Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[2/10]

Aku mencintaimu...

___________________

GEMPA tersenyum hangat, langkah kakinya berjalan menuju kerumunan padat. Para mahasiswa dengan toga serta pakaian wisuda tanda kelulusan. Mereka kini secara resmi sudah lulus menjadi sarjana.

Sorotnya memutar, mencari gadis yang selama ini membuat dia menaruh hati. Hingga di ujung taman, gadis itu sendirian menatap megahnya gedung kelulusan. Tatapannya menerawang, menatap penuh sukacita.

"[Name]."

Sang gadis berbalik, menatap Gempa yang sudah ada di hadapannya. Perlahan senyum miring yang khas terlihat jelas, hingga kata-kata sarkastik keluar dengan tatapan jahil. "Jadi ceritanya lo beneran datang ke wisuda gue? Hahaha, gue gak nyangka sih lo beneran mau dateng. Dasar aneh."

Gempa tertawa kecil mendengarnya. Netra sang pemuda menatap lebih lekat gadis di depannya. Dengan gaun hitam elegan melekuk tubuh, hiasan bulu angsa gelap di kepala, serta riasan yang mendukung nuansanya serba gelap. Tidak lupa juga dengan seragam wisuda dan toga. [Name] mempesona sekaligus menjadi pusat perhatian yang pantas.

"Kamu bener-bener make tema black swan like, ya? Itu cocok banget sama kamu." [Name] memalingkan wajah mengangkat bahu. "Ya, gue emang cantik pakai apapun. Jadi lo gak muji juga gue tahu kalau gue emang cantik."

Gempa lagi-lagi tidak bisa menahan tawa kecil yang lolos dari bibirnya. Terlebih melihat rona merah di kedua pipi pujaan hati. "Ya, kamu bener. Kamu cantik banget. Aku sampai gak bisa ngalihin pandangan aku ke kamu."

[Name] melotot meninju bahu Gempa. "Apaan sih. Gak jelas banget!" Walau begitu terlihat senyum tertahan dari wajah [Name] yang menjadi satu hal favorit Gempa. Perlahan pria itu menghembuskan napas panjang, melirik kresek hitam yang dibawanya gusar.

Hening sesaat, matanya terlihat menimbang-nimbang sesuatu sebelum [Name] kembali menyadarkannya. "Lo gapapa, 'kan? Jangan bilang lo sakit? Kan dah gue bilang, gak usah maksain diri! Gue lagi nanti yang repot."

"Eh, nggak-"

"Diem!"

[Name] menyentuh dahi Gempa, pria itu tidak demam. Tapi, tangan satunya lagi yang berada tepat di dada Gempa bisa merasakan detak jantung milik pria itu berdetak kencang, apalagi wajahnya memerah, juga bagaimana keringat mengucur di wajah tampannya. "Eh?"

Gempa menarik tangan [Name] yang menyentuh kepalanya. Dengan menunduk dia mengecup punggung tangan sang gadis. Tatapan paniknya perlahan mulai tenang, menatap lekat [Name] yang mulai kehilangan kata-kata.

"[Name]"

"I- iya?"

[Name] terhenyak, dirinya merasakan sensasi gugup yang amat sangat. Tatapan Gempa kali ini bukan tatapan biasa, tatapan sungguh-sungguh yang tidak bisa dijelaskan. Tatapan.. tatapan teguh, hangat, juga penuh kelembutan. Perasaan asing yang selama ini dia bungkam mulai kembali menyebar.

"Aku mencintaimu, [Name]. Sangat."

[Name] terpaku, perlahan di hadapannya disuguhkan bunga mawar hitam. Pria itu berlutut, satu tangannya lagi membuka kotak hitam berisikan cincin perak dengan hiasan berlian di atasnya. "Maukah kamu jadi istriku?"

Gempa menahan rasa gugup yang melingkupinya. Perhatian orang-orang mulai mengarah pada mereka. Kali ini dia sudah memutuskan untuk membuat pilihan untuk menjadikan [Name] bukan sekedar pujaan hati. Tapi, seseorang yang akan menemaninya hingga hari tua nanti.

"[Name]?"

Suara lembut Gempa memanggil, membuat [Name] yang terkejut mulai tersadar kembali kepada kenyataan. Ini bukanlah mimpi. Ini kenyataan. Dan ternyata perasaan yang dianggap [Name] omong kosong ini bukan lagi perasaan sepihak.

Cup!

Tepuk serta sorak riuh terdengar, Gempa terlonjak kaget. Ketika kerahnya ditarik oleh [Name]. Menciumnya hingga membuat wajahnya yang gugup semakin memerah. [Name] menggenggam pundak Gempa, menyentuh bibirnya memalingkan wajah.

"Dasar bego. Lo pasti udah tahu jawabannya, 'kan?"

Kedua sudut bibir Gempa terangkat, matanya berkaca-kaca menatap [Name]. Perlahan Gempa menarik wajah yang berpaling tersebut lantas mencium keningnya. "Terima kasih udah nerima aku, [Name]. Terima kasih."

[Name] yang mulai menyadari perbuatannya, mendorong pemuda itu lantas berlari pergi. Gempa tertawa kecil menarik diri dari perhatian kerumunan membawa buket mawar juga kotak hitam. Calon istrinya itu memang galak, tapi begitu pemalu. Sungguh menggemaskan.

___________________

Bonus

___________________

"Hah, hah, hah. [Name]! Kenapa kamu terus lari sih!"

[Name] terduduk dengan napas tidak beraturan. Mukanya memerah, mengumpat bagaimana dia sudah gila melakukan hal seperti itu di depan semua orang.

"Lo- Ka- Kamu sih! Apa-apaan lamaran kaya gitu. Gak ada romantis-romantisnya!"

"Kalau gitu mau diulangi?"

"Nggak!"

.
.
.

___________________

... sejauh aku berharap kamu menjadi milikku.

30 September 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro