After Ending 001
After Ending 001
Yungjie memandang dari sudut ruangan. Pesta pernikahan ini sedikit membingungkan dirinya. Kenapa harus di adakan di New York? Pestanya sendiri hanya terbatas untuk beberapa tamu undangan serta dia melihat ada beberapa bodyguard yang berjaga. Dia bahkan sempat melihat Presiden Amerika muncul dan menyapa kedua mempelai meskipun kunjungannya hanya berlangsung selama sepuluh menit. Siapa yang mengenal Presiden? Saeyoung? Sepertinya tidak mungkin. Kalau begitu Rheina? Tapi dia tidak melihat hubungan apa itu meskipun terlihat Rheina dan Presiden tampak sangat akrab.
"Apa yang kau pikirkan?"
Suara di sebelahnya membuat lamunan Yungjie buyar. Dia memandangi laki-laki dengan wajah yang hampir mirip dengan laki-laki yang sedang duduk di kursi pelaminan. Bedanya adalah yang berdiri di sebelahnya tidak memakai kacamata dan iris matanya berwarna biru mint.
"Aku hanya merasa sedikit bingung dengan acara pernikahan ini," gumam Yungjie. dia memandang ke arah ballroom. Terlihat Jumin sedang berbicara dengan laki-laki berwambut merah juga. "Apa kau tidak merasa sedikit aneh?"
Saeran memandang sekeliling. "Sedikit. Tapi aku tidak terlalu peduli. Mereka berdua bisa menikah hanya dengan waktu persiapan satu minggu saja sudah tidak masuk akal. Dua minggu yang lalu tiba-tiba dia pergi ke New york tanpa memberiku penjelasan apa-apa. Kemudian hari minggu kemarin dia meneleponku bahwa dia akan menikah dan meminta seluruh anggota RFA dan juga dirimu untuk datang. Dan sekarang disinilah kita," dia menghela nafas panjang.
Yungjie tertawa lirih, "Kau benar sekali. Mereka berdua benar-benar tidak masuk akal. Lalu setelah ini apa mereka juga akan tinggal di New York?"
Saeran mengangkat bahu, "Aku tidak tahu. Mereka memang berkewarganegaan Korea tapi aku yakin jika mereka ingin berpindah kewarganegaraan, itu bukan hal yang sulit. Atau mungkin kewarganegaraan Jepang. Mereka hanya tinggal meminta."
Yungjie menghela nafas, "Kau benar. Hihihihi... seperti kakak iparmu benar-benar orang yang sangat istimewa ya? Aku jadi semakin kagum dan mengidolakannya. Aku ingin memiliki kakak seperti dia."
"Kau bisa jika kau mau," celatuk Saeran.
"Eh?" Yungjie bingung apa maksud perkataan Saeran.
Saeran bisa merasakan wajahnya memerah, dia memalingkan wajah memandang ke arah lain. "Lu lupakan apa yang aku katakan barusan."
Saat itulah baru Yungjie tersadar apa maksud perkataan Saeran. Dia langsung merasa kikuk dan malu secara bersamaan, "Ba baiklah kalau begitu. Ha ha ha ha..." dia berusaha tertawa tapi gagal.
Suasana terasa canggung, beruntung Yoosung datang menghampiri, "Pesta ini terasa menegangkan. Tapi juga sangat menyenangkan. Kau mau berdansa Yungjie?"
Yungjie sekilas melirik Saeran, dia terlihat pura-pura mengambil minuman dan langsung meminumnya dalam gerakan lamban, "Baiklah,"
Yoosung mengulurkan tangan kanannya dan Yungjie menerima uluran tangan tersebut.
Kedua mempelai juga sudah sibuk berdansa di lantai dansa yang berada di tengah area ruangan. Zen terlihat mengajak Jaehee berdansa tapi langsung di tolak karena Jaehee tidak bisa berdansa. Alhasil Zen mengajak seorang gadis berambut bergelombang dengan paras cantik yang berdiri di dekat laki-laki berambut merah.
"Kau baik-baik saja Yungjie?" tanya Yoosung.
"Aku baik-baik saja. Kenapa memangnya?" Yungjie balik bertanya.
Wajah Yoosung terlihat gugup, "Yah... kau tahu kan kalau ini adalah pesta pernikahan Saeyoung dan Rheina. Padahal kan seharusnya..."
"Oh... soal itu..." Yungjie terkikik kecil. "Aku baik-baik saja Yoosung. Aku memang patah hati tapi sekarang aku baik-baik saja. Justru aku akan menghancurkan hatiku sendiri jika sampai aku tetap bersama dengan Saeyoung. Aku akan membunuh dua hati sekaligus jika melakukannya,"
"Ka kau terlihat seperti kau akan melakukan kejahatan jika kau tetap bersama dengan Saeyoung," kata Yoosung tidak terima. "Kau bukan orang jahat dan kau berhak bersama dengan Saeyoung. Kau yang sudah membantu Saeyoung menemukan Saeran."
Yungjie tersenyum dan tertawa kecil. "Terima kasih Yoosung. Aku memang membantu Saeyoung untuk menemukan Saeran. Tapi aku tidak benar-benar menjaganya. Dibandingkan apa yang sudah kulakukan, Rheina jauh lebih berhak untuk bersama Saeyoung daripada aku. Perjuanganku tidak sebanding dengan apa yang sudah dia lakukan untuk Saeyoung,"
Yoosung terlihat tidak terima tapi dia tidak memiliki kata-kata untuk membantah, "A aku memang tidak tahu apa yang sudah Rheina lakukan untuk Saeyoung. Tapi, jika Yungjie berkata seperti itu... aku akan belajar untuk menerima. Maaf aku terlihat kekanak-kanakan," dia menyunggingkan senyum lebar.
"Terima kasih Yoosung," ucap Yungjie sambil tersenyum. Dari sudut mata dia melihat Saeran memandangnya. Pandangan mereka bertemu dan Saeran langsung memalingkan wajah. Lucu, pikir Yungjie.
"Hei, aku juga ingin berdansa dengan Yungjie," Zen tiba-tiba mendekat dengan pasangan dansanya. "Ayo kita bertukar Yoosung. Kau tidak keberatan kan Sayuri?"
Gadis yang bersama Zen tertawa renyah, "Aku bahkan sudah tidak sabar untuk berganti pasangan Zen," dia mengedip centil ke arah Yoosung.
Akhirnya kedua pasangan tersebut saling bertukar pasangan. Yungjie berdansa dengan Zen hingga lagu berakhir. Setelah itu dia kembali ke dekat meja buffet tempat Saeran masih duduk menyender sambil meminum coctailnya.
"Kau tidak ingin berdansa?" tanya Yungjie sambil mengambil minumannya dan berdiri di sebelah Saeran.
"Aku tidak bisa berdansa," ucap Saeran.
Yungjie meletakkan gelas minumnya dan juga mengambil minuman Saeran, meletakkannya berjejeran, "Kalau begitu aku yang akan mengajarimu," dia mengedip jahil.
"A aku tidak bisa," tolak Saeran gugup.
"Kalau begitu diam saja dan ikuti langkahku," perintah Yungjie tak sabaran. Dia menarik Saeran ke lantai dansa.
Saeran mengalah dan membiarkan tubuhnya ditarik. Percuma saja jika Yungjie sudah menginginkan sesuatu.
Yungjie dan Saeran berdansa dengan kaku pada saat lagu diputar namun lama kelamaan gerakan meraka menjadi lebih luwes karena Saeran mulai memahami gerakan dansa mereka.
"Nah, mudah kan?" tanya Yungjie sambil tersenyum puas.
Saeran langsung memalingkan wajah, dia merasa malu. "I iya,"
Yungjie terkikik senang, "Kau manis sekali kalau sedang malu begitu,"
Saeran berbalik memandang Yungjie dengan terkejut. Apa tadi katanya?
"A ah..." Yungjie menyadari apa yang sudah dia lakukan. Sekarang malah dia yang merasa malu. "Lu lupakan saja," dia memilih untuk memandang ke arah lain.
Keduanya berdansa dengan canggung hingga lagu berakhir. Saat keduanya akan berpisah, Saeyoung dan Rheina mendekat.
"Kenapa wajah kalian memerah?" tanya Saeyoung. "Aku boleh berdansa dengan Yungjie?"
"Ambil saja," jawab Saeran canggung.
"Kau berdansa denganku Saeran," celatuk Rheina sambil tersenyum senang.
Keduanya akhirnya berganti pasangan dan kembali berdansa.
"Terima kasih Yungjie," ucap Saeyoung.
"Untuk apa?" tanya Yungji bingung.
"Untuk menyadarkanku," jawab Saeyoung. "Dan aku minta maaf karena sudah melukaimu,"
Yungjie tertawa, "Sama-sama. Aku senang kalian berdua akhirnya bersatu. Aku turut bahagia Saeyoung. Kalian berdua memang sudah ditakdirkan bersama dan aku ini orang yang berhasil menyatukan kalian."
Kali ini giliran Saeyoung yang tertawa, "Kau benar. Terima kasih sudah menyatukan kami kembali. Aku dan Rheina merasa beruntung bisa bertemu denganmu,"
"Hehe... kalian memang beruntung bisa bertemu denganku," ucap Yungjie senang.
"Lalu, sepertinya kau juga senang bertemu dengan Saeran," ledek Saeyoung. "Kalian lucu sekali saat berdansa. Apa kau menyukai adikku?"
Wajah Yungjie langsung memerah, "A apa?! Te tentu saja tidak. Aku tidak benar-benar menyukainya,"
"Oh... sayang sekali," Saeyoung terlihat kecewa. "Padahal aku pikir aku akan punya adik ipar baru,"
Yungjie tersenyum, "Mungkin..."
"Mungkin?" ulang Saeyoung.
"Mungkin aku memang menyukainya," jawab Yungjie. "Tapi aku tidak tahu apakah rasa sukaku ini karena aku menyukai Saeran atau hanya sekedar pelarianku saja. Aku tidak tahu. Aku tidak ingin buru-buru mengambil keputusan. Aku tidak ingin salah menilai apa yang kurasakan,"
Saeyoung tersenyum hangat, "Tidak apa-apa. Gunakan waktumu sebanyak yang kau butuhkan. Aku tidak akan memaksa karena aku turut ambil bagian melukai hatimu,"
"Terima kasih Saeyoung," ucap Yungjie sambil tersenyum.
Selesai berdansa, Yungjie kembali duduk di sofa panjang. Dia merasa lelah karena dari tadi terus berdansa. Di lantai dansa dia bisa melihat Saeran masih berdansa dengan Rheina sementara Saeyoung memilih untuk berbicara dengan laki-laki yang juga sama-sama berambut merah sepertiny dirinya. Keduanya terlihat akrab dan saling tertawa.
Yungjie kembali merenungi perkataan yang baru saja dia ucapkan. "Apa aku benar-benar menyukai Saeran atau aku hanya mencari pelarian karena Saeran mirip dengan Saeyoung? Aku tidak tahu... tapi aku memang menyukainya...."
---The End---
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro