Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 12

Jesse dengan sekuat tenaga menyentakkan pelukan Salma. Mengusap darah dari bibir, mengernyit menahan sakit yang mendera tubuhnya. Tidak mengindahkan Salma yang berusaha merayu dan membujuknya.

"Jesse, kita ke rumah sakit sekarang. Ayo! Jangan sampai luka-lukamu jadi infeksi."

"Salma, lebih baik kamu pergi sekarang." Ia menatap gadis itu lekat-lekat dengan lengan mengusir. "Aku bisa atasi di sini."

"Tapi, bagaimana kalau orang-orang ini menyerangmu juga? Aku lihat mereka sangat menyeramkan!"

Pandangan Salma bertemu dengan Amber. Untuk sesaat kedua perempuan itu beradu pandang dengan tatapan menilai. Memang tidak salah kalau Salma merasa takut, penampilan anak buah Amber dengan senjata di tangan, pakaian hitam, serta bekas luka di wajah memang terkesan menyeramkan. Amber sendiri memakai plaster di kening, dan kakinya menginjak James lebih keras. Aktor itu melengking ketakutan.

"Beti-na sialaaan!" erang James dengan penuh emosi.

Amber menunduk, mengangkat kakinya dari atas tubuh James. Memberi tanda pada anak buahnya untuk berlalu. Bukankah Jesse mengatakan bisa mengatasi semua masalah di sini? Untuk apa berlama-lama di tempat ini?

"Amber, mau kemana? Kita belum selesai bicara!" Jesse menyusul langkah istrinya. "Kamu harus aku dengarkan perkataanku dulu."

Amber menghentikan langkah, dari tempatnya berdiri melihat Salma yang terlihat kebingungan. Pasti gadis itu ingin tahu siapa dirinya dan apa hubungannya dengan Jesse. Sebuah pernikahan yang dirahasiakan, tidak seharusnya menjadi konsumsi umum. Wajah Jesse memar dan ada darah di dagu, berarti bagian tubuhnya lebih parah dari itu. Amber merasa salut karena suaminya menolak untuk menyerah meskipun dikeroyok. Ia berjanji dalam hati akan mencari tahu asal usul James dan akan membuat perhitungan. Laki-laki pengecut seperti itu tidak pantas hidup.

"Amber, kamu mau masuk? Boleh aku ikut?"

Menggeleng perlahan, Amber menolak permintaan suaminya. Ia tidak mungkin membawa laki-laki lain saat ingin berhadapan dengan Carlos. Tidak ingin menimbulkan kecurigaan karena tujuannya datang kemari untuk sesuatu yang berbahaya.

"Pergilah! Kekasihmu menunggu!"

Jesse berusaha meraih lengan istrinya. "Berapa kali aku bilang, dia bukan kekasihku?"

Amber mengibaskan cengkeraman Jesse. "Sejujurnya aku tidak peduli apakah dia kekasihmu atau bukan. Pernikahan kita hanya di atas kertas, tidak ada keharusan kau harus setia tapi setidaknya kalau ingin berpacaran, lakukan di tempat lain. Bayangkan kalau ada orang tua kita yang melihat. Jesse, kau ini bukan anak-anak lagi?"

"Astagaa! Berapa kali aku harus katakan kalau dia bukan kekasihku dan kamu harus percaya Amber. Ini nggak ada hubungan dengan pernikahan atau hubungan kita.Tapi, kamu harus tahu kalau sekali aku berkomitmen, tidak akan berkhianat. Salma dan aku datang kemari untuk bicara masalah investasi, James mengeroyok karena marah. Popularitasnya terkalahkan oleh insiden penculikanku." Entah apa yang membuat lucu, tapi Jesse tersenyum lebar. "Bisa dikatakan justru semua masalah ini berawal dari kamu, Amber. Kamu yang menculikku bukan? Berarti kamu yang mengalahkan popularisnya."

Amber berdecak, mendengar penjelasan suaminya yang menurutnya tidak masuk akal. Bagaimana ada orang mengamuk hanya karena kalah populer? Situasi macam apa itu? Ia bertukar pandang dengan Dimitri dan mengerti kalau waktunya sudah tiba.

"Dengar, aku bukannya tidak mau mengajakmu. Tapi sekarang ini bukan situasi yang tidak tepat kalau kita muncul bersama-sama. Lebih kamu pulang, atau urus gadis yang sekarang sedang kuatir. Jangan pedulikan aku!"

Jesse termangu menatap istrinya yang berlalu dengan para pengawal. Apakah mereka hendak melakukan sesuatu yang berbahaya? Tapi, harusnya itu tidak mungkin karena lounge ini adalah tempat umum. Seorang mafia gila pun tidak akan melakukan pembunuhan di tempat seperti ini. Jesse merasa sia-sia sudah mengkuatirkan istrinya. Yakin kalau Amber bisa menjaga diri.

Ia membalikkan tubuh dan bersiap untuk membuat perhitungan dengan pengelola lounge saat menyadari sesuatu. Bukankah ada luka di wajah istrinya? Luka baru yang sebelumnya tidak ada. Kalau begitu tidak selamanya kalau mereka mampu menjaga diri. Jesse mendesah, menyingkirkan rasa kuatir untuk perempuan yang lebih dari mampu menjaga diri sendiri. Menghampiri Salma yang berdiri menggigit bibir.

"Salma, maafkan aku karena pertemuan kita berakhir seperti ini."

Salma menggeleng, wajah cantiknya tersenyum kecil meskipun masih tersisa rasa takut. "Bukan salahmu, untuk apa minta maaf. Kalau bukan karena James, kita tidak akan mengalami hal seperti ini."

"Kamu benar, James memang sialan. Aku harus bicara dengan manajer lounge untuk mendata kerugian."

"Tidak perlu repot-repot, aku sudah menelepon pengacara dan dia yang akan membereskan semua. Aku rasa beban kerugian akan dibayar oleh James. Karena dia yang memulai semuanya."

Jesse mengamati James yang duduk di sofa dan sedang minum sesuatu sambil terus mengoceh. Rupanya laki-laki itu belum sadar kalau ada yang salah dengan dirinya, pasti menganggap semua yang terjadi karena kesialan belaka. Sikap James memang seperti itu, selalu berpikiran kalau orang hebat dan terkenal akan dimaklumi apa pun tindakannya. James lupa kalau tidak semua orang menyukainya, bahkan mungkin para pengelola lounge ataupun teman-temannya sendiri.

Dari tempatnya Jesse melihat beberapa teman si aktor saling berbisik di balik punggung. Apakah persahabatan itu palsu atau kedok belaka? Ia tidak tahu dan tidak mau tahu, yang terpenting bisa keluar dari masalah ini dengan damai.

"Terima kasih, Salma. Sudah membantuku kali ini, dan sebaiknya kamu pulang juga. Kalau merasa pusing atau mual, periksa ke dokter."

"Kamu sendiri bagaimana, Jesse? Mau kemana?"

"Pulang tentu saja?"

Salma terdiam, tidak yakin kalau Jesse akan pulang karena arah langkah laki-laki itu bukan menuju pintu melainkan arah lift di mana perempuan cantik dan anak buahnya pergi.

"Jesse, boleh aku tanya sesuatu?"

"Ada apa?"

"Siapa perempuan tadi? Sepertinya kalian kenal dekat, karena aku melihat kamu ingin menjelaskan semua hal padanya."

Jesse tersenyum. "Oh, kamu teman. Maksudnya adalah dia itu kenalanku."

"Teman? Kenalan? Kenapa aku lihat lebih dari itu?"

"Salma, jangan memikirkan hal yang tidak kamu ketahui. Apakah itu pengacaramu?" Jesse menunjuk pada tiga laki-laki memakai setelan dan tas hitam.

Salma mengangguk. "Benar, itu mereka. Sebaiknya kamu jangan pulang dulu. Kita harus menyelesaikan masalah ini secepatnya."

Jesse terpaksa mengalah, duduk di sofa yang agak jauh dari tempat James, ditemani oleh Salma yang bicara dengan pengacara. Ia minum coctail dengan pikiran tertuju pada istrinya. Diam-diam ia bertanya pada pelayan tempat apakah yang berada di belakang lounge?"

"Itu lounge juga tapi VIP, khusus orang tertentu yang bisa ke sana. Harus menjadi member dan syarat masuknya tidak mudah."

Apakah Amber akan bertemu seseorang untuk membahas masalah penting? Kenapa tidak mau mengajaknya padahal ia berjanji akan bersikap baik. Segara tanya dalam pikiran Jesse terpecah saat terdengar teriakan.

"SIALAN! KALIAN MEMERASKU! BAGAIMANA BISA AKU YANG HARUS MEMBAYAR SEMUA GANTI RUGI PADAHAL BUKAN AKU PENYEBAB UTAMANYA?"

James mengamuk dan memaki, menghadapi tuntutan dari manajer lounge. Mengancam Jesse akan membawa masalah ini ke meja hijau bila perlu melibatkan seluruh media. Jesse bersikap bijak dengan tidak menanggapinya. Laki-laki pemarah dan kekanak-kanakan, tidak perlu ditanggapi.
.
.
Di Karyakarsa update bab baru.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro