Bintang hari ini terlihat lebih indah dari biasanya. Andai kamu di sini, pasti aku tidak kesepian. Menikmati langit malam yang bertaburan gula permata, lukisan buatan angkasa yang selalu kita nikmati tiap malam bersama ocehanmu dan diriku yang tersipu.

Bagaimana kabarmu?

...aku tahu ini belum 24 jam, tapi, aku sangat rindu padamu.

Hatiku selalu berdetak lebih cepat dari biasanya ketika melihat bayangmu. Di sampingku. Tertawa dengan memesona. Mengajakku tenggelam dalam kebahagian kecil.

Pekerjaanku sedikit terganggu karenamu. Ya, terganggu, sangat terganggu hingga aku menyelesaikan pekerjaan untuk esok hari agar saat kamu kembali, aku ada untukmu.

Namamu tertempel erat di hatiku dan tak bisa lepas. Aku tak pernah mengijinkan hal itu terjadi. Walaupun suatu saat kamu melukaiku, aku tak akan membencimu.

Apa ini yang disebut cinta? Entah, aku tak tahu. Yang pasti, aku selalu memikirkanmu.

Sentuhan lembut tanganmu yang sedikit kasar akibat terus berlatih, aku merindukannya.

Suara riang seperti matahari saat membahas sesuatu yang kamu gemari, kemudian berubah menjadi sedalam lautan nan bulan yang elegan. Menyapa telingaku, menjahili, memanjakan.

Haruskah rindu mengukir tujuannya?

Dua tahun menjadi anggota organisasi menjadikan kamu lebih kuat dari sebelumnya. Aku khawatir, tapi aku percaya kamu akan berhasil seperti sebelumnya. Menampilkan deretan gigimu, bangga akan dirimu sendiri lalu memelukku dengan penuh keletihan.

Ingin ku memegang jarimu, menautkan kedua tangan kita. Ingin ku memeluk dan mengelus helai merah itu kembali. Berkata bahwa kamu sudah bekerja keras.

Cepatlah kembali, Haku.