Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 10

Jesse masuk ke dalam gedung agency dengan kesulitan karena banyaknya wartawan serta penggemar yang menunggu di luar. Semuanya ingin tahu apa yang terjadi di hari itu. Demi membuat semua orang merasa tenang, ia membuka kaca jendela dan melambai pada mereka. Teriakan terdengar membahana dari penggemar yang bahagia, dan hujana kamera terarah padanya. Asistennya sedikit kesal karena semua orang menghadang kendaraan hingga akhirnya penjaga gedung turun tangan dan menghalau mereka.

Tiba di lantai lima, keluar dari lift Jesse disambut oleh tepukan tangan yang sangat keras dari tengah lorong. "Bravoo! Memang benar Jesse adalah bintang besar. Bisa-bisanya menggunakan penculikan untuk menaikkan popularitas!"

Seorang laki-laki berambut kelabu dengan tubuh gempal menghampiri Jesse lalu menepuk punggungnya dengan senyum cemerlang.

"Dari mana kamu dapat ide luar biasa seperti itu?"

Namanya Pieter, pemilik label tempat Jesse rekaman. Menatap Pieter lekat-lekat, Jesse merasa tidak perlu menjelaskan apa pun. Ia membalikkan tubuh, menuju ruangan besar yang ada di balik pintu dan duduk di sofa kulit.

"Bagaimana dengan video klipnya? Asistenku mengatakan tidak perlu pengambilan gambar ulang?"

Pieter mengangguk. "Benar, tidak perlu ada pengambilan gambar ulang karena sutradara berencana untuk menggabungkan potongan gambar yang kemarin sudah diambil. Ah ya, dia berencana memasukkan perempuan bergaun pengantin ke dalam video. Bagaimana menurutmu?"

"Tidak boleh!" ucap Jesse tegas.

"Kenapa?"

"Karena memang dia bukan bagian dari aku ataupun video klip."

"Tapi, dia muncul dengan gaya yang tidak biasa dan menciptakan momen yang epic. Apa kamu tahu kalau popularitasmu mencuat? Semua orang membicarakan tentang dirimu yang diculik. Bukankah itu hebat, Jesse?"

Jesse mengakui kalau istrinya memang hebat, tapi sekarang bukan saat yang tepat untuk publik tahu tentang perempuan di balik tudung pengantin. Amber akan mengulitinya hidup-hidup kalau sampai ia setuju ide Pieter. Biarlah apa yang terjadi hanya menjadi rahasia antara dirinya dan Amber. Orang lain tidak perlu tahu apalagi sampai terlibat.

"Tidak! Jangan masukkan potongan apa pun tentang penculikan saat itu ke dalam video klip. Bilang sama sutradara, kalau memang gambar yang dibutuhkan tidak cukup, aku bersedia syuting ulang."

"Tapi, Jesse. Ini kesempatan bagus!"

"Selalu ada kesempatan bagus, tapi tidak untuk yang satu ini, Pieter! Camkan itu!"

Pieter mengikuti langkah Jesse menuru bilik rekaman dengan putus asa. Ia masih berusaha membujuk agar Jesse mau mengikuti sarannya. Jarang-jarang ada kesempatan bagus seperti ini untuk meningkatkan popularitas dan ia tidak percaya kalau Jesse mengabaikannya begitu saja. Posisinya bukan hanya pemilik label tapi juga seorang pimpinan, bagaimana bisa ia diabaikan oleh seorang talent.

Berhenti di tengah pintu, Jesse membalikkan tubuh dan menatap Pieter tajam. "Aku akan rekaman sekarang dan sebaiknya kamu tidak masuk!"

Pieter mengangguk kalah. "Baiklah, tapi maukah kamu mempertimbangkannya?"

"Tidak!"

"Oh my god!" Pieter menjerit dramatis.

"Pieter, kalau tidak ada lagi urusan sebaiknya tinggalkan aku sendiri."

"Oke, fine! Tapi ingat, siang nanti kamu ada meeting dengan seorang eksekutif produser. Sebaiknya kamu datang tepat waktu. Keluarga Rossi adalah orang terpandang, jangan sampai tidak datang!"

"Berikan alamatnya pada asistenku. Aku janji akan ada di sana tepat waktu."

Pieter meninggalkan Jesse dengan frustrasi. Masuk ke dalam ruang rekaman, Jesse mencoba menyanyikan beberapa lirik lagu ciptaannya yang terbaru. Menggeleng kesal karena tidak bisa fokus. Rencana Pieter membuat konsentrasinya gagal. Pikirannya tertuju pada Amber yang sudah menghilang saat ia bangun. Kemana perginya dan melakukan apa, istrinya tidak pamit. Tidak masalah untuknya karena dari awal berkomitmen untuk tidak saling mencampuri urusan masing-masing. Meski begitu ia tetap tidak ingin Amber dilibatkan dalam urusannya di dunia hiburan. Bisa berbahaya bagi istrinya kalau publik sampai tahu siapa sebenarnya Amber.

Setelah mencoba selama satu jam dan tidak ada kemajuan, Jesse memutuskan untuk berhenti. Asistennya datang, membeberkan rencana pertemuan dengan seorang produser. Jesse memutuskan untuk pergi ke lounge yang menjadi tempat pertemuan.

Jalanan sangat terik serta padat kendaraan. Perlu waktu beberapa saat, sampai akhirnya mereka terlepas dari kemacetan dan tiba di lounge terlamat lima menit. Jesse terburu-buru memakai topi, masker, serta kacamata hitam, masuk ke lounge dan mencari tamu yang sudah menunggunya. Ia tertegun saat melihat seorang gadis cantik duduk dengan satu kaki terangkat. Gadis itu memakai gaun berenda merah muda, dan terlihat sangat santai. Jesse memiringkan kepala, berpikir kalau sudah salah meja sampai akhirnya gadis itu mengangkat wajah dan menyapanya.

"Jesse Livingston, senang melihatmu datang. Mari duduk, kenalkan aku Salma Rossi."

Gadis itu mengulurkan tangan dan tersenyum lembut pada Jesse.

"Ah, aku pikir Rossi itu nama laki-laki," ucap Jesse.

"Nama papaku Arthur Rossi. Beliau sedang sibuk jadi menyerahkan urusan ini padaku."

Mereka duduk berhadapan, seorang pelayan bertanya tentang minuman atau makanan yang akan dipesan. Pelayan perempuan itu sedikit terkejut saat melihat Jesse tapi dengan cepat menguasai diri. Jesse memesan coctail tanpa alkohol.

"Kalian akan menjadi produser lagu baruku?" Jesse membuka percakapan.

Salma mengangguk. "Benar. Sebelumnya ijinkan aku memperkenalkan diri, nama keluargaku Rossi dan punya anak perusahaan—"

"Rossi Laws and Brother."

"Ah, benar sekali. Nggak nyangka kalau kamu tahu tentang kami."

Jesse tersenyum masam. Bagaimana mungkin ada orang yang tidak tahu tentang firma hukum terkenal di kota. Selain itu keluarga Rossi juga sangat terpandang dengan banyak perusahaan. Pieter sangat bersemangat saat bercerita tentang mereka.

"Apakah kalian sudah pernah melihat secara langsung bagaimana aku bekerja?"

"Belum, karena itu aku menunggu undanganmu untuk berkunjung ke tempatmu bekerja."

Pelayan mengantarkan minuman dan percakapan bergulir cepat dari rekaman ke lagu sampai video klip. Salma juga mengatakan kalau terkesan dengan ide baru Jesse.

"Menggunakan trik seakan sedang diculik, semua orang membicarakanmu. Jesse, kamu memang luar biasa."

Salma berpindah tempat duduk, dari semula ada di seberang Jesse kali ini di tepat di samping. Sesekali jemarinya yang lentik mengusap lengan atau paha Jesse. Bukan usapan yang provokatif, tapi Jesse yang sudah banyak bertemu perempuan bisa melihat kalau itu sengaja dilakukan.

"Apa kamu tahu, Jesse. Kalau aku mengagumimu, dari masih kuliah aku sudah menyukaimu. Lagu-lagumu menjadi temanku di kala sedih, sepi, ataupun saat butuh semangat. Terima kasih karena sudah menciptakan karya yang begitu hebat!"

Jesse mendengarkan dalam diam semua ucapan serta pujian Salma padanya. Ia enggan memberikan tanggapan karena tidak ingin membuat Salma salah paham. Saat ini yang diinginkannya hanya mengakhiri basa-basi lalu pergi. Makin banyak orang datang ke lounge dan membuatnya tidak nyaman.

Ketakutan Jesse menjadi kenyataan saat serombongan orang memasuki lounge. Berjumlah kurang lebih sepuluh orang, dan ia mengenali sosok yang berjalan paling depan. Laki-laki itu tertegun saat melihatnya. Berjalan mendekat dengan tangan berada di dalam saku.

"Apa kabar, Jesse. Tidak kusangka kita akan bertemu di sini."

Jesse mengeluh dalam hati karena harus bicara dengan James, aktor terkenal yang popularitasnya sedang dikalahkannya. Ia tidak ingin terlibat masalah sekarang, terutama saat ada Salma.

"James, kabar baik." Ia menjawab pelan.

James meringis, menatap Jesse lalu bergantian pada Salma. "Siapa gadis cantik ini? Bisakah aku kenalan dengannya?"

Jesse bergegas bangkit dari kursi dan mendekati James. "Tidak boleh! Sebaiknya kamu pergi, bawa juga teman-temanmu. Jangan bersikap tidak sopan dengan tamuku!"

"Wow, Jesse marah? Hebat sekali bukan?" James tertawa keras hingga memenuhi lounge, mengedarkan pandangan pada teman-temannya. "Lihat teman-teman, Jesse sang superstar marah! Padahal aku hanya ingin berkenalan saja dengan gadis cantik itu. Harusnya Jesse tidak melarang, setelah apa yang dilakukannyua padaku!"

Jesse terbelalak lalu bertanya dengan bingung. "Memangnya apa yang aku lakukan padamu, James? Kau marah karena kalah popularitas? Kenapa menyalahkanku? Kenapa tidak intropeksi diri? Filmu tidak laku barangkali memang aktingmu jelek, atau orang muak dengan skandalmu dengan istri orang!"

James meraung. "BAJINGAN AROGAN! RASAKAN INI!"

Memukul dengan membabi buta ke arah Jesse, tapi tidak satu pun pukulan James tepat sasaran. Jesse berhasil mengelak dengan cepat. Salma berteriak, berusaha mendamaikan mereka. James memberi tanda pada teman-temannya untuk membantunya dan mereka secara serempak mengeroyok Jesse. Perkelahian tidak seimbang, satu melawan sebelas. Meja dan gelas pecah, para pengunjung menyingkir dan Jesse yang kewalahan terjatuh di lantai dengan wajah berdarah dan tubuhnya yang terpelanting membentur sepatu seseorang yang baru saja datang.

"Apa-apaan ini? Kalian berkelahi di tempat seperti ini?"

Jesse mendongak, menatap wajah istrinya. Ia mengusap darah di bibir, merasa malu karena kepergok saat tidak menyenangkan seperti ini. Amber berjongkok, menatap Jesse penuh tanya.

"Siapa mereka?"

"Orang-orang gila yang tidak terima aku kalahkan," jawab Jesse.

"Brengsek! Apa katamu? Ayo, bangun kalau berani!"

Amber membantu suaminya berdiri, menatap James dari atas ke bawah dan juga orang-orang yang ada di belakang laki-laki itu. Pandangannya tertuju pada Salma yang berdiri ketakutan.

"Kalian tahu apa tindakan paling pengecut? Menyeroyok orang!"

"Bukan urusanmu!" teriak James. "Sebaiknya kamu pergi kalau tidak ingin bernasib sama! Wajahmu cukup cantik dan bodymu sangat sexy. Dari pada membela bajingan itu, lebih indah kalau berkecan bersamaku. Tentunya kamu tahu siapa aku bukan?"

Amber mengangkat tangan saat merasa ada gerakan di belakangnya. Dimitri dan yang lain pasti kesal sekarang. Ia menghentikan anak buahnya lalu melangkah gemulai mendekati James.

"Percaya diri sekali kamu."

"Memang, semua perempuan menyukaiku. Kamu pasti juga akan suka padaku, Manis."

"Kau yakin?"

"Tentu saja. Mendekatlah, kita tinggalkan tempat ini berdua. Aku janji akan membuatmu bahagia."

Amber mengulurkan tangan, James menyambutnya. Secepat kilat Amber menarik lengan James, meraih bahu dan membanting laki-laki itu ke lantai yang dingin dan basah. Menginjak perutnya dengan satu kaku tidak peduli pada James yang berteriak kesakitan.

"Bagaimana, masih ingin bersenang-senang denganku?"

Teman-teman James menggeleng ketakutan dan mundur perlahan. Jesse tanpa sadar tersenyum melihat istrinya yang begitu perkasa, hingga tidak menyadari Salma yang mendekat dan memeluknya.

"Jesse, aku senang kamu selamat!"

Tatapan Jesse terkunci ke arah Amber yang masih menginjak James. Mereka saling pandang dengan keheningan yang tidak nyaman menyelimuti lounge.
.
.
.
Di Karyakarsa update bab 40.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro