari juga aku melihat mereka memperebutkan diriku,"

"Setidaknya Luciel senang mengelus kepalaku lebih banyak daripada dirimu!" balas Yungjie. "Aku ini lebih manis! Lebih anggun! Lebih cantik daripada kau! Kucing hitam itu pembawa sial bagi pemiliknya!!"

"Apa!!" Rheina naik pitam. Dia menyerang Yungjie, mendorongnya hingga terjengkang dari kursi. Dia mulai menindih dan mencakarnya. "Aku bukan kucing pembawa sial! Tarik kembali kata-katamu! Kau tidak mengenalku tapi berani-beraninya kau mengatakan aku ini kucing pembawa sial!"

"Kalau kau tidak ada Joker tidak akan marah-marah kepada Luciel! Aku dan Luciel akan bahagia bersama tanpa ada orang-orang yang tidak suka karena ada kucing hitam disini!" Yungjie balas mencakar wajah Rheina tapi bisa ditangkis dengan mudah.

"Joker tidak ada hubungannya dengan ini! Luciel sendiri yang memilihku untuk menjadi kucingnya! Aku yang selama ini menjaga Luciel dari orang-orang yang ingin menyakitinya!" Rheina berhasil mencakar wajah Yungjie.

"Aku yang selalu menemani Luciel kalau kau pergi! Kau tidak tahu rasa kesepiannya tapi berlagak melindunginya!" Yungjie mencakar lengan Rheina.

"Rheina memang terlihat paling manis kalau sedang marah," ucap Luciel sambil memakan popcornnya dengan semangat. "Tapi Yungjie juga lucu... rasanya tidak tega untuk melerai mereka..."

"Luciel itu milikku! Kau hanya orang luar disini! Kau tidak mengenal siapa Luciel sebenarnya!" teriak Rheina garang.

"Tidak! Luciel milikku!! Aku tahu siapa Luciel! Aku tidak membutuhkanmu untuk mengenal dia!" balas Yungjie.

"Milikku!!"

"Milikku!!"

***

"Huwaaaaa!!!!" keringat dingin membasahi kening Luciel. "Mi-mimpi apa itu.."

"Kau tidak apa-apa?" tanya Yungjie khawatir. "Kau tertidur di meja. Apa kau mimpi buruk? Wajahmu basah karena keringat,"

"Oh.. maaf Yungjie.." Luciel mengelap keningnya dengan lengan bajunya. "Aku hanya bermimpi... tapi aku tidak yakin ini mimpi buruk atau apa.."

"Kau mau menceritakannya?" tanya Yungjie lagi.

"Itu..." Luciel kembali teringat perwujudan kucing-kucing di dalam mimpinya. Kenapa Rheina dan Yungjie jadi kucing?! Mereka bahkan bertengkar memperebutkan diriku! Kenapa juga ada Rheina disana?! "A-aku hanya bermimpi tentang dua kucing berebut soal masternya. Satu kucing lama dan satu kucing baru. Berebut siapa yang paling disayang masternya." Dia menggaruk belakang kepalanya.

"Oh... pasti masternya memilih kucing barunya. Tapi kasihan juga kucing lamanya," Yungjie polos.

"A...ha...ha...ha..." Luciel memaksakan diri untuk tertawa. Kenapa kata-katamu terasa sakit sekali di dadaku Yungjie! omel Luciel dalam hati. "Maaf, aku akan kembali bekerja kalau begitu. Maaf mengagetkanmu,"

***

Rheina pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Wajahnya memanas, dadanya masih berdegup dengan kencang. Cuci muka saja tidak cukup untuk menenangkan diri. Akhirnya dia mengalirkan air pancuran membasahi tubuhnya. Dia masih tidak percaya dengan kata-kata yang digumamkan Luciel ketika dia tertidur. Memang tidak bersuara tapi bagi orang yang terlatih membaca gerak bibir seperti Rheina, membacanya saja seperti mendengar orang tersebut berbicara.

"Dia menyebut namaku... dia menyebut namaku..." Rheina menutup mulut dengan kedua tangannya. "Dia mimpi apa sampai menyebut namaku dan si MC..."

***


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro