Head Patting
Masih sama seperti sebelumnya.
WARN : BOYS LOVE, HUMU1!1!1
ㅡHead pattingㅡ
Payah dalam pelajaran matematika memang bakatnya. Dika menumpuk tangannya di atas buku catatannya yang terbuka, bertumpu dan menatap ke arah lain. Angin sepoi menyapanya lembut. Cahaya matahari yang hangat terasa ramah.
Dika terkekeh. Iklim saja mendukungnya untuk tidur siang, menghindari buku tebal yang menemaninya sejak jam 10 tadi. Kelasnya kini mendapat giliran self-study, bahasa kasarnya, jam kosong.
Tapi, bukan kelas C namanya jika isinya mereka yang menikmati jam kosong. Tentu, terkecuali Dika dan beberapa siswa nyasar ke kelas unggulan ini. Sungguh, mengapa dirinya bisa salah kelas seperti ini?
Oh, baiklah, ayo tidur. Tidak perlu memikirkan hal seperti itu.
Dika menutup bukunya, izin kepada ketua kelas bahwa dia akan bolos hingga jam kosong ini berakhir.
Bukan Dika namanya kalau berbohong demi bolos. Lagian, semua teman kelasnya memperbolehkan. Ayolah, siapa yang bisa menolak pemuda yang polos dan senang membantu ini?
Membuka pintu atap, angin kembali menyapanya. Ajakan menuju dunia mimpi semakin berat untuk ditolak. Dika menutup pintu rapat-rapat, lalu berbaring dengan kedua tangan disatukan di samping.
"Ini sudah keberapa kalinya kau disini? "
Terkejut, Dika kembali bangun. Namun, dia dipaksa berbaring kembali. Kini dia merasa ada bantal keras di bawah kepalanya. Menoleh ke atas, seseorang yang familiar balik menatapnya. Helai coklat kemerahan itu menari-nari mengikuti angin, membuat Dika mudah untuk mengenali siapa yang sedang berbaik hati memberikan pahanya untuk bantal seseorang.
"Ujian sudah dekat, kau tahu? "
"Iya, aku tahu, kok. "
Kepalanya dielus, membuat Dika semakin ingin terlelap namun tak bisa karena ada pemilik rambut coklat kemerahan ini.
Deva Bintang. Murid yang di cap berandalan bagi guru dan beberapa murid, padahal sebenarnya dia adalah murid yang selalu malas, malas, dan malas.
Bahkan, kemalasannya melebihi Dika saat benar-benar bertengkar dengan pelajaran. Tapi kemampuan otaknya tak perlu diragukan lagi. Deva selalu meraih nomor 2 se-angkatan setiap ujian. Di tahun kedua ini pun, dia belum goyah.
"Masuk 10 besar untuk ujian semester ini. "
Memutar bola mata, Dika merengutkan bibir. Otaknya hanya mau menerima Sosial dan Sejarah juga Bahasa Inggris. Tidak kurang, tidak lebih. Apalagi, Dika benci dipaksa.
"Gue ajari. "
Dika melirik Deva yang masih setia memegangi kepalanya, dengan tatapan teduhnya.
Sejuk..
"Gue paham kalau kau ga mau belajar selain Double S. Tahu kok, kau bodoh. "
"Nusuk banget, Dev. "
"Ntar ada hadiahnya. Mau, ga? "
Mata Dika berbinar mendengar kata hadiah. Dia mengangguk antusias.
"Makanya, abis pulang sekolah ke tempat biasa gue di perpus. Sekarang, tidur. Be a good boy, okay? " Deva menepuk-nepuk kepalanya. Pemuda berambut coklat gelap itu mengangguk lemah, kemudian menutup matanya.
Tangan Deva benar-benar jimat mujarab bagi Dika agar dia dapat tidur nyenyak.
ㅡ
Fluffy everywheeereeeee
Lagi kesurupan sama kata-kata good boy, huhu.
Ntar bikin versi gamenya ah, jadi bahasanya bisa leluasa ngewibu www
Terima kasih yang sudah baca sampai disini~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro