I know you'll wait me even for thousand years.
Angin menyapa ruangan lewat jendela yang terbuka, suhu rendah terasa bersahabat dengan cuaca yang terik ini. Di sana, pemuda berkacamata dengan buku tua di meja, sedang memandangi lapangan olahraga. Klub sepak bola sepertinya sedang latihan.
Tatapan pemuda itu tertuju pada seseorang berambut merah yang menguasai bola sebelum menendang ke gawang dan membuat sorakan para gadis semakin keras. Senyuman tipis sekilas hadir di wajah datarnya. Kepalanya kini tertunduk, memandangi benda yang cukup tebal di mejanya.
Dia yang berkacamata itu mengembuskan napas, lalu kembali menatapi buku tua tersebut. Sebuah buku dengan sampul berumur, kertas halaman yang menguning dan gaya tulisan yang klasik. Dari judul saja sudah bisa ditebak apa isi buku ini. Tidak ada yang aneh dari buku tua turunan keluarganya ini, jika kau adalah orang terpilih untuk melihatnya.
Sebagai keturunan yang baik kepada nenek moyang, dia dan keluarganya menjaga baik buku ini. Dulu, dia sangat suka membaca kumpulan cerita di dalamnya sebelum tidur.
Ya, tidak ada yang aneh... jika tiba-tiba sebuah halaman baru terbentuk, sebuah undangan untuk pergi ke tempat yang dia tahu adalah judul buku ini. Oh, apa sekarang perlu disebut aneh?
Dia sangat yakin, tidak ada halaman undangan semenjak dia menerima buku ini, tepatnya, sejak ia berusia 4 tahun.
Jadi... bagaimana ini?
ー
Langkah santai menggema dalam kamar kecil. Mendapati tidak ada orang lain selain dirinya sendiri, pemuda berambut merah itu terkejut sesaat. Sebuah kertas berwarna teal ㅡwarna mata kesukaannyaㅡmenarik perhatiannya, berisi tulisan tangan yang rapi, sangat ia kenali.
Tangannya menarik dan membaca cepat kertas itu. Semenit kemudian, dia berdecak.
Dia tersenyum miris. "Kau selalu paling mengerti diriku. Harusnya kau mengajakku, Kiyo bodoh."
Aku tahu, kamu pasti menunggu saya walau seribu tahun sekalipun.
ㅡㅡ
H
akuKiyo but sufferHaku, yes.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro