{7/10}
(Name) menatap Oikawa tidak percaya.
Irisnya masih bergetar dan membentuk bulatan besar. Dadanya serasa ingin meledak.
"Tooru, kamu enggak lagi bercanda, 'kan?"
Pertanyaan yang sama lagi-lagi keluar dari mulut sang gadis.
"(Name), apa aku perlu menggulanginya?"
"Ini bukan candaan yang lucu, Tooru."
Oikawa menghela napas kasar.
Detik setelahnya ia menatap lembut iris sang gadis. Sebuah ukiran dibibirnya terbentuk.
"(Full Name), aku mencintaimu. Maukah kamu menjadi permaisuriku? Menjadi ibu dari anak-anakku kelak?
Menjadi seseorang yang menemaniku disaat suka maupun duka? Membawa semua kebahagiaan untuk hidupku? Maukah kamu menikah denganku?"
Oikawa menggulangi kata-katanya lagi.
Cukup lama sampai gadis dihadapannya memproses apa yang terjadi.
Detik setelahnya dia menggeleng.
Aku ulangi, MENGGELENG.
"Tidak,"
Tentu saja Oikawa terkejut dengan jawabah sang gadis.
Matahari yang sendari tadi bersinar menggelilingi tubuhnya berubah menjadi kumpulan awan hitam.
Seolah tersambar oleh jutaan volt listrik. Oikawa tak mampu berbicara atau bergerak.
"Tidak mungkin aku menolak lamaranmu."
Detik setelhnya jantung Oikawa kembali berdetak. Ia merasa begitu lega.
Gadis dihadapannya menipunya.
"(Name) akan kukubur kau hidup-hidup."
Ucap Oikawa tepat sebelum sang gadis ia bawa kedalam pelukan tangannya.
Gadis itu tersenyum melihat tingkah kekasihnya. Atau bisa di sebut calon suaminya.
"Tooru, aku--"
"Aku juga mencintaimu."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro