Prologue
Akhirnya semua meninggalkan kita" ucap (y/n) kepada seorang pria berandalan.
"Um. Sekarang, apa yang akan kau lakukan?"
"Aku tidak tahu. Sekarang, aku sudah tidak punya tujuan hidup lagi"
Pria berandalan itu pun terdiam.
"Bagaimana kalau kau ikut denganku?" tawar pria berandalan tersebut.
"Kemana kita akan pergi?"
"Kau akan lihat. Aku akan memberimu tujuan hidup lagi. Aku janji"
Pria tersebut mengulurkan tangannya kearah (y/n).
(Y/n) terdiam sejenak.
Apakah tidak apa-apa kalau aku mengikutinya?, gumamnya.
"Sepertinya aku tidak punya pilihan lain" balas (y/n). Lalu ia memberikan sebelah tangannya kepada tangan pria tersebut.
***
Nakamura (y/n). Seorang gadis SMP yang terkenal paling pintar di sekolahnya. Selain pintar, ia juga sangat disiplin dan memiliki paras yang cantik. Hal tersebut membuat orang lain iri dengannya, terutama perempuan.
Tetapi,
Karena ia terlalu sempurna, ia sampai-sampai tidak bisa bergaul dengan teman-teman sebayanya.
Orang lain menganggapnya orang yang kaku karena terlalu menaati aturan.
***
"Baik, anak-anak. Siapa diantara kalian yang bisa menyelesaikan soal ini?" ucap seorang guru.
Soal tersebut kelihatannya sangat sulit untuk dikerjakan. Sehingga para siswa di kelas tersebut tidak mungkin bisa mengerjakannya.
Suasana di kelas pun seketika hening.
Tiba-tiba, (y/n), siswa paling pintar di sekolah akhirnya mengangkat sebelah tangannya.
"Bisakah aku mencoba mengerjakannya, sensei?" tanya (y/n).
"A! Nakamura-san. Sensei yakin kalau kau pasti bisa mengerjakannya. Sensei inginnya sih siswa yang lain yang mengerjakannya. Tetapi karena tidak ada yang mau, silahkan kerjakan" balas guru tersebut.
(Y/n) pun beranjak dari tempat duduknya dan segera berjalan menuju papan tulis.
Dengan cepat, ia langsung menyelesaikan soal tersebut.
"Sugoi!"
"Bagaimana caranya ia mengerjakan soal itu?"
"Otaknya terbuat dari apa, sih?"
"Pantas saja ia mendapat gelar siswa paling pintar di sekolah.
Seluruh siswa sibuk berbisik-bisik membicarakan (y/n). Namun, (y/n) yang sudah terbiasa dengan hal itu mengabaikan mereka semua.
***
Jam istirahat pun tiba. (Y/n) mengeluarkan sekotak bento yang ia bawa dari rumah. Baru saja ia ingin menyantap makan siangnya itu, ia melihat ada seorang teman sekelasnya yang diganggu oleh siswa lain.
"Oi! Cepat serahkan makan siangmu!"
"Iya. Sekalian uangmu juga!"
"T...tapi..."
"Hei! Kalian!" seru (y/n) sambil berjalan mendekati mereka bertiga.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya (y/n) dengan nada tegas.
"Apa-apaan kau ini? Tiba-tiba ikut campur urusan kami!"
"Tentu saja. Kalian mengganggu salah satu murid di sini" balas (y/n).
"Memangnya kau siapa? Menyuruh kami seenaknya seperti itu!"
"Siapapun boleh menegur bila ada yang berbuat salah. Kalian tidak boleh seenaknya mengambil barang milik orang lain!"
"S...sudahlah, Nakamura-san. A...aku tidak apa-apa"
"Cih! Dasar! Jangan sombong hanya karena kau pintar!" balas gadis tersebut. Lalu ia dan temannya yang mengganggu salah satu murid tadi pergi begitu saja.
"Apa-apaan mereka itu!" gerutu (y/n).
"A...arigatou, Nakamura-san. Maaf aku jadi melibatkanmu"
(Y/n) pun tersenyum kearah gadis tersebut.
"Tidak apa-apa. Lain kali kau harus lebih bersikap tegas. Agar mereka tidak berani mengganggumu lagi"
"U...um. Terima kasih atas sarannya"
***
Bel sekolah pun berbunyi. Saatnya para siswa untuk pulang.
(Y/n) berjalan sendirian menuju rumahnya yang terletak tak jauh dari sekolahnya.
Di perjalanan, ia melihat seorang anak laki-laki sedang diganggu oleh lima orang berandalan.
Dengan cepat, (y/n) langsung berlari kearah anak laki-laki tersebut.
"Oi! Bocah! Cepat serahkan uangmu!" ucap salah satu berandalan.
"T...tapi...aku tidak punya uang" ucap anak laki-laki itu. Ia terlihat sangat ketakutan.
"Cepatlah, bocah tengik!"
Sepertinya para berandalan itu masih seusia dengan (y/n). Maka dari itu mereka hanya berani memalak orang yang berusia lebih muda dari mereka.
"Hei! Kalian! Jangan ganggu dia!" seru (y/n) sambil mendekat kearah para berandalan itu dan langsung menghalangi mereka untuk mendekati anak laki-laki itu.
"Apa-apaan kau ini, hah?!" seru salah seorang berandalan.
(Y/n) sama sekali tidak merasa takut. Menurutnya, selama ia membela hal yang benar, ia tidak akan pernah merasa takut.
Berandalan lain memandangi (y/n) dengan tatapan genit.
"Tunggu, gadis ini cantik juga"
Berandalan itu pun langsung menggandeng pundak (y/n) dan mendekatkan wajahnya kearah wajah (y/n). Rupanya ia ingin melakukan hal yang tidak-tidak kepada (y/n).
"Bagaimana kalau kita bermain dulu sebentar"
Kali ini (y/n) sedikit merasa takut. Ia pun berusaha menjauhkan wajah berandalan tersebut dari wajahnya.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan!" seru (y/n) sambil mendorong wajah berandalan tersebut.
Namun, seorang berandalan lainnya malah memegangi tubuh (y/n). Sehingga (y/n) tidak bisa melakukan perlawanan.
"Lepaskan!!!"
Tiba-tiba, dari kejauhan datanglah sekelompok berandalan lainnya yang memakai seragam berwarna hitam. Di pakaian mereka tersebut tertulis kalimat 'Tokyo Manjikai'.
(Y/n) tidak tahu geng apa itu. Yang ia tahu adalah mereka juga pasti sekelompok berandalan.
Dengan cepat, para berandalan berseragam hitam tersebut langsung menyerang kelima berandalan yang mengganggu (y/n).
"Oi! Koraaaa!!!"
Karena jumlah berandalan berseragam hitam itu lebih banyak, kelima berandalan tadi tidak bisa berbuat apa-apa.
Karena terdorong oleh para berandalan yang sedang berkelahi, (y/n) pun terjatuh ke tanah.
"Itai!" rintih (y/n).
"Oneesan!" ucap anak laki-laki tadi.
"Are? Daijoubu?" tanya salah satu berandalan Tokyo Manjikai sambil menoleh kearah (y/n) yang berada dibelakangnya. Rambutnya dicat kuning. Manik matanya berwarna hijau kebiru-biruan. Sebelah telinganya dipasangi anting. Benar-benar terlihat seperti berandalan.
Karena masih trauma dengan tingkah kelima berandalan tadi, (y/n) menanggapi berandalan tersebut dengan sangat kasar.
"Menjauhlah!" teriaknya sambil memeluk anak laki-laki tadi untuk melindunginya.
"Oi! Aku tidak akan melakukan hal buruk padamu" ucap berandalan tersebut.
"Ayo, kita sebaiknya pergi" ajak (y/n) sambil menggenggam sebelah tangan anak laki-laki tersebut.
Zzzrrrtt
Tiba-tiba, tubuh (y/n) terasa seperti disengat listrik. Pandangannya pun mendadak menjadi gelap gulita. Ia pun jadi tak sadarkan diri.
.
.
.
.
.
.
.
"Oi... (y/n)...bertahanlah!!!"
(Y/n) mendengar suara seorang pria yang terdengar samar-samar di telinganya. Ia pun membuka matanya perlahan.
Ia bisa melihat dua pria berambut hitam berada tepat di sampingnya.
"(Y/n)-san! Akhirnya kau sadar juga" ucap seorang pria berambut sedikit ikal.
"D...dimana aku?"
"Kau di rumah sakit. Tenanglah. Ada aku disini" ucap seorang pria yang tiba-tiba mengenggam sebelah tangan (y/n).
(Y/n) yang terkejut dengan perilaku tidak sopan pria tersebut langsung menarik tangannya dengan sangat kasar agar pria tersebut melepaskan genggamannya.
"Apa-apaan kau ini? Are?"
(Y/n) memandangi sebelah tangannya yang dipasangi sebuah cincin di jarinya.
Cincin siapa ini? Aku tidak pernah menggunakan cincin sebelumnya. Dan, kenapa tanganku terlihat lebih besar dari biasanya? ,tanya (y/n) dalam hati.
"(Y/n), ini aku, Naoto!"
"Naoto?"
"Iya. Aku ini tunanganmu, (y/n)!"
"A...apa? T...tunangan?"
~Bersambung
---------------------------------------------------
Uppuppu~
Minna sannnn
Omataseeee
Wahh. Maaf Yami telatttt. Yami keasikan main danganronpa jadi lupa apdet. Gomenasaiiii
Yami sengaja ga bikin banyak2 prolognya. Soalnya belajar dr ff sblmnya. Kalo kepanjangan ntar reader chan malah bosen duluan jadinya.
Oke segitu dulu mungin ya dari yami.
semoga suka yaa sama ff iniii.
Stay healthy gaiss
Sampai jumpa di chap 1
uppuppu~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro