[M] - Sacrifice
Di sudut ruang latihan terlihat Xiaojun yang sedang menyetem gitarnya, kemarin lusa dia baru mengganti senar.
"She said, baby, i'm afraid to fall in love—"
Tiba-tiba ada seseorang yang menyambung lirik tadi, "Cause what if it's not reciprocated~"
Xiaojun terkekeh saat tau ternyata orang itu. "Oh Ten Ge, di mana Hendery?"
"Aku meninggalkannya di kamar, semalam aku hampir gila karena dia." Ten menggelengkan kepalanya lalu mendengus, "entah arwah apa yang merasukinya, dari tadi malam dia memaksaku untuk mengajarinya bahasa Thailand."
>>>
Shaun menjelaskan kepada Kannika tentang orang yang berada di hadapan mereka, sontak membuat gadis Thailand itu terkejut.
Kannika menatap pria yang tadi menolong Shaun dengan penuh penyesalan sebelum berucap, "Maafkan saya."
Kannika kembali melanjutkan penjelasannya, "Tadi kami habis di diskrimanasi sipil, di tempat kerja. Sebab itulah, saya jadi sedikit sensitif. Saya mohon maafkan saya dan tolong jangan tuntut saya."
Hendery refleks tertawa ringan mendengar permintaan gadis itu. "Ini bukan masalah besar, tidak perlu sampai begitu Kami berdua juga foreignr di sini, aku tau apa yang kau rasakan." berhenti sejenak menatap sosok di depannya, "Kannika..."
"Oh, saya kelahiran 1998," jawab Kannika seolah paham maksud dari Hendery.
"O-oh ... Ja-jadi Kannika Noona tidak perlu khawatir," lanjut Hendery sambil—berusaha—tersenyum lebar, "kalian berasal dari negara mana?"
"Saya dari Thailand," respon Kannika lalu menunjuk Shaun, "kalau dia dari China ... Ini tahun ke dua kami menetap di sini."
Mereka berdua—Hendery dan Kannika—kembali mengobrol layaknya orang yang sudah cukup akrab.
Sedangkan di sisi lain Shaun nampak tidak nyaman sebab merasa ditatap sama pria satunya,
"A-apa ada yang sesuatu di wajah saya?" tanya Shaun kepada pria itu, namun tidak langsung dijawab.
Xiaojun memperhatikan Shaun cukup lama sebelum bertanya, "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
Shaun nampak terkejut sebelum mengalihkan pandangannya, memutus kontak mata antara mereka, "Tidak, saya rasa ini baru pertama kali."
Gadis itu mendekati Kannika, "Eonnie, ayo kita pulang," ajak Shaun yang memotong percakapan antara Hendery dan Kannika.
"Baiklah," ucap Kannika, lalu menatap kedua pria itu, "terima kasih atas pengertiannya dan maaf sekali lagi."
Namun saat mereka hendak pergi, Xiaojun menahan lengan Shaun, tentu saja itu membuat ketiga lainnya terkejut. Pria beralis tebal itu nampak hening sejenak. "Maaf tadi sudah membuatmu terkejut."
"Gwenchana Ge," ucap Shaun, lalu dia dan Kannika pergi menjauh dari Xiaojun dan Hendery.
Kedua pria itu tidak bergerak dari tempat mereka hingga sosok gadis-gadis tadi keluar dari pintu toko musik.
"Jun, sekarang aku tau seperti apa rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama," kata Hendery yang masih menatap pintu itu.
"Jangan konyol," respon Xiaojun kembali melihat beberapa kotak senar.
"Aku serius, baru kali ini aku melihat gadis secantik Kannika," lengkungan kurva di bibir Hendery kembali tercipta, "aku akan mendekatinya, jika nanti ketemu lagi."
"Dan kemungkinan bertemunya satu banding seribu.," ucap Xiaojun dengan datar, lalu membawa 6 kotak senar, "ayo, aku sudah selesai milih."
"Cih, padahal dari tadi kau juga terus menatap gadis satunya."
Langkah Xiaojun terhenti dan bersiap menyangkal namun tidak jadi sebab Hendery kembali berucap, "Kau juga merasa tidak rela saat dia pergi kan? Aku tau Jun, tanpa kau bilang aku sudah tau."
Xiaojun tidak mengubrisnya dan berjalan menuju kasir untuk membayar barang belanjaannya.
<<<
"Jun."
"Xiaojun."
Panggilan itu membuyarkan lamunan pria yang bernama asli Xiao De Jun.
"Kau dengar tidak?" tanya Kun, ternyata mulai tadi posisi Ten sudah ada digantikan leader WayV—Qian Kun. Bahkan Xiaojun tidak sadar saat member lainnya sudah datang di ruang latihan.
"Hah?" Xiaojun bertanya balik.
"Sudah ku duga kau melamun, ada masalah apa? Mau cerita?"
"Tidak ada apa-apa Ge, jadi apa yang tadi kau bicarakan?"
Kun memberikan ponselnya ke Xiaojun. "Kata manager minggu depan kau di minta datang ke kantor."
"Ada masalah apa Ge?" tanya Xiaojun dengan heran. Pasalnya hanya dirinya saja, tentu saja ini membuat dia terkejut.
"Yang jelas bukan sesuatu yang buruk, karena kalaupun begitu sudah pasti aku juga dipanggil kan?"
Benar.
Jika itu ada kaitannya dengan kesalahan member sudah pasti leader akan ikut dipanggil juga. Biar bagaimanapun memang seperti itu aturannya; kesalahan member adalah kesalahan leader, tapi kesalahan leader belum tentu jadi kesalahan member.
"Sudah-sudah jangan terlalu dipikirkan, nanti aku coba tanyakan ke manager lagi ... Ayo kita latihan dulu."
Mereka berdua bangkit dari duduk lalu menghampiri member lain yang sedang pemanasan.
"Ten Ge, habis latihan lajari aku bahasa Thailand lagi ya?" paksa Hendery sambil menguncang pundak Ten yang pura-pura tidak menyadari kehadirannya.
∞∞∞
Shaun dan Kannika nampak syok berat dengan pernyataan bahwasanya maestro mereka, Osmo Vänskä tidak akan menjadi konduktor untuk project ini.
Menurut desas-desusnya setelah pertemuan kemarin lusa, Vänskä mengatakan kepada jajaran SPO untuk menggantikan posisinya dengan konduktor asal Korea Selatan, David Yi.
Tidak perlu menerka-nerka lagi, dengan kata lain ini sama saja seperti menukar posisinya untuk mempertahankan posisi Shaun dan Kannika serta sebagai cara dari sang maestro untuk meredam rasa ketidakadilan yang dirasakan musisi asli sini.
Shaun menjadi tidak enak hati kepada sang maestro sekaligus salah satu orang yang menjadi alasannya merantau ke Korea Selatan.
Semua itu berawal dari pertemuan mereka di China, manakala waktu itu Vänskä sedang mengunjungi taman di sudut kota, pada saat itu Shaun dengan indahnya menampilkan lagu Raise Me Up dengan cello-nya dan berhasil membius maestro handal itu.
Ya,
Osmo Vänskälah yang membawanya ke sini, merekomendasikan dirinya untuk lebih dulu belajar di akademi SPO selama setahun, sebelum sang maestro itu resmi bergabung lalu merekrut Shaun masuk ke dalam jajaran musisi orkestra ini.
"Gwenchana, habis ini kita menghadap Seongsaem-nim ya?" ucap Kannika mencoba menenangkan Shaun terlihat seperti ingin menangis, "kita harus bertahan."
"Nee, Eonnie ... gumawo."
Memang benar dari awal Shaun tidak ingin ikut dalam project namun jika sudah seperti ini, satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah berusaha semaksimal mungkin, setidaknya dia harus bertahan untuk membalas pengorbanan dari sang maestro.
Gadis itu menatap mata kalung berbentuk t-rex yang dia gunakan. "Sudah tidak ada jalan lain." gumamnya dengan sangat lirih.
Jika lain kali mata kita kembali saling menatap,
Mungkin aku tidak akan lagi mengalihkan pandanganku,
Dan aku tidak akan lagi mencoba untuk menghindar.
[n.s]
Huaaaaa ngetik ini sambil dengar lagu My Everything- NCT U,
Suaranya Dejun bikin candu banget huhu sesungguhnya aku lemah sekali akhir-akhirnya sama dualitynya bias. Rasanya kya mau minggat aja wkwk.
Oh ya kira-kira ada apa ya sama Shaun? Ada yang mau nebak?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro