4 (Cooking)
Sudah hampir sebulan sejak mereka menikah. Hari ini adalah hari libur, hari yg paling di nantikan semua orang, yaitu Minggu. Jam menunjukkan pukul 8 pagi, tapi gadis itu masih tertidur di bawah selimut yg hangat.
Hali masuk ke dalam kamar, menatap istrinya dengan datar. Meskipun [Nama] selalu mengunci pintunya, ia tidak tau kalo Hali punya kunci cadangan."[Nama], bangun. Sampai kapan kau mau tidur?"
Gadis itu tidak menggubris, tidur nya sangat elite dengan gaya layang-layang dan selimut yg hanya menyelimuti setengah kakinya. Itu pemandangan yg biasa bagi Hali, karena hampir setiap pagi ia membangunkan [Nama].
"Dunia disini terbalik, seharusnya dia yg membangunkan ku setiap pagi."Hali membatin, ia menarik selimut gadis itu tapi tetap saja tidak ada gunanya. "Cepat bangun! Kau lupa hari ini orang tuaku mau datang!?"
"Hoaam.. aku tidak peduli.. dia orang tuamu, bukan orang tuaku."ucap [Nama] dengan mata yg masih tertutup.
Perempatan merah muncul di dahi Hali. "Sekarang mereka juga sudah jadi orang tuamu, bodoh!"
"Oh."
"Astaga.. apa perlu aku melempar mu ke bak mandi, huh?"
"Haha.. kau tidak akan berani melakukan nya. Kau itu penakut."[Nama] memeluk guling, ia masih setengah tidur."Oh ya?"Hali tersenyum seram, ia mengangkat [Nama] ala karung beras, bridal style sudah terlalu biasa. Tetaplah bersyukur karena Hali tidak menyeretnya di lantai.
Gadis itu tidak bangun meskipun Hali sudah menaruhnya di bak mandi, sampai cowok itu menyalakan air keran dan membasahi kaki [Nama], barulah gadis itu terbangun. "Ugh, dingin.. apa yg--/"
"Sekalian saja aku memandikan mu agar kau tidak ngantuk lagi."cowok itu melipat lengan bajunya. Mendengar itu membuat [Nama] membelalakkan mata dan langsung berdiri, tapi Hali menahannya. "Duduk."
"Waaa!! Tidak!! Apa yg kau lakukan?! Kau pikir aku anak kecil?!"
"Kau memang anak kecil karena susah bangun."
"Huwaa.. lepaskan aku!! Ini pelecehan!!"
"Aku suamimu kalo kau lupa."
"Aaaaa!! Tidak!! Lepaskan aku!!"
'Plak'
Ayolah, padahal Hali belum melakukan apapun karena sibuk menahan gadis itu.
---
"Aku harap itu membuat mu jera!"ucap [Nama] menatap ke seberang meja dengan tajam, tapi ada sedikit rona tipis di wajahnya. Mereka berdua tengah ada di dapur untuk sarapan. "Pukulan mu bahkan tidak berasa."
"Haha.. benarkah? Lalu kenapa ada bekas tamparan ku di wajahmu?"Hali hanya diam, fokus mengoleskan coklat ke roti. Jujur saja, sebenarnya ia agak kesakitan.
"Ini, makan."cowok itu menaruh rotinya di atas piring [Nama], lalu kembali mengoleskan selai ke roti, tapi selai itu berbeda dari yg lain. Istrinya saja sampai heran dan berpikir kalo cowok itu gila. "Sekte apa lagi itu? Sejak kapan ada orang yg makan roti pake sambal terasi?"
"Memangnya kenapa? Kau mau?"
"Tidak, aku masih waras."
"Terserah."hoho.. kau belum tau betapa enaknya itu, [Nama]. (Sebenarnya Author belum pernah nyobain si, tapi kayaknya enak, sebagai pecinta pedas :v)
"Orang tuaku mau datang siang ini."
"Iya, aku tau. Kau sudah mengatakan itu dua kali hari ini."Hali menatap dengan datar. "Kau tau tapi tidak tau apa yg harus kau siapkan."
"Memangnya apa?"
"Mereka ingin mencoba masakan mu, nanti. Jadi kau harus memasak."
"Uhuk!! Hah, apwa?!"[Nama] tersedak. Ia cepat-cepat minum dan mengelap mulutnya dengan tisu. "Akh.. ya ampun, sepertinya selai coklat itu masuk ke hidungku."
"Makanya, makannya pelan-pelan."
"Udah pelan, kok! Situ aja yg ngagetin! Masa iya aku harus masak? Kau mau aku meracuni orang tuamu?"
"Aku akan membantumu memasak."
"Haish.. aku tidak yakin itu akan berhasil.. kenapa tidak beli saja?"
"Mereka mau mencoba masakan mu, haruskah aku berbohong dan mengatakan makanan yg di beli itu buatan mu?"
"Nah, itu pinter!"
"Aku tidak akan melakukan itu."Hali kembali memakan rotinya. Sementara [Nama] merengek. "Hua.. kenapa? Itu satu-satunya cara yg aman tau!"
"Sudah ku bilang aku akan membantumu. Meskipun makanan mu itu buruk, setidaknya itu tidak sampai membuat orang meninggal."
"Ish! Aku yakin kau akan kehilangan kesabaran saat mengajariku memasak nanti."
---
Jam menunjukkan pukul 10.12, sudah hampir siang, dan sebentar lagi orang tuanya Hali akan datang. Sepasang sejoli itu kini tengah berada di dapur untuk bersiap memasak.
"Ugh.. aku tidak tau apa yg harus ku lakukan."[Nama] menatap bahan makanan itu, lumayan banyak. Seperti ayam, ikan, sayur-mayur dll.
"Memangnya kita mau masak apa, sampai bahan-bahan nya hampir segudang gini?"
"Ayam kecap, capcai, ikan goreng dan telur gulung."
"Banyak banget, mana sempet tau!"
"Sempet. Makanya kita mulai sekarang. Potong tuh bawang, jan terlalu tipis."suruh Hali dengan wajah datar, sementara dia membersihkan ikan. [Nama] menatap bawang bombai tersebut, kemudian menghela nafas lalu mengambil pisau.
Setelah Hali selesai membersihkan ikannya, ia merendamnya ke bumbu instan untuk di marinasi, lalu mengecek pekerjaan [Nama]. "Astaga..! Apa yg kau lakukan?!"
"Apa?"
"Kau memotongnya terlalu tebal! mana potongannya aneh, lagi."Hali mengambil alih pisau tersebut, sementara [Nama] menatapnya dengan kesal. "Apa sih?! Tadi katanya jangan terlalu tipis."
"Ya jangan terlalu tebal juga! Sudahlah, mending kau potong ayam saja sana!"
"Tch!"[Nama] kembali mengambil pisau baru, yg sedikit lebih besar untuk memotong ayam tersebut. Sesekali ia menoleh ke arah Hali, cowok itu sangat mahir dalam memasak. Ia memotong bahan makanan itu dengan cepat membuat [Nama] sedikit kagum, sisanya iri.
"Menyebalkan! Kenapa dia sangat jago memasak? Ku dengar dia juga jago olahraga, apa dia tidak punya kekurangan? Dia itu manusia atau bukan?"
•
•
•
"Sudah selesai?"tanya Hali, [Nama] mengangguk dan menaruh pisau nya. Ia berjalan membawa potongan ayam itu ke dekat Hali. Cowok itu membelalakkan mata, ada banyak bercak darah tapi bukan darah ayam, karena ayam itu sudah di cuci.
Di tambah lagi, potongan nya benar-benar kacau. Padahal pisau itu benar-benar tajam, tapi istrinya seakan memotong menggunakan pisau karatan. "Apa-apaan, ayam ini seperti habis di eksekusi."
"Di eksekusi kan juga di potong, gimana sih!"
"Tapi potongan mu benar-benar menyeramkan, sepertinya kau punya jiwa psikopat.
"Wih, keren doang."
[Nama] tersenyum manis seakan itu kalimat pujian. Sementara suaminya hanya bisa menatap dengan datar. "Kenapa dia malah bangga?"
Hali menghela nafas, mengusap wajahnya dengan gusar. Ia melihat tetesan darah di lantai, lalu melihat tangan [Nama], tapi anehnya, gadis itu biasa saja seakan tidak merasakan sakit. Ia malah sibuk menoel-noel potongan ayam tersebut, padahal tangannya penuh dengan luka.
Hali terdiam menatapnya. Kenangan masa kecil itu muncul.
~
"[Nama]! Berhenti melukai tanganmu!!"
"Tidak! Menjauh dariku!!"seorang gadis ketakutan di bawah pohon rindang dengan tangan yg di penuhi luka, ia sendiri yg menyayat nya menggunakan silet.
Darah itu terus menetes, begitu juga dengan air matanya. Suara dan tubuhnya bergetar. "Menjauh dariku.. aku.. aku takut.. aku takut dengan laki-laki.. mereka menyeramkan.. menyeramkan."
"Tapi tanganmu--/"
"Ku bilang menjauh dariku! Pergi!!"
~
"Apa potongan ku sangat buruk? Padahal menurut ku ini potongan yg paling bagus mengingat kenangan ku belajar memasak."
"Ha--/"
'Grep'
"Jangan takut, aku tidak akan melakukan apapun. Aku hanya mau mengobati lukamu."Hali meraih tangan [Nama]. "Apa yg--/"
"Sudah ku bilang hati-hati dengan pisau! Jangan melukai dirimu lagi! Bagaimana kalo kau mati, bodoh!?"
"Hah?"[Nama] menaikkan satu alisnya. Hali menarik lengan gadis itu dan mendudukkan nya di sofa. Ia bergegas mengambil kotak P3K, lalu ikut duduk di samping istrinya. "Kau mau apa? Mengobati tangan ku ini?"
"Seharusnya kau tidak perlu bertanya. Kenapa kau ceroboh sekali?"
"Apa sih, lebay. Luka kecil gini doang, juga."
"Kau selalu bilang luka kecil, tapi selalu melukai tubuhmu. Satu sayatan kecil jika terkena urat bisa membuat mu mati, tau!"
"Ya biarin aja kalo aku mati, lagipula gak ada yg sedih juga."wajah [Nama] berubah menjadi muram, Hali yg sudah selesai mengobati tangan istrinya menghela nafas. "Aku yg sedih, kau itu sangat berharga bagiku, [Nama]."
"Hah?"wajah [Nama] sedikit merona mendengar hal itu. Hali yg kemudian sadar dengan apa yg barusan dia katakan lantas memalingkan wajah. "Ah, apa yg ku katakan tadi?!"telinga nya memerah.
"Serius? Cowok dingin itu mengatakan hal seperti itu padaku? Apa dia bercanda?"[Nama] terhanyut dalam pikirannya. Hali menghela nafas, ia membereskan kotak P3K tadi dengan wajah datar.
"Aku hanya berusaha menghibur mu, jadi jangan baper."
"Dih, meskipun kau mengatakan seribu kata manis, aku tidak akan 'termakan' dengan kata-kata mu itu!"
"Terserah. Cepat kita kembali memasak."ucap Hali, ia berjalan kembali menuju dapur.
[Nama] menatap nya dari kejauhan. "Tapi.. baru kali ini ada yg panik saat melihat tangan ku terluka, biasanya hanya Ibuku, dan.. kakak."
---
Jam menunjukkan pukul 1 siang. Bel pintu rumah mereka berbunyi, Hali bergegas membuka nya sementara [Nama] melepas celemek.
Makanan juga sudah tersaji dengan rapi di atas meja makan. Pintu terbuka, memperlihatkan seorang wanita paruh baya menggunakan kerudung pink dan laki-laki dengan beberapa helain rambut putih. "Selamat datang, Ibu, Ayah."
[Nama] meneguk ludahnya. Sebelum mereka menikah, gadis itu sempat kasar pada mereka. Apa yg akan terjadi nanti?
[Bersambung]
\/\/\/
(Thanks for reading)
^•^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro