1. Topi yang Malang
- W A R N I N G ! -
FOLLOW SEBELUM MEMBACA dan JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DI SETIAP PART!
karena akan banyak part yang di-private. Setelah itu, kalian bisa anggap seperti rumah sendiri--eh.
Sudah di-bold, capslock, garis bawah, pula. Kalau sampai kelupaan, fiks, Anda sudah tua!
Sekian. Selamat ber-anuan dengan cerita saya.
Sampai jumpa di cuap-cuap berikutnya.
Dadah!
Salam lope-lope! 😡❤
.
.
.
.
.
_________________________
“Sebuah awal yang belum pernah terlintas sebelumnya.”
- My Tower Boyfriend -
🚀
Berkali-kali Sila mengumpat ketika mendapati pengendara motor yang menyalip tiba-tiba di hadapannya. Seragam putih abu-abu yang cewek mungil dengan kalung berliontin huruf S itu kenakan berkibar saking cepatnya kendaraan melaju. Orang itu kira hanya dia yang harus datang cepat? Semua orang, kali!
Setelah melewati lima belas menit perjalanan dengan kecepatan lebih dari enam puluh kilometer per-jam, akhirnya Sila sampai juga di sekolahan. Untung saja gerbang masih terbuka lebar.
Cewek mungil dengan rambut kucir kuda itu kemudian memarkirkan motornya dengan rapi. Matanya mengedar ke penjuru parkiran yang sedang ramai-ramainya, kemudian tertuju ke arah antrean panjang di depan gerbang ke-dua yang membentuk dua banjar. Tempat kedisiplinan yang tiba-tiba ditegakkan.
Setelah lama mengantre, akhirnya Sila berhasil melewati para paskibraka yang bertugas satgas di senin ini dengan lancar. Iyalah. Kan Sila anak salihah!
Tanpa langkah panjang lagi, kini gadis itu sudah sampai di depan kelas tercintanya—kelas 10 IPA 1.
Gadis itu menarik napas dalam-dalam, detik berikutnya ....
"ASALAMUALAIKUM, WAHAI RAKYAT IPA SATU SEBANGSA SETANAH AIR INDONESIA!"
Teriakan membahana itu berhasil membuat seisi kelas yang tadi sudah ribut menjadi semakin rebut seketika! Daebak!
Bukannya meminta maaf atas suaranya, Sila malah dengan tanpa dosa lewat di depan mereka sambil nyengir memamerkan deretan giginya.
Hingga sesampainya di bangku, Sila merasa ada sesuatu yang menarik telinganya dari arah belakang.
Benar saja, di sana sudah ada Idha, sahabatnya itu sedang berdiri dengan satu tangan bertengger manis di salah satu telinganya disertai mata yang mendelik sebal.
"Elo, tuh, ya, kebiasaan masuk kelas sambil teriak-teriak. Kuping gue hampir budek tau, nggak!"
Bukan hanya Idha yang ngomel, bahkan satu kelas sudah menghujani Sila dengan kata-kata yang intinya sama dengan milik Idha, yaitu, 'hampir budek'.
Sila meringis. "Maaak … jangan tarik telinga anakmu inilah ... nanti anakmu ini tak cantik lagi," ucap gadis itu dengan wajah memelas, "kau mau punya anak yang tak cantik, Mak?"
"Mak-mak, mak-mak. Aku bukan Emak kau!" Tanpa sadar, Idha menjawab dengan gaya bahasa seperti yang Sila ucapkan. "Eh? Kok gue ngikutin elo, sih?"
"Yeee ... sendiri nyalain orang! Dah sana pergi!"
"Ye! Dasar kampret lu. Mulut rombeng!"
"Bidi imit!"
Sepeninggalnya Idha, Sila meletakkan tasnya di meja, kemudian tangannya merogoh tas untuk mengambil topi OSIS yang akan ia kenakan untuk upacara nanti.
Namun, di tengah kegiatan Sila mongobarak-abrik tas-nya, tiba-tiba ia merasa ada sesuatu keras yang menghantam kepalanya.
Gadis itu mendongak, seketika matanya melotot lebar. "Apa-apaan, sih, lo!"
Orang itu balik menatap Sila tajam. "Harusnya gue yang bilang gitu. Lo tau, nggak? Suara rombeng lo itu, udah bikin gue bangun di saat gue lagi mimpi mau nyium Mia Khalifa!”
“Hah? Mia Khalifa?” Gadis mungil itu tertawa kencang. “Kasian banget pasti itu si Mia-Mia. Dimimpiin cowok setres kayak lo!”
Tuk! “Heh, anying! Mia Khalifa itu doi gue, ya!” Cowok itu berkacak pinggang dengan kepala mendongak. Ya, walaupun tatapannya tetap ke bawah—ke arah Sila. “Emangnya elo, udah kecil, boncel, enggak tinggi, mulut rombeng, nggak punya doi, lagi!”
“ANJIR!” Sila balik menendang cowok di hadapannya. Matanya menatap nyalang. "Heh, Tai Kucing! Tinggi kita Cuma selisih beberapa senti doing, ya! Lagian, lo harusnya bersyukur karena masih bisa bangun gara-gara suara emas gue. Coba kalo tadi lo nggak bangun, pasti bokong lo bentar lagi bakal jadi sasaran empuk penggarisnya Pak Bendot!"
"Dih, ngeles ae lo, Upil Curut!"
"Dih!" Mata Sila mendelik. "Syukur cuma kena damprat bokong lo. Coba kalo malah ...." Sila sengaja menggantung kalimatnya. Seringain di bibir mungil itu muncul.
"Inalillah!"
Gadis itu ngacir setelah berkata demikian. Dirinya berlari menghindari jurus jitakan maut milik Riyan—cowok yang menjatak kepalanya itu—dengan kecepatan super kilat.
"DASAR SILALAAAN! AWAS, YA, LOOO!"
Riyan tidak tinggal diam. Cowok itu menyambar topinya yang sudah ia letakkan di atas meja kemudian memakainya sambil berlari mengejar langkah Sila yang berada tidak jauh di depannya.
"Wlek ... nggak bisa ngejar, wlek!" Sila menjulurkan lidahnya ketika melihat Riyan yang ingin mengejar, tetapi malah terhalang oleh para murid yang hendak ke lapangan.
Namun, saking asyiknya mengejek Riyan, gadis mungil itu tidak sadar jika di belakangnya ada seorang cowok jangkung tengah berjalan dengan mata tertuju ke arah ponsel di tangannya.
Sampai akhirnya ....
Senin, 18 Mei 2020
Repub: Sabtu, 16 Oktober 2020
©wishasaaa
Follow TikTok/Instagram @wishasaaa untuk info, meme tentang cerita ini, fanfict, dan masih banyak lagi.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak dulu.
👇
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro