Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Love Letter

WARNING : BOYXBOY, BOYS LOVE, HUMU, CHEESY, BAHASA GAUL

yang ngga suka mohon tekan back. Eh, ngga ada yang baca juga sih www
Btw, jarang bikin percakapan gaul gini.. Aku ngga terbiasaaa :''

Tidak ada hubungannya dengan plot yang asli. Ori-Fanfic (?)

ㅡ Love Letterㅡ

Putra mengerjapkan matanya sesaat, kemudian berseri. Tatapannya tertuju pada surat berwarna merah pastel yang berada di atas buku-bukunya. Mengambil lalu menyembunyikan di balik buku catatan, pemuda berambut cokelat itu kembali ke bangkunya yang berada nomor dua dari belakang di baris ujung kanan setelah menutup loker.

Tangannya membuka, menarik kertas bercorak bunga sakura yang terlipat. Putra dengan seksama membaca isinya. Tak lama, desahan panjang keluar dan diakhiri Putra yang merengut.

"Haha, mana mungkin dia mengirimi surat seperti ini.. "

Putra menyimpannya ke dalam saku celana setelah merapikan suratnya seperti semula. Kemudian mendongakkan wajah ketika mendengar guru pelajaran yang memberi salam dan meminta maaf atas keterlambatannya. Pemuda itu mulai memperhatikan pelajaran.

Waktu memang cepat berlalu. Bel pulang sudah terdengar sejak beberapa menit lalu. Putra merapikan bukunya sembari menolak ajakan bermain futsal teman-temannya. Ada urusan, alasannya. Dia melihat sekeliling, masih ada para gadis yang sedang mengobrol ria, Deva yang baru saja masuk untuk mengambil tasnya, dan Dika yang menunggu di luar kelas.

Alisnya mengernyit, matanya tertuju pada sebuah bangku kosong yang berada paling depan nomor dua dari kanan.

"Biasanya tasnya ada disini.. Tumben udah pulang. " Gumamnya kemudian tersenyum kecil. Hatinya sedikit lega, mendapati sang pujaan hati yang telah keluar sekolah terlebih dahulu. Dia akhirnya keluar setelah kembali menolak ajakan karaoke seorang gadis. Berjalan di koridor menuju taman belakang sekolah, Putra fokus memikirkan sesuatu. Menyusun kata-kata jujur, tapi tidak menyakitkan.

..bukankah sejak dulu kejujuran itu menyakitkan?

Dia mulai tertawa kecil mengingat pertanyaan yang pernah dilontarkan Riki.

Tidak semua kejujuran itu menyakitkan, kan?

Itu jawabannya yang membuat Riki terdiam. Sebuah pencapaian besar baginya untuk membuat pemuda dingin namun terkenal pandai dalam perdebatan itu terdiam. Memikirkannya saja membuat Putra merasa bersalah, tapi mau bagaimana lagi.

Memang tidak semua kejujuran itu menyakitkan.

Memantapkan hati, tangannya membuka pintu yang menuju pada taman belakang sekolah. Ada seorang gadis yang Putra yakini sebagai pengirim surat, dan seseorang berhoodie yang dia tidak tahu. Putra melangkah, menuju gadis yang gugup sejak melihatnya keluar dari pintu tadi.

"Kau Nona K, kan? "

Gadis itu mengangguk. Kedua pipinya bersemu merah samar, dengan kulit cerah dan mata besarnya menatap ke bawah. Nona K ini imut, pasti banyak yang menyukainya.

Putra mengulurkan surat merah tadi. "Untuk jawaban dari suratmu, maaf, aku menolakmu. Kau adalah gadis imut, pasti ada yang lebih pantas dariku untukmu. "

Nona K mendongak, menerima surat tersebut. Tangannya meremas suratnya, seakan menahan diri untuk tidak menangis.

"Kenapa? Apa aku... tidak pantas bagi Putra? "

Putra menggeleng, kembali mengulas senyum.

"Ada orang yang aku sukai, jadi, aku akan berjuang demi dia. Terima kasih, Nona K. Berkat dirimu, aku menjadi lebih berani untuk mengungkapkan perasaanku nanti. " Wajahnya sedikit memerah, sangat terlihat seperti pemuda yang sedang kasmaran.

Nona K menggigit bibirnya.

"Apa aku tidak bisa mendapatkan tempat kecil di hatimu? Apa aku tidakㅡ "

Putra memegang pundaknya -sedikit mencengkeram- dan membuat Nona K kaget.

"Maaf. "

Dia meninggalkan Nona K yang mulai menangis tersebut. Putra bersyukur gadis itu tidak mengejarnya, atau segalanya akan lebih rumit lagi.

Mengembuskan napas, dia mulai duduk di bangku taman. Nona K sepertinya sudah pulang, melihat taman kini hanya ada dirinya dan sosok berhoodie navy di sampingnya.

Tudungnya menutupi setengah wajahnya, membuat Putra penasaran siapa yang nongkrong di taman belakang sekolah sore-sore begini?

"Such a waste. "

Putra mengerjapkan matanya kembali. Dia sedikit merasa tersinggung. Namun, pikirannya mencoba berpikir lain, seperti pemuda ini sedang mengikuti lagu yang mungkin sedang didengarnya saat ini. Dia mengambil ponselnya, lalu menelpon seseorang.

Dering ponsel yang sangat Putra kenal terdengar sangat dekat. Tunggu, jangan-janganㅡ

"Untuk apa kamu menelpon jika saya ada di dekat kamu? "

Pemuda itu menoleh. Rambut hitamnya yang cukup berantakan menari-nari terkena angin sepoi. Matanya menatap dingin Putra dengan ponsel berdering di tangan kanannya.

"Eh, Rikiㅡ "

Putra cepat cepat menekan tombol merah.

"Kenapa? "

"Gue kira udah pulang, tadi. "

"Kenapa tadi tidak menerima Karin? "

Putra terdiam, lalu memalingkan wajahnya yang memerah.

'Karena gue sukanya lu ya gimana lagiㅡ '

Tapi itu tidak terlontar. Bah, katanya tadi lebih berani.

"Karin itu populer. Hati-hati besok, ya. Ksatrianya lumayan soalnya. "

Putra semakin terbang menembus awan. Jarang jarang Riki, pemuda dingin nan tsundere ini mengkhawatirkannya. Ah, kupu-kupu di perutnya sepertinya ikut berterbangan.

"Lalu, emang kamu bucin sama siapa sampai Karin aja ditolak? "

Putra terbatuk. Kata bucin selalu menohoknya.

Well, kalau bucin Riki mah dia rela 24/7.

"Dia punya wajah yang enak dilihat, baik, dingin tapi tsundere juga pandai. Sering ngirimin ucapan semangat."

"Pinter masak? "

"Iya. Pernah gue dibawain bekal buatannya. Enak banget, sumpah. Cuma gue ga berani minta lagi, takut ngerepotin. "

Kenapa tiba-tiba jadi sesi curhatㅡ

"Ga kirimin surat aja kaya Karin? Kan romantis. "

"Takut ditolak gue. "

Riki mendekatkan wajahnya tiba-tiba. Putra menarik napasnya, kaget.

'Rik, terlalu deketㅡ '

"Laki kok penakut. "

Astaga, pujaannya ini sungguh jujurㅡ

"Tapi ngga papa, sih. Lebih baik langsung ngomong aja. " Riki menjauhkan diri, membuat Putra menghembuskan napas lega.

"Boleh tahu namanya siapa? "

"Riki Ardianㅡ

Putra menutup mulutnya tiba-tiba. Mengucap sumpah serapah dalam hati, juga berharap pemuda di sampingnya peka.

"O-ohㅡ HAH?"

Semu merah merekah di atas putihnya kulit, membuat Putra terpana. Riki berdiri, membuat tudung hoodienya terlepas, menampilkan rambut hitamnya yang biasa rapi kini berantakan.

"Kirei.. "

Warna merah semakin menjalar hingga ke telinga mendengar pujian pemuda blasteran Jepang ini. Riki mulai tergagap, ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jelas.

"S-saya... J-jadi.. I-itu.. "

Putra menahan diri untuk tidak melakukan hal yang tidak baik. Ini masih di sekolah.

"A-ah, maaf, harusnya gue ngomongnya lebih romantis. "

Putra menarik Riki, memeluknya.

"J-jadi, gue sukanya sama lu. Makanya gue nolak Karin tadi. "

Soo cheesyy~~

Mau ngubah takut malah ngga tahu endingnya mau gimana, yaudah biarin aja kaya gini www

Btw, Putra dan Riki ini original characterku dari cerita yang masih dikembangin plotnya. Aku sayang mereka, juga Deva dan Dika yang muncul sebagai cameo hehehe~♡

Untuk yang udah baca sampai sini, terima kasih~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro