Part 9
Part 9
Seven mendengarkan penjelasan Rheina dengan serius. Sekarang dia tahu bahwa selama ini Rheina sedang memata-matai seorang professor di fakultas psikologi yang di duga mencuci otak para mahasiswanya. Penyelidikan Rheina berlanjut dengan bukti-bukti bahwa sang professor adalah salah satu anggota sekte agama ekstrim bernama mint eye. Gedung pertemuan mereka disebut sebagai magenta.
Rheina mendekati professor tersebut dan sengaja membuatnya jatuh ke perangkap agar bisa mencari informasi tentang mint eye. Diketahui bahwa pemimpin sekte ini disebut sebagai savior, memiliki visi untuk memberikan kebahagiaan dan membawa surga kepada para pengikutnya.
Rheina berhasil mengumpulkan seluruh bukti tapi diketahui oleh saeran, dia kabur menggunakan mobil dan dikejar oleh saeran dan pengikutnya. Kejar-kejaran dengan mobil di dalam hutan. Sialnya, ketika Rheina menghindari pohon tumbang, mobilnya oleng dan jatuh ke jurang. Rheina selamat dari ledakan mobil dan hanya mengalami luka ringan tapi cedera otaknya membuatnya pingsan dan amnesia.
"Si V juga ada disana, dia menjadi bawahan langsung the savior," jelas Rheina. "Aku beruntung saeran tidak mengenali wajahku. Dan V, sepertinya dia juga tutup mulut. Aku pernah beberapa kali berpapasan dengan dia sewaktu di magenta. Nyawaku selamat karena V. Tapi..."
"Tapi apa?" tanya Luciel tak sabaran.
Rheina terdiam sejenak. Dia mendesah, "Aku tidak bisa menceritakannya disini. Kau harus membaca semua informasi itu sendiri. Apa kau bisa mengeluarkanku dari rumah sakit sekarang? setelah itu kita bisa ke asramaku."
"Tenagamu belum pulih akibat shock otak. Lebih baik kau bisa istirahat dulu," tolak Luciel.
"Tapi kau harus melihatnya sekarang," pinta Rheina. "Aku mohon bantu aku. aku harus menyelesaikan misi ini secepatnya"
Luciel terkejut, baru kali ini Rheina memohon pertolongan kepadanya untuk membantu menyelesaikan misi. "Baiklah kalau begitu,"
Luciel segera memeriksa keadaan lorong rumah sakit, aman. Dia membopong Rheina melewati tangga darurat menuju mobil Luciel di tempat parkir.
Baru kali ini aku menggendongmu, gumam Luciel dalam hati. Ternyata Rheina sangat ringan. Tapi dia tahu, Rheina itu ahli dalam bertarung. Sekilas dia melihat bekas-bekas luka di tubuh mungil tersebut, membuat dia bertanya, apa saja yang sudah dilalui gadis ini untuk bertahan hidup. Luciel memang tidak pernah bertanya, tapi dia tahu bahwa Rheina mungkin pernah membunuh satu atau dua orang dalam misi, sama seperti dirinya.
Sampai di tempat parkir, Luciel segera membuka pintu depan dan memasukkan Rheina ke dalam mobil, dia juga bergegas masuk ke mobil dan melesatkannya menuju asrama putri di SKY university.
Selama perjalanan, beberapa kali dia melirik keadaan Rhena. Wajahnya tampak pucat, badannya basah karena keringat. Luciel mempercepat laju mobilnya.
Luciel tak akan bisa masuk ke asrama jika dia tidak menyamar. Karena itu sebelum masuk dia menyamar sebagai perempuan, mengenalkan diri sebagai sodara.
"Cantik..." puji Rheina lemah. Nafasnya terasa berat. Luciel segera memapah Rheina kembali ke kamarnya. Beruntung Elly sedang pulang ke rumah orangtuanya sehingga Luciel bisa melepas menyamaran. Tak lupa dia mengunci pintu kamar.
Rheina mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Beberapa CD dan flashdisk yang sebelumnya kosong. Tapi dia ingat, dia memang menyembunyikan semua hasil pekerjaannya di benda-benda tersebut.
"Ini... bukalah... kau pasti bisa membaca isinya dengan mudah.." pinta Rheina.
"Oke, aku pinjam laptopmu," Luciel mengambil sebuah laptop di meja belajar Rheina. Sekali lihat Luciel bisa melihat banyak sekali folder dan file yang disembunyikan dan di password. Dia berusaha fokus dan mulai mengerjakan apa yang diminta. Dari sudut mata dia bisa melihat Rheina berusaha mengambil sebuah kotak berisi beberapa kapsul obat. Ada sekitar empat butir yang diambil dan diminum sekaligus. Terkejut dengan pemandangan tersebut tapi dia pura-pura tidak melihat dan kembali fokus.
***
Dada Rheina terasa nyeri, kepalanya juga masih berdenyut-denyut. Ternyata langsung mengingat semuanya sekaligus terlalu berat untuk otaknya. Badannya bereaksi dengan semua kenangan buruk yang terlintas. Rasa takut dan trauma memenuhi hatinya. Beruntung Luciel mau membawanya kembali ke asrama.
Dimana obat sialan itu? Gumam Rheina dalam hati. Dia mencari kotak obat putih di dalam tas kecilnya. Mengambil beberapa obat tertentu kemudian langsung meminumnya. Sambil menunggu efek obat bereaksi, dia merebahkan diri di tempat tidur.
"Terima kasih..." gumam Rheina tiba-tiba.
"Untuk apa?" tanya Luciel balik, matanya tetap sibuk menatap laptop, mempelajari data yang diberikan Rheina.
Rheina mengambil kotak hitam berisi kalung pemberian Luciel dan mengenakannya. "Cocok tidak? Aku tidak pernah memakainya. Rasanya aneh."
Luciel berbalik dan terpana, "Co cocok,"
"Mana punyamu? Jangan bilang kau bohong kalau kau juga memilikinya," tuntut Rheina.
Luciel mendengus, dia merogoh kantong jaketnya, sebuah kotak hitam kecil. Dia membuka kotak tersebut dan mengenakannya, "Kau puas?"
Rheina tersenyum, "Sedikit," dia mengambil handphone lagi, "Lily. Tentang permintaanku waktu itu. Apakah bisa dikabulkan?" dia melirik Luciel yang sudah sibuk bekerja di depan laptop.
'Aku sudah memintanya ke Joker. Tapi dia bilang dia masih membutuhkanmu disini. Kau tidak diijinkan kembali menjadi warga sipil. Itu perintahnya.'
"Aku sudah menuruti semua perintah Joker! Dia sudah janji akan mengabulkannya! Aku hanya butuh berkas putih itu!" teriak Rheina. Luciel sampai berbalik saking terkejutnya.
'Aku tahu perasaanmu ke Luciel. Tapi jika kau membantah, kita berdua bahkan Lucielmu akan mati. Kau harus menyelesaikannya hari ini. Joker sudah tidak sabar. Kita akan bicarakan lagi nanti.'
"Baiklah kalau itu maumu!" dia menutup handphone dan melemparnya. Air mata mengembang di kedua matanya.
Luciel menghentikan pekerjaan dan memungut handphone Rheina yang sudah pecah, berusaha menyatukannya kembali, "Kau baik-baik saja?"
"Tidak!" balas Rheina cepat. Dia terdiam, berusaha menenangkan amarahnya yang meluap-luap. Luciel duduk di sebelahnya sambil tetap diam.
Amarah Rheina perlahan-lahan surut, dia beberapa kali mengambil nafas panjang, "Maaf.. aku terbawa emosi. Sudah lama aku tidak merasa sehidup ini."
"Itu bagus namanya," ujar Luciel. "Jadi apa yang terjadi.
"Kau belum membalas pesanku," gumam Rheina mengalihkan topik pembicaraan. "Zen sudah merelakan keputusanku tapi kau tidak satu kali pun bilang kalau kau mencintaiku."
"A apa aku harus menjawabnya sekarang?" wajah Luciel bersemu merah.
"Kau harus mengatakannya," perintah Rheina. "Jangan lupa sebut namaku. Setelah itu aku akan memberitahumu kenapa tadi aku marah-marah,"
"Kau mengancamku?" tanya Luciel.
"Anggap saja begitu," jawab Rheina sambil memasang wajah polos. "Ayo cepat."
"Baiklah..." Luciel berdehem sejenak. "Aku mencintaimu Rheina."
Rheina tertawa, "Tidak ada romatisnya sama sekali... ahahahaha!!"
"Kau yang memintanya!" seru Luciel tidak terima.
Rheina kembali terkikik. Meskipun merasa lucu, dia bahagia Luciel juga mencintainya, "Maaf... maaf... terima kasih... aku juga mencintaimu kok... hihihi..."
"Jadi, apa yang terjadi denganmu tadi?" selidik Luciel.
"Aku hanya minta pensiun dini, tapi Joker tidak mengabulkannya," jawab Rheina enteng. "Aku harus menyelesaikan misinya hari ini dan pulang,"
"Hari ini? Kau akan pulang dan meninggalkanku setelah aku mengatakan aku mencintaimu?" tanya Luciel.
"Maaf Luciel... Aku.." belum selesai Rheina berkata, handphonenya kembali berbunyi. "Apa lagi?"
'Joker memegang kartu ASmu. Dia akan membunuh Luciel jika kau tidak menuruti perintahnya,' jelas Lily. 'Tapi dia akan membuat pengecualian jika misi ini berhasil. Mungkin dia akan memberikan berkas putih ke kalian. Kau, dia, dan saeran"
"Kau yang memberitahunya?" selidik Rheina.
'Aku harus melakukannya jika kita semua ingin hidup. Maafkan aku Rheina, kau bisa membunuhku nanti jika kau berhasil selamat,'
"Apa tawaran yang sebenarnya?" tuntut Rheina.
'Dia akan membebaskan Luciel dan saeran jika kau bersedia kembali ke pusat. Dia sudah curiga kau akan kabur dengan Luciel,'
"Dia tidak berbohong, kan?"
'Aku sudah memegang berkas putih luciel dan saeran. Dan dia memegang berkas putihmu. Kau tahu artinya kan?'
"Baiklah... terima kasih Lily. Itu sudah cukup bagiku," tutup Rheina. Air matanya tanpa sengaja mengalir. "Ah... maafkan aku..."
"Apa yang kalian bicarakan? Joker mengancammu" selidik Luciel.
"Tidak," Rheina menggeleng. "Dia mengabulkan salah satu permintaanku. Kau dan saeran bisa bebas dari dunia itu. Joker sudah menjaminnya. Bosmu tidak akan berani macam-macam."
"Bagaimana denganmu?" tanya Luciel.
Rheina hanya tersenyum, "Aku baik-baik saja,"
"Kau tidak bisa melakukan ini," seru Luciel. "Kau harus ikut denganku,"
"Aku tidak bisa. aku sudah menerima tawaran Joker," ucap Rheina.
"Aku tidak mau. Aku tidak akan menerimanya Rheina," seru Luciel.
"Kau harus. Jangan sia-siakan jerih payahku," dengus Rheina kesal.
"Aku tidak peduli," balas Luciel.
Handphone Rheina kembali berbunyi, "Ya?"
'Saeran ditangkap vanderwood. Aku akan mengirimkan lokasinya'
"Oke," seru Rheina. "Saeran ditangkap vanderwood. pasti dia mengira adalah kau."
"Brengsek! Dimana dia membawa saeran?" tanya Luciel.
"Lily akan segera mengirimkan lokasinya, setelah itu kita bisa bergerak. Aku punya rencana," seru Rheina.
"Tidak. Aku punya rencana dan kau harus menuruti perintahku," tolak Luciel.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro