4. Sial Day!
Di dalam sebuah kebahagiaan seseorang, ada hati yang rela terlupakan.
- My tower Boyfriend -
🚀
Hukuman yang diberikan oleh Pak Sodiq sudah selesai dilaksanakan oleh semua murid yang berada di barisan sebelah kanan pembina upacara pagi tadi. Mereka terlihat sangat kelelahan dengan keringat yang selalu menetes di pelipis masing-masing.
Menggunting rumput lapangan upacara seluas Gelora Bung Karno, ditambah dengan lari mengitarinya sebanyak lima kali, memang cukup membuat mereka semua tepar di tempat seketika. Guru BK berperut buncit itu memang tidak pernah main-main dalam memberi hukuman.
Seperti saat ini, gadis bertubuh mungil dengan rambut dikucir kuda itu terlihat tepar di sebelah motornya terparkir. Ia mengipasi wajahnya dengan tangan kanan membawa buku tulis bergambar Teddy Bear, dan sebelah tangannya yang bebas menempelkan ponsel ke telinga.
Mulutnya terus menggerutu kala mendengar suara operator yang selalu menjawab panggilannya.
"Mama mana, sih? Lama banget! Gak tau anaknya udah hampir lumutan gini, apa!" gerutunya sambil berdiri, pandangannya tidak lepas dari gerbang sekolahnya yang masih terbuka lebar itu.
"Ah, mama ini di mana, sih? Masa gue harus jalan kaki. Nanti bukannya pulang, gue malah nyasar, lagi!" Sila berdiri. Mulutnya mendumel tidak jelas dengan kaki yang terus menendang kerikil di dekat kakinya.
Hari ini memang hari ter-sial bagi Sila.
Sudah ditabrak manusia tower sampai topi kesayangannya masuk selokan, dikata-katain, pula! Mungkin kalau tadi kejadiannya tidak terjadi di koridor, wajah cowok sok keren itu pasti sudah menjadi jelek karena dipenuhi luka bekas cakarannya.
Lantas sekarang, Sila malah harus menunggu jemputan dari mamanya lantaran motor bebek kesayangannya itu bocor. Memikirkan itu semua malah membuat kepala Sila semakin pusing saja. Sial!
Saat Sila tengah sibuk dengan gerutuannya, tiba-tiba terdengar suara gerombolan cowok seperti hendak melewatinya dari arah belakang.
Satu ....
dua ....
ti-- kok cuma dua? Perasaan suaranya lebih dari dua, deh.
Sila terkejut. Salah satu dari mereka ternyata berhenti tepat di pinggir Sila berdiri. Mata Sila melebar, ia sedikit memundurkan tubuhnya mengantisipasi takut orang itu adalah penculik.
Tanpa membuka helm, orang itu tiba-tiba bersuara. "Woy, Bocah!"
Kok gue kaya pernah denger ini suara, ya?
"Siapa lo?" tanya Sila sembari segera memasukkan ponsel beserta kunci motornya ke dalam tas, kemudian mengambil kayu yang tergeletak di sebelah motornya. "Lo pasti penculik, kan? Mau nyulik gue ya, lo? Tol--"
Dengan gerakan cepat, cowok dengan motor ninja hitam serta jaket kulit yang membalut tubuhnya itu menutup mulut Sila dengan sebelah tangannya. Kemudian tangannya yang bebas ia gunakan untuk segera membuka helm. "Ini gue, wey!"
Seketika mata Sila melebar. Cewek itu dengan cepat menarik sebelah tangan cowok itu yang berada di mulutnya. "Kok lo lagi, sih!"
"Iya, ini gue. Kenapa? Kok kayaknya lo kaget banget gitu?" Cowok bermata sipit itu menarik sebelah bibirnya ke atas. "Gimana? Tambah ganteng kan, gue."
Sila yang ditanyai hanya bisa melongo di tempat. Gadis mungil itu merasa heran dengan cowok di depannya itu. Spesies macam apa yang ada di depan gue ini?
Mata Nizam seketika tertuju ke arah ban belakang motor Sila. "Ban motor lo bocor?"
"Udah tau, nanya!" jawab Sila ketus.
"Yaaa, Kacian!" cibirnya, "makanya, masih kecil jangan sok-sokan pake motor!"
Sila tambah kesal mendengar penuturan Nizam. Matanya mendelik. Tangannya mengacungkan kayu di tangannya itu ke arah punggung tegap Nizam. "Lo mau pergi, atau mau gue gebuk?"
"Ey! Lo emang kecil-kecil cabe rawit, ya! Kelakuan sama omongan lo sama. Sama-sama pedes!" Cowok itu terlihat mulai menstarter motornya, tetapi, dari gelagatnya cowok itu masih belum berniat menjalankan kuda besinya.
"Udah sore, ya? Jam berapa sih, sekarang?" tanya cowok itu sembari mengambil ponselnya yang berada di saku jaket. "Oh, jam lima, pantes ...," monolognya dengan kepala mengangguk-angguk.
"Mm ... sebelum gue pulang, gue mau ngingetin sesuatu dulu, nih." Tiba-tiba Nizam berkata dengan mimik wajah serius. Badannya sedikit dicondongkan ke arah Sila. "Dulu sebelum dibangunnya sekolah ini, tempat ini katanya dibuat makam para prajurit Belanda yang kalah perang, loh," lanjutnya dengan suara yang amat sangat rendah.
Deg!
Wajah Sila pucat seketika. Gadis itu merasa bulu kuduknya tiba-tiba meremang tanpa sebab.
Melihat hal itu, Nizam menyunggingkan sebelah bibirnya ke atas. Haha! Kemakan juga kan, lo!
"Ma-mana ada! Mana ada begituan di sini!" elak Sila dengan wajah yang dibuat sok berani. Padahal di hatinya ... uwah! Ambyar pengen lari saja rasanya.
"Dih! Gak percaya ya udah. Hati-hati aja lo sendiri di sini. Gue mau pulang duluan. Bye!"
Cowok itu menarik sudut bibinya ke atas, kemudian segera berlalu meninggalkan Sila seorang diri di tengah parkiran yang sepi ini.
(Ekspresi Sila pas ditakut-takutin Nizam)
Tiktok/ig @wishasaaa
21.14 WIB
10/7/2019
Repub : 20/10/2021
Kalo ada typo, ingetin ya😘
Komen yuk. Biar updatenya cepet :D
Jangan ketinggalan. Mksih! :)
👇
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro