Part 12
Domooo~~ Hikari-desuu!!! mulai part 12 cerita Don't Mind Me berganti judul menjadi LYCORIS (Don't Mind Me) karena hubungan Rheina dan Luciel sudah berubah seperti arti dari bunga Lycoris (ceileh~)
Lycoris atau red spider lili sendiri dalam Hanakotoba (arti bunga dalam bahasa jepang) berarti "Tidak akan pernah bertemu kembali", "kenangan yang terlupakan", "ditinggalkan". Jadi bisa dipastikan betapa hancurnya perasaan Rheina sekarang gara-gara Joker (T______T)
anyway... semoga perubahan ini tidak akan mengubah keasyikan reader untuk membaca fanfic ini... dan maafkan Hikari karena jarang update m(_ _ )m
selamat membaca!!!!
***
Sangsahwa (Lycoris) - song by Young sun Kim
[Lyrics translation]
under a sour cloud, the little whisper i was coming to
i'm in your arms, your lovely smile, your warm breath
just like a tree branch, like a bird, with only one wing
i grew in one place
like a flower, but a flowe is more valuable than grass or leaves
in those short years, all those memories with you
there were so many memories all of them touches my heart
i will send the memories to you
let's go to our secret place
bamboo leaves, sprout in the rain
please, don't mind me
the sky that shines in this world, filled with hate
my relationship with you nothing could be more meaningful than that.
unable to walk on the other side,
numerous shackles
everything is not in vain
in those bad times, i long for you
with a sudden sigh, i'm at the place where i sent you
why don't you come to me
the route does not come, it's disappearing
i miss you, and i miss you
now we are not under the skies anymore
[without you, i miss you so much]
[i'll call you, your name]
[it just spreads, like a flowe in the wind]
i will send the memories to you
let's go to our secret place
bamboo leaves, sprout in the rain
please, don't mind me
why don't you come to me
the route does not come, it's disappearing
i miss you, and i miss you
now we are not under the skies anymore
***
Part 12
Rheina berjalan santai di pinggir danau, setelah dua misi terakhirnya, dia mendapatkan libur selama tiga bulan. Semua ini berkat Lily yang mengatakan kepada Joker bahwa Rheina terlalu stress sehingga performa kerjanya menurun. Karena itu dia perlu refreshing sejenak.
Dari kejauhan, dia melihat Vanderwood sedang berbicara dengan seseorang di telepon. Rheina mengecek bugcam. Masih ada! Dia lalu menerbangkan bugcam tersebut dengan mode bunglon untuk menempel di baju Vanderwood. Dengan begini dia bisa mengetahui apa yang sedang Luciel kerjakan saat Vanderwood pergi menemuinya. Setelah itu bugcam akan memonitor Luciel dengan aman disudut rumah.
"Vanderwood!" panggil Rheina sambil mendekat. "Siapa yang kau telepon?"
"Client," jawab Vnaderwood singkat. "Ada perlu apa?"
"Kau dingin sekali," Rheina berpura-pura memasang tampang kecewa. Dia mengecek bugcam. Kedua nya sudah mendarat di punggung Vanderwood dengan aman. "Aku hanya ingin menyapamu karena kita sudah dua tahun tidak bertemu,"
"Maaf, tapi aku sedang buru-buru," kata Vanderwood. "Aku harus menagih pekerjaan ke Luciel karena beberapa hari ini dia terlihat malas,"
"Malas? kenapa?" tanya Rheina heran. "Tidak biasanya dia malas-malasan dalam bekerja,"
"Karena itu aku harus pergi untuk mencari tahu," jawab Vanderwood. "Sampai nanti,"
"Sampai nanti," ujar Rheina. "Oh! Jangan katakan apa pun kalau kau bertemu denganku."
"Aku tahu soal itu," kata Vanderwood sambil berlalu menuju mobilnya.
Setelah kepergian Vanderwood, Rheina segera kembali ke rumahnya di pinggir danau. Dia segera menyalakan seluruh komputer dan alat penyadapan yang lain di ruangannya. Mengecek suara di headphonenya dan tangannya mulai menari di atas keyboard.
"Jika urusan memata-matai orang aku ini jagonya," kata Rheina bangga pada dirinya sendiri. Dalam sekejap tampilan di salah satu monitornya menampilkan dasbor hitam sebuah mobil, Vanderwood terlihat masih berkendara menuju rumah Luciel. Di headphone hanya terdengar deru mobil kencang.
Rheina menghitung waktu hingga Vanderwood sampai di rumah Luciel. Masih ada waktu dua jam. Dia menggunakan waktu tersebut untuk makan, mandi dan kembali mengecek citra satelit rumah Luciel.
Tampilan monitor menunjukkan Vanderwood memasuki garasi Luciel. Rheina bisa melihat lamborghini putih yang dia hadiahkan untuk Luciel terparkir di salah satu sudut. Senyum mengembang di pipinya karena plat nomor tersebut adalah 1806, kode namanya sendiri.
Vanderwood terus bergerak menuju ruangan dalam. Terlihat Luciel terfokus kepada layar komputer, kemudian sesekali mengetik sesuatu di handphonenya.
"Apa yang kau lakukan?" suara Vanderwood terdengar nyaring. Terlihat dia berjalan mendekat untuk melihat apa yang Luciel lakukan.
Luciel terlihat sibuk mengetik di keybord. Layar utama monitor komputer menampilkan sebuah footage CCTV pintu depan sebuah apartemen sementara layar sisi kanan dan kiri berisi alogaritme program.
"Server RFA di hack. Aku berusaha melakukan pengamanan sementara sampai aku bisa membereskan keseluruhan sistem," jawab Luciel. Wajahnya berpaling antara layar komputer dengan handphonenya.
Rheina tersenyum, sudah lama sekali dia tidak mendengar suara Luciel. Dia mengetik perintah di keyboard membuat dua bugcam yang menempel di pundak Vanderwood melayang terbang. Satu dia terbangkan di sudut ruangan yang mengarah ke tempat kerja Luciel. Satu lagi dia arahkan mendekati Luciel yang masih terlihat asyik mengecek handphonenya.
"Jadi itu chatroom khusus RFA yang pernah dia bilang," gumam Rheina. Dia tidak bisa melihat jelas chat mereka karena terlalu cepat tapi dia bisa membaca beberapa nama para pengirim chat. "707 jelas si Luciel. Yoosung, Zen, MC. Yoosung dan Zen seperti nama orang. MC itu nickname?"
Penasaran, Rheina memfoto gambar foto profil si MC dan melakukan pencarian. Berkat skill mata-matanya, dengan mudah dia mendapatkan seluruh informasi yang berkaitan dengan gadis tersebut.
"Nama asli Yung Jie Kim umur 21 tahun. Status pekerja paruh waktu," Rheina membaca profil MC dengan seksama, membaca setiap detail tentang kepribadian dan catatan kepolisian. Apakah gadis ini adalah warga negara yang patuh atau mantan kriminal. "Sepertinya dia gadis baik-baik." Ucapnya setelah selesai.
Rheina kembali memeriksa layar, ternyata chatroom sudah ditutup Luciel karena dia diomeli Vanderwood untuk bekerja, "Jika begini aku tidak melihat apa yang Luciel lakukan di chatroom," keluhnya kesal. "Oh iya!" sebuah ide terlintas. Dia kembali menarikan jemarinya di atas keyboard. Tak lama kemudian dia menemukan server data handphone milik MC. Sekilas dia melihat Luciel kembali memegang handphonenya sementara Vanderwood pergi ke ruangan lain.
"Aku tidak akan menghack handphonemu karena Luciel pasti akan menyadarinya. Aku hanya akan mengopi sistem kerja handphonemu ke layar komputerku," Rheina berbicara sendiri sementara kedua tangannya terus bekerja. "Tinggal mengopi file ini... auto download spysoftwareku... hidden file... auto protection... dan enter," dia menekan tombol enter dan seketika di layar utama muncul chatroom RFA yang masih berlangsung.
Seven: [Aku akan mengaktifkan CCTV di apartemen karena Jumin tidak bisa mengirimkan bodyguard ke apartemen Rika.]
MC: [Terima kasih Seven]
Zen: [Apa kau yakin bisa menjaga MC hanya lewat CCTV? Menurutku masih lebih baik kalau Jumin mengirim bodyguard kesana. Kita tidak tahu seperti apa si hacker ini, tapi jelas sekali kondisi MC lebih berbahaya dari kita.]
Zen: [Kenapa kau tidak pergi kesana saja Seven? Hanya kau yang tau alamat apartemen Rika]
MC: [Itu ide bagus]
Seven: [Aku ingin sekali kesana dan menjaga MC. Tapi tidak bisa]
"Wow... apa-apaan ini?!" seru Rheina kesal. Dengan cepat dia membuka main menu aplikasi RFA. Terlihat chat history sejak MC bergabung sebagai member RFA hingga saat ini. Rheina memutuskan untuk membaca seluruh chat history tersebut sebelum dadanya dipenuhi api cemburu.
Selesai membaca chat history, hari sudah malam. Jam ternyata menunjukkan pukul empat pagi. Rheina baru merasakan perutnya yang keroncongan dan rasa pusing di kepalanya. Setelah yakin tidak ada chat baru, dia segera pergi ke dapur untuk membuat sandwich.
Dia membawa makan malamnya yang terlambat ke beranda sambil menikmati hawa pagi dari danau. Angin dingin berhembus tapi Rheina tidak merasa kedinginan karena sweaternya berbahan khusus untuk menjaga suhu tubuhnya. Dia memandang air danau yang terlihat gelap dan tenang. Pikirannya masih dipenuhi tentang MC dan bagaimana Luciel menanggapi setiap perkataan MC.
"Jadi sepertinya dia menyukai MC. Meskipun dia sendiri belum mau mengakuinya," gumamnya lirih. Ucapan tersebut terasa sakit tapi dia menyadari bahwa dia dan Luciel sudah tidak mungkin untuk bersatu. Bahkan untuk bertemu saja sudah menjadi tiket kematian bagi mereka berdua. Yang bisa Rheina lakukan adalah memandangnya dari kejauhan seperti saat ini. "Aku sudah janji akan melindungimu. Jadi aku harus menepati janjiku, kan" ucapnya berusaha menyemangati diri sendiri.
Perlahan langit buatan di atas mulai menampilkan matahari terbit. Rheina memandang matahari tersebut dengan perasaan yang lebih tenang dan lega daripada sebelumnya.
Dia kembali ke memandangi layar komputer. Terlihat Luciel cekikikan di telepon. Rheina mengecek handphone MC. Terlihat keduanya sedang bergurau di telepon. Kali ini dia tidak terlihat cemburu sama sekali mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Oh! Aku juga harus melindungimu," Rheina segera mengambil lima buah bugcam. Dia mengambil kunci mobil dan segera melajukan lamborghini merahnya keluar dari kota bawah tanah. Dia mengemudikan mobil tersebut ke tengah kota menuju area di sekitar apartemen yang ditinggali MC. Dia memarkirkan mobilnya di dekat area taman. Karena masih pagi, tidak terlihat banyak orang yang melintas. Lima buah bugcam tersebut dia terbangkan menuju apartemen MC. Rencana awalnya satu buah untuk mengawasi di depan pintu diatas kamera yang terpasang. Empat buah akan dia pasang di dalam apartemen di sudut-sudut tertentu.
Rheina melihat bugcam tersebut terbang menunggu sebelum akhirnya hilang karena mode bunglon diaktifkan. Dia menunggu di dalam mobil sambil mengawasi bugcam lewat laptop yang dia bawa. Terlihat satu layar sudah menunjukkan sebuah pintu sebuah apartemen.
"Satu beres," Rheina kemudian mulai mengetikan jemarinya di atas keyboard. Empat buah bugcam berhasil masuk ke dalam apartemen dengan aman. Satu diarahkan untuk mengawasi tempat kerja MC, satu ke arah dapur, satu ke arah tempat tidur, terakhir dia arahkan mengawasi pintu keluar. "Nah beres."
Dia kembali menyalakan mobil untuk kembali ke kota bawah tanah. "Kita memang tidak akan pernah bertemu lagi. Tapi bukan berarti aku menyerah untuk melindungimu. Setidaknya sekarang bertambah satu orang lagi yang kuawasi."
***
"Halo Lily? aku punya permintaan," ucap Rheina di telepon.
"Aku selalu takut kalau kau tiba-tiba bilang punya permintaan Rheina," keluh Lily. "Aku memberimu libur tiga bulan bukan untuk membuatmu memberikan lebih banyak pekerjaan kepadaku,"
Rheina tertawa, "Maaf... maaf... aku janji tidak akan terlalu merepotkanmu,"
"Hah..." terdengar helaan nafas panjang. "Jadi apa permintaanmu?"
"Aku ingin kau membuat pencegahan untuk dirimu sendiri sekarang. SOS code diaktifkan."
"Apa?! Apa yang akan kau lakukan?!" seru Lily panik.
"Aku tidak akan melakukan apa-apa. Aku hanya akan membuat kesepakatan dengan Joker. Aku hanya ingin meminimalisir semua kemungkinan terburuk," kata Rheina menenangkan. "Aku harus melakukannya Lily."
"Apakah ini tentang Luciel?" selidik Lily.
"Benar," jawab Rheina cepat. "Aku sudah janji untuk melindunginya. Meskipun aku dan dia tidak akan pernah bertemu lagi. Bahkan meskipun dia sudah melupakanku, aku tidak akan pernah berhenti untuk melindunginya. Hanya dia tujuanku hidup sekarang. Kau mau membantuku?"
Lily terdiam selama beberapa saat. "Baiklah. Aku akan menyiapkan segala keperluanku untuk melarikan diri dan aku berharap semoga aku tidak perlu melakukannya. Aku ingin tetap bisa menjagamu hingga akhir. Kau sudah aku anggap seperti anakku sendiri. Kau ingat, kan?"
Rheina tersenyum, "Dan anak yang berbakti selalu mengutamakan keselamatan keluarganya dibandingkan dirinya sendiri. Jadi anggap saja aku sedang melakukan itu,"
"Aku tahu itu," kata Lily. "Jadi kapan kau akan bicara dengan Joker?"
"Dia mengundangku makan siang berdua di rumahnya," jawab Rheina enteng. "Beruntung kali ini aku yang akan memasakknya sehingga dipastikan aku tidak akan mati keracunan," dia tertawa.
"Baiklah, segera hubungi aku jika ada kabar terbaru. Aku akan bersiap-siap," pamit Lily sebelum menutup telepon.
Rheina meletakkan handphonenya. Dia kembali mengecek layar monitor yang mengawasi apartemen MC. Terlihat MC sedang sibuk membaca novel. Sementara di layar yang lain Luciel terlihat sedang membuat mainan robot baru.
Tiba-tiba saja air matanya menetes, "Ke-kenapa aku menangis," air matanya tak bisa berhenti mengalir meskipun dia sudah mengusapnya berkali-kali. "Kenapa..."
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro