Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 36


Pupil mata Yaya membola kala dirinya membuka mata dan langsung disuguhkan dengan wajah seorang pemuda tampan, dengan jarak yang begitu dekat. Gadis itu menelan susah saliva nya, jantung nya semakin berdetak tidak normal. Ya Tuhan selamat kan lah dia...

"U-Up-.... Upan!"Taufan terperanjat, pemuda itu segera menjauhkan wajahnya setelah sadar apa yang sudah ia perbuatan. Bodohnya ia bisa kehilangan kendali sampai hampir saja membuat kedua hidung mereka bertemu, yang tersisa jarak 1 cm saja.

Wajah keduanya sama-sama memerah, kejadian singkat itu sudah mampu membuat jantung mereka tidak berdetak secara normal.

"Ma-Maaf"Pemuda itu sangat merasa bersalah, apa yang sudah dia perbuat tadi? Arrrggghhh..!! Rasanya dirinya ingin menjedot kan kepalanya pada dinding.

Yaya tidak menjawab, membuat rasa bersalahnya kian bertambah. Dia tau yang terjadi barusan itu salah, tapi mau bagaimana lagi? Dirinya juga manusia yang tentunya mempunyai nafsu. Sayangnya sangat susah untuk bisa mengendalikan hawa nafsu.

Aahk! Seharusnya dirinya bisa mencegah hal itu terjadi! Harusnya ia bisa menahan nafsunya!! Taufan salah.... Dia sudah membuat kesalahan, dan penyesalan lah ujungnya yang harus ia lakukan.

Apa yang dia pikirkan tadi? Kenapa dia bisa kehilangan kendali seperti itu!? Seharusnya pemuda itu lebih menguatkan iman nya, mengingat sifat gadisnya yang sudah tidak seperti dulu lagi. Yang sungguh benar-benar mampu membuat iman nya goyah.

Taufan menghela nafas gusar, Yaya belum juga membalas perkataannya. Pemuda itu harus berani! Dia harus meminta maaf kepada gadisnya. Dirinya tidak tau apa yg gadis itu rasakan. Apakah dia menangis? Atau marah?

Intinya ia harus berani bertanggungjawab atas kesalahan yang diperbuat.... Berani melakukan maka harus berani bertanggungjawab juga.

Setelah menguatkan tekatnya, Taufan mengangkat wajahnya ingin melihat raut wajah Yaya seperti apa? Kenapa gadisnya tidak kunjung membalas ucapannya?

Kedua mata pemuda itu mengerjap, melihat Yaya yang sedang tidur dengan pulsanya. H-hei jadi dari tadi dia berbicara sendirian?! Sebenarnya apa yang ada dipikiran gadisnya ini!? Setelah apa yang terjadi dia malah tidur!! Apakah dia tidak mempermasalahkan hal tadi?

Ahh.. Sudahlah, mungkin demamnya semakin meninggi membuat Yaya tidak sanggup lagi, dan memilih tidur. Apalagi kejadian tadi pasti membuat wajahnya semakin memanas. Kasian dia, harus mengalami hal seperti itu disaat sedang demam tinggi.

Taufan tersenyum tipis, mungkin nanti saja dia meminta maaf kepada gadisnya ini. Sekarang lebih baik jika dirinya segera membawa Yaya pulang, sebelum demamnya semakin parah. Ditutupnya pintu dimana gadis itu duduk, lalu mengitari mobil dan membuka pintu kemudi.

Setelah dia sudah berada didalam dengan posisi yang pas. Pemuda itu menyalakan mesin mobil, ia kembali tersenyum namun kali ini senyum manislah yang terukir di bibirnya.

Melihat Yaya yang tertidur dengan pulasnya, bibirnya yang masih mengukir senyum cerah. Bagi Taufan itu sangat menggemaskan, sudahlah jangan terus memperhatikan wajah gadisnya ini, bisa-bisa dirinya tidak terkendali lagi.

Dan kali ini mungkin tidak ada yang akan menyadarkan dirinya, bahaya!
Lebih baik jika ia fokus menyetir saja, jalanan lebih indah dipandang untuk saat ini. Dari pada ia kembali kalah dengan nafsu nya.

Taufan sepenuhnya fokus pada jalanan dihadapan nya, jantung pemuda itu masih belum sepenuhnya berdetak secara normal, pipinya kembali bersemu kala dirinya terbayang kejadian tadi, segera saja ia menggeleng mengusir bayangan itu.

"Nghh.."Yaya mengubah posisinya menjadi lebih nyaman, gadis itu tidak tidur, ia hanya berpura-pura saja. Mana mungkin dirinya bisa tertidur setelah kejadian tadi!? Justru karena kejadian itulah dia jadi pura-pura tidur.

Ia tidak mau melihat wajah Taufan, sungguh Yaya benar-benar malu. Gadis itu sudah mendengar ungkapan maaf sang pemuda, tapi dirinya tetap menutup rapat kedua matanya. Yaya tidak mau bertemu muka dengan pemuda itu dulu, untuk sementara.

Kejadian tadi benar-benar tidak baik untuk jantungnya, ditambah dengan tubuhnya yang panas karena demam, mungkin lebih baik dia berpura-pura tidur saja agar tidak semakin membuat keadaan dirinya memburuk, bisa-bisa dia malah meninggoy lagi:v

Bukannya dia tidak mau memaafkan pemuda itu, tapi dirinya belum siap menatap manik sang pemuda setelah kejadian yang tidak diinginkan tadi. Ck! Lihat sekarang saja dirinya masih terbayang-bayang akan hal itu!

'Mamaaaa.... Tolong anakmu ini!!'Jerit hati Yaya.

Sungguh keadaannya akan semakin memburuk sepenuhnya bila ia terus-menerus terbayang hal itu!! Mungkin dirinya harus dibawa ke rumah sakit untuk menghilangkan khayalan ini. Akh! Ia memang terlihat baik-baik saja, tidur dengan nyaman dan pulas. Tapi se-aslinya! Sungguh keadaan nya jauh dari kata baik, terutama jantung nya.

Kenapa meskipun ia sudah menutup mata tapi dirinya tetap tidak mengantuk? Dia harus tidur! Bukan berpura-pura tidur, lebih baik dirinya masuk ke alam mimpi daripada terus terbayang kejadian singkat tadi.

Keadaan jantungnya semakin memburuk kala merasakan elusan lembut di puncak kepalanya, yang diyakini dari Taufan itu. Kenapa pemuda itu malah membelainya dengan penuh kasih sayang sih!? Tidak taukah dia kalau saat ini keadaan Yaya sedang tidak baik-baik saja!? Mungkin diluar memang baik tapi...Arghh!!
Apalagi elusan lembut itu sangat nyaman tambah membuatnya semakin buruk!

'Mah, doakan putrimu agar bisa hidup lebih lama lagi'

Setelah puas membelai puncak kepala Yaya, Taufan kembali fokus menyetir.

Di dalam hati gadis itu bersyukur masih diberi keselamatan, ia bisa bernafas dengan lega.. Untung saja pemuda itu tidak berlama-lama mengelus-elus puncak kepala dirinya.
.
.
.
.
.
Skip
.
.
.
.
.

Akhirnya Taufan sampai ditempat yang menjadi tujuan keduanya, yaitu rumah dirinya–ralat–Ayahnya. Iya pemuda itu membawa Yaya ke rumah nya bukan rumah gadis itu. Sebenarnya tujuan pertamanya ingin membawa Yaya pulang kerumah Tante Wawa, tapi mengingat bahwa ibu Yaya itu sedang kerja, dan Yaya sendiri lagi tidur. Jadi ia pun memutuskan untuk ke rumahnya saja.

Tanpa disuruh pun Satpam rumahnya sudah membuka pintu gerbang, Taufan menjalankan mobilnya memasuki halaman luas rumah ayahnya ini. Setelah masuk ke halaman rumah ia memberhentikan mobilnya, lalu mematikan mesin mobil itu.

Membuka pintu, lalu mengitari mobil dan membukakan pintu dimana gadisnya berada. Ia tersenyum saat melihat Yaya masih tertidur dengan pulas, digendongnya gadis itu ala bridal style lalu membawanya masuk ke dalam rumah besar ini.

Jantung Yaya yang sudah berdetak secara normal kembali berdetak kencang saat ia merasakan tubuhnya diangkat, satu matanya ia buka untuk mengintip apa yang terjadi, pipinya merona kala dirinya tau kalau ia kembali digendong oleh Taufan.

Sebenarnya gadis itu sudah berusaha untuk masuk kealam mimpi selama perjalanan tadi, tapi entah kenapa dirinya tidak dapat tidur meskipun kedua matanya sudah terpejam. Seakan tidak mendukung ia supaya tertidur sungguhan, bukannya berpura-pura.

Tukang kebun Taufan yang tidak sengaja lewat dan melihat tuannya sedang menggendong seorang gadis langsung datang menghampiri, dia tau pasti tuannya tidak akan bisa membuka pintu utama ini. Tukang kebun itu dengan sopannya membukakan pintu masuk untuk sang majikan, di balik maskernya Taufan tersenyum sebagai ungkapan terimakasih, yang dibalas dengan senyuman juga.

Setelah tuannya masuk sang tukang kebun itu pergi, kembali melanjutkan aktivitas nya.

Taufan melangkah memasuki rumah ayahnya ini, ruang tamu lah yang pertama pemuda itu temukan, tapi bukan itu tujuannya, karena sang pemuda ingin membawa gadisnya ini ke kamar nya untuk sementara.

"Taufan!"Ia menghentikan langkah nya secara spontan karena mendengar seruan seseorang.

"Mamah?"Beonya melihat sang ibu yang datang menghampiri.

"Yaya kenapa?!"Tanya Siti panik, satu tangannya terangkat memegang dahi Yaya.

"Astaghfirullah... Panas banget, dia demam?"Taufan hanya mengangguk saja.

"Yaudah cepet bawa ke kamar kamu, Mamah ke dapur dulu mau ambil air untuk kompres dia,"Titahnya.

"Ini juga Taufan mau kekamar, tapi malah Mamah cegah-,"

"Gak usah banyak komen! Entar demamnya tambah tinggi, cepetan sana!"Tegas nya, segera pergi menuju dapur.

Taufan mengendus, ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda karena sang ibu, menuju kamarnya.

Pemuda itu menelan air liur nya, melihat jejeran tangga dihadapannya, dirinya harus menggendong Yaya menaiki tangga sepanjang ini? Oke, baiklah ia akan lakukan.

Apapun demi bidadari nya:v

Biarkanlah dia menjadi bucin untuk Yaya. Pemuda itu terus melangkah menaiki anak tangga secara perlahan, takut jika sampai kakinya tersenggol atau apa, sehingga membuat dirinya dan gadisnya terjatuh.

Setelah kakinya terus melangkah, akhirnya dia sampai pada tujuannya yaitu kamar tidurnya. Untung saja tadi saat ia berangkat pintu kamar itu tidak ditutup rapat, sehingga pemuda itu bisa membukanya hanya dengan kaki.

Sang pemuda menidurkan tubuh gadisnya secara perlahan diatas kasur. Diregangkan tubuhnya yang pegel karena menggendong seorang gadis yang bukan anak-anak lagi:v

Taufan menoleh saat mendengar suara tapakan kaki datang menuju kamarnya, ternyata sang ibu lah yang menciptakan bunyi tapakan itu.

"Keluar sana!"Perintah ibunya.

Taufan mengernyit"Kan Mamah cuma mau kompres Yaya, jadi Taufan bisa disini dong."Bantahnya.

"Engga kompres aja, Mamah juga mau ganti baju Yaya,"

"Apa!?"Entah mengapa Taufan berucap dengan wajahnya yang memerah. Apalagi melihat Mamahnya yang menunjukkan baju ganti yang dibawa entah sejak kapan. Baju siapa yang Mamahnya ambil?

Yaya yang mendengar nya pun turut merona, untung saja tidak ada yang menyadarinya.

Dengan gak karuan Taufan melangkah keluar kamarnya sendiri. Membuat Mamanya terkekeh melihat tingkah anaknya. Siti pun menutup pintu kamar milik pemuda beriris sapphire itu, tidak lupa juga menguncinya.

Jantung Yaya berdebar. Tidak mungkin dia akan di ganti bajunya oleh orang lain, sedangkan dirinya masih dalam keadaan sadar begini!? Panik? Iya, Yaya sangat panik sekarang, tidak ada cara lain... Dia harus bangun-(dari tidur pura-puranya)-. Agar dirinya bisa mengganti baju sendiri, terlebih lagi ia tidak kenal sepenuhnya dengan orang ini, yang dirinya tau wanita ini adalah Mama Taufan.

"Engh.."Membuat suara gumaman tidak jelas, yang biasanya keluar pada saat orang bangun tidur. Itu lah cara pertama yang Yaya lakukan.

Siti yang sedang menyiapkan kompresan untuk Yaya, menoleh saat mendengar suara dari gadis itu. Kedua sudut bibirnya terangkan membentuk bulan sabit kecil.

Yaya mengangkat tangannya memijat pelipis, gadis itu cukup pintar dalam berakting. Dia mengedarkan pandangannya kesekitar kamar ini. Mengagumi kamar pemuda bertopi itu.

Ditolehkannya kepala menatap Mamah Taufan, berpura-pura bingung."Anda siapa ya? Dan saya dimana?"Tanya-nya.

Siti tersenyum,"Saya Mamahnya Tau–Upan, dan kamu lagi dikamar Upan, dia tadi bawa kamu kesini."Jelasnya, dengan senyuman sumringah, sudah lama ia tidak bertemu lagi dengan gadis ini.

Meskipun Yaya sudah tau, tetapi ia tetep mengangguk supaya Mamah pemuda itu tidak curiga jika dirinya berpura-pura tidur."Tan–"

"Panggil Mamah aja,"Potong Siti cepat.

"Ma-Mamah?"Ulang Yaya, sedikit aneh, karena ia baru saja bertemu dengan wanita ini namun sudah disuruh untuk memanggilnya 'Mamah'. Yang benar saja!?

"Masih pusing? Atau... Apa aja yg kamu rasain?"Tanya Siti lembut sembari kembali memeriksa suhu tubuh Yaya. Memegang kening gadis itu.

Yaya tersenyum,"Cuma lemes aja, Tan–Mah. Kepala Yaya juga rasanya berat benget,"Ucapnya Lirih.

"Yaudah ganti baju dulu, baju kamu kan basah kenek keringat. Habis itu Mamah kompres supaya demam nya turun,"Ujar Siti.

"Yaya ganti baju sendiri ya Tan–Ah Mama!"Elak Yaya segera saat melihat Siti ingin membuka jilbabnya.

"Emang kamu kuat? Kamu kan lemes gitu.."

"InsyaAllah, kuat kok Mah"Yakin Yaya, dia tidak mau merepotkan orang.

Mama Taufan mengangguk, membiarkan Yaya mengganti bajunya sendiri. Wanita paruh baya itu menuntun Yaya menuju kamar mandi Taufan, agar dirinya bisa lebih leluasa.

Yaya tidak menolak sama sekali, mengingat memang dirinya tidak mampu menahan beban tubuhnya. Ia memilih pasrah saja,mungkin memang itu yang terbaik.

.
.

Seusai mengganti bajunya, gadis itu kembali menidurkan dirinya, yang langsung di kompres oleh Mama Taufan. Ingin rasanya ia menolak perlakuan terhadap dirinya dari Mama pemuda beriris sapphire itu tapi dia tidak mau sampai melukai hatinya.

Siti menyuruh calon menantunya:v tidur setelah dirinya sudah mengompres gadis itu, ia segera beranjak membereskan baskom bekas air hangat yang sudah dingin itu. Keluar kamar, agar tidak mengganggu ketenangan dan kenyamanan gadis anaknya ini. Tidak lupa juga dirinya menutup pintu kamar itu.

Yaya mencari posisi nyamannya untuk tidur, sepertinya kali ini dia harus benar-benar tidur. Mengistirahatkan tubuhnya, matanya sudah berair sejak tadi karena suhu tubuhnya yang diatas normal. Sehelai handuk kompres masih menempel pada dahinya.

Perlahan matanya mulai memberat, mungkin efek dari obat yang diberikan oleh Mama Taufan untuk di minumnya, agar menurunkan suhu tubuhnya. Ia sudah tidak tahan lagi untuk tidak menutup kedua matanya, akhirnya gadis itu mulai masuk kedalam alam mimpi.

_________-

Taufan mengutak-atik HPnya, tidak ada  satupun yang berhasil menarik perhatian dirinya. Karena tidak kunjung mendapatkan sesuatu yang bisa di mainkan nya di benda pipih itu, sang pemuda memilih meletakkan nya di atas meja. Pandang nya diedarkan ke setiap sudut ruang tamu ini.

Hhhh... Dia bosan!
Apa yang harus ia lakukan untuk menghilangkan rasa kebosanannya ini, atau kata yang sering digunakan di jaman sekarang adalah 'Gabut'.

Apakah dia harus naik memeriksa Yaya dikamar nya? Ahk tidak, bisa-bisa ibunya memarahi dirinya! Tapi sungguh ia sangat ingin tau keadaan gadisnya, apalagi sang ibu tidak kunjung turun juga, membuat ia semakin gabut saja!
Yak! Menunggu adalah hal yang sangat

sangat

sangat

sangat

sangat

sangat

sangat

sangat

sangat

sangat

sangat...

... Membosankan!!

Pemuda itu mengetuk-ngetuk meja, berniat menghilangkan rasa kebosanannya. Suara tapakan kaki yang menuruni tangga membuat Taufan segera menoleh keasal suara. Ibunya.

Langsung saja pemuda bertopi itu datang menghampiri sang ibu, ingin menanyakan soal keadaan jodoh tertundanya itu:v

"Gimana keadaan Yaya, mah?"Tanya-nya, dengan tidak ada rasa sabarnya.

Siti tersenyum"Dia gapapa, cuma butuh istirahat aja entar juga udah baikan kok."Katanya, melanjutkan langkah nya menuju ruang tamu.

Taufan mengangguk,"Kamu berangkat ke kedai lagi gih! Biar Mamah yang jagain calon menantu mamah"Usik sang ibu dengan menekan kata 'calon menantu mamah'.

"Apaan sih, mamah?"Ucap Taufan dengan pipinya yang sedikit memerah.

"Loh, kok jawabannya gitu? Harusnya 'Aamiin' kan mamah do'a in, ingetkan kalo omongan itu adalah do'a?"Jelas Siti.

"Iyaaaa.. Aamiin,"

"Nah gitu dong,"

"Udah cepetan berangkat, Fang Gopal ama Ying pasti udah nungguin kamu, kasian mereka harus jaga kedai lama-lama."Titah Siti mendorong anaknya menuju pintu utama rumah ini.

"Iya iya, ini juga Taufan mau berangkat.. Jagain ibu dari calon anak-anak ku nanti ya mah?"Mendengar perkataan sang anak membuat Siti tertawa.

"Iyaaa.. Mamah pasti jagain kok, udah kebelet nikah deh kayaknya anak mamah ini. Makanya cepetan dilamar, jangan ditunda-tunda, ga baik loh menunda-nunda sesuatu"

"Asiaaap! Entar kalo semua masalahnya udah beres, Taufan bakalan langsung lamar deh!"Setelahnya ibu dan anak itu tertawa bersama.

"Kalo gitu Taufan berangkat dulu ya, mah?"Pamit pemuda itu, setelah menghentikan tawanya. Ia mencium punggung tangan sang ibu, yang dibalas anggukan.

"Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumsalam.."

🍃🍃🍃


Taufan menolah ke kiri lalu ke kanan, secara bergantian, dengan mulut yg sedikit terbuka. Dirinya tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini! Mamahnya dengan Yaya sudah akrab?! Aahhhh.. Bukan sangat akrab! Apa yang terjadi selama dia berada di kedai?! Baru saja ditinggal sebentar namun sudah sedekat ini saja! Padahal hari ini dia tutup kedai lebih awal supaya bisa jaga Yaya, tapi apa yang dia lihat ini..?

Mereka bahkan sampai tertawa bersama! Entah apa yang keduanya bincangkan? Sehingga mereka berdua terlihat sangat asik, dan bukankah Yaya sedang demam? Lantas apa yang gadisnya lakukan di dapur?! Gadis itu juga sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya, semanjur itukah obatnya?

Woah... Hebat! Obat itu bisa sama seperti di iklan TV! Sekali minum langsung sembuh! Emejing tenan rek! :v

Meskipun ia melihat dari jarak jauh mungkin sekitar 6 Meter, namun dirinya tetap bisa tau jika sang ibu dan gadisnya sedang membuat sesuatu bukan hanya sekedar mengobrol saja. Lagipula jika memang hanya ingin mengobrol pasti mereka akan lakukan itu di ruang tamu bukan di dapur, jadi jelas jika mereka sedang membuat sesuatu sambil mengobrol pasti nya.

Tapi Taufan masih bingung, kenapa mereka berdua bisa secepat itu akrab nya? Apakah Mama nya yang memaksa Yaya untuk ini? Atau malah sebaliknya? Entahlah... Mungkin lebih baik jika dirinya datang menghampiri kedua wanita itu, agar bisa tau apa penyebab mereka seakrab ini?

Kakinya melangkah maju–eh tunggu sebentar! Dia udah pakai masker belum ya? Tangan nya bergerak meraba bagian mulut dan hidung yang biasanya tertutup oleh masker.


Setelah ia sudah mengetahui jika tenyata dirinya masih mengenakan masker, pemuda itu segera melanjutkan langkahnya. Beribu-ribu langkah ia ambil--//plakkk//Hanya beberapa langkah saja dia sudah sampai di depan dapur.

"Lagi ngomongin apa sih? Asik banget?"Tanya Taufan setelah dirinya sudah berdekatan dengan kedua wanita berbeda usia itu.

"Ada deh, kamu kepo aja nak!"Sergah Siti, membuat Taufan berdecak kesal.

"Ini urusan perempuan, kamu laki-laki syuh syuh.. Pergi sana!"Usir Yaya seraya mengibas-ngibaskan tangannya, membuat isyarat mengusir.

Taufan kembali berdecak kesal, kenapa kedua wanita ini sama-sama tidak berpihak kepada dirinya? Mereka menginginkan agar ia pergi."Ck! Yaudah deh aku milih pergi aja, daripada habis dikeroyok sama dua harimau"Ucapnya yang memelankan suara diakhir perkataannya, agar tidak di dengar oleh kedua wanita itu.

"Terserah!"Taufan membolakan matanya mendengar jawaban kedua wanita ini, yang diucapkan secara serempak. Tidak peduli sekali mereka dengan dirinya! Sungguh kejam! Bahkan ibunya juga?!

"Mentang-mentang udah ada pengganti ku Mamah jadi lupakan dan tidak peduli lagi sama Upan... Hiks,"Katanya berpura-pura sedih. Siti tertawa, putranya ini memang sangat mendramatisir sekalih!

Yaya hanya bisa menahan tawanya saja, dirinya kembali melihat sisi lain Taufan. Hal baru baginya, tidak menyangka bahwa pemuda itu bisa jadi sealay ini:'v

"Ck, udah ah kayak anak kecil aja."Ucap Siti tidak berniat menolong atau menenangkan anaknya dengan pelukan dan hal sejenisnya.

"Yaya lagi bikin biskuit nih," Lanjut Siti.

Taufan diam tidak melanjutkan akting sedihnya, entah mengapa otaknya flashback kepada kejadian 11 bulan lalu dimana ia datang ingin bersilahturahmi kerumah Yaya saat Tante Wawa sedang berada di Pulau Rintis-(sebelum insiden itu)-, dan dirinya disuguhi dengan biskuit beracun aahhkkk.. Biskuit mematikan! Apapun namanya yang ia tau itu adalah biskuit yang amat teramat mengerikan yang pernah dirinya makan.

Sadar kalau nyawanya sedang dalam bahaya, jika sampai ia disuruh untuk memakan biskuit mengerikan itu, Taufan memutuskan untuk tidak kembali melanjutkan aktingnya dan akan berada dikamar saja demi menyelamatkan diri dari biskuit maut gadisnya.

"Ermm... Yaudah kalian lanjut aja buat biskuit nya, Upan mau kekamar dulu, bau belum mandi"Setelah menyelesaikan perkataannya, Taufan mengambil seribu langkah menuju kamarnya. Ingin selamat dari biskuit mengerikan gadisnya. Dan semoga ia dan ibunya benar-benar selama–aamiin... (:'V)

"Oke selagi biskuitnya di oven, gimana kalau kita tunggu aja di ruang tamu?"Saran Siti, mengajak Yaya untuk melanjutkan perbincangan mereka di tempat yang lebih nyaman. Gadis itu hanya membalasnya dengan anggukan kepala saja.
S
K
I
P
T
I
M
E
Hari sudah bukan sore lagi melainkan malam, adzan magrib juga sudah berkumandang sekitar 15 menit lalu. Taufan bersiap untuk mengantarkan gadisnya pulang ke rumahnya. Tidak baik jika seorang gadis pulang terlalu malam, apalagi Yaya belum meminta izin terlebih dahulu kepada sang ibu.

Dirinya bersyukur karena tidak dipanggil untuk memakan biskuit mengerikan gadisnya, ia barusan dipanggil itupun untuk mengantarkan Yaya pulang. Sepertinya keberuntungan sedang berpihak kepada dirinya.

Setelah sudah rapi dengan jaket biru tua berpadu dengan kuning yang melekat di tubuhnya, tidak lupa topi yang sememangnya sudah menjadi ciri khas pemuda itu. Taufan keluar dari kamarnya menuju ruang tamu dimana ibu dan gadisnya berada.

Taufan tersenyum melihat Yaya yang masih asik mengobrol dengan sang ibu, sampai-sampai tidak menyadari kehadiran dirinya. Pemuda itu berdeham beberapa kali untuk mengalihkan perhatian kedua wanita itu kepadanya.

"Oh.. Kamu udah siap? Kok ngga bilang-bilang sih?"Tanya Yaya, bangun dari duduknya di sofa.

"Gamau ganggu kalian aja,"Balas Taufan santai.

"Yaudah kalo gitu Yaya pamit pulang dulu ya, mah?"Ujar Yaya menghampiri ibu sang pemuda lalu menyalimi tangan nya.

Siti tersenyum, membelai puncak kepala gadis itu."Iyaa, Hati-hati dijalan ya."Ucapnya yang kemudian memeluk Yaya.

"He'em"Jawab Yaya didalam pelukan Siti.

Seusai sesi perpisahan antara kedua wanita itu, mereka berdua pun keluar rumah. Taufan menyalakan mesin motornya lalu melajukan kendaraan roda dua itu pergi meninggalkan pekarangan rumahnya, setelah Yaya naik tentunya.

Mengantarkan gadisnya pulang dimalam hari yang ditemani bintang-bintang indah dilangit, suasananya juga turut mendukung... “Maka nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan?”

--oOo--

Taufan menutup mulutnya yang menguap akibat dirinya mengantuk, ia baru saja sampai dirumah setelah mengantarkan gadisnya. Dalam perjalanan pulang menuju rumah sang ayah pemuda itu sudah menata apa yang akan dia lakukan, mulai dari setelah sampai rumah dirinya akan solat lalu makan karna ia belum makan malam, dan diakhiri dengan tidur.

Langkah pemuda itu menuju kamarnya dihentikan oleh sang ibu, yang membawa setoples biskuit. Yang pastinya itu adalah biskuit buatan gadisnya. Bukannya ia tidak mau menerima kekurangan Yaya dalam bidang membuat kue muih, namun rasa biskuit mengerikan itu, sangat parah! Dan Taufan tidak mau melukai hati gadis itu dengan memberi tahu rasa yang sebenarnya.

"Ayo di coba dulu biskuit buatan Yaya!"Pinta sang ibu yang lebih kearah perintah.

"Engga ah mah, Taufan udah kenyang"

"Jangan banyak alesan mamah tau kamu belum makan malam, ayo di coba dulu biskuit nya, pasti enak"Desak sang ibu, memaksa Taufan menerima suapan biskuit Yaya.

Dan ya! Paksaan itu berhasil, tanpa keinginan dari sang empunya, biskuit buatan Yaya masuk kedalam mulut itu.

Taufan terpaksa harus mengunyah biskuit gadisnya itu, tapi tunggu! Ada yang aneh.... Pemuda itu mengerutkan dahinya, menikmati setiap kunyahan biskuit buatan Yaya.

"Loh kok,"Inilah komentar pertama Taufan setelah merasakan keanehan yang terjadi kepada biskuit buatan gadisnya.

"Kenapa? Enakkan?!"Tanya Siti antusias.

"Ini kok.."Entahlah Taufan rasanya tidak bisa melanjutkan setiap perkataan nya untuk berkomentar kepada rasa biskuit Yaya.

"Ini kok, kenapa?"Tanya Siti penasaran dengan pernyataan anaknya yang tidak lengkap.

"Kok rasanya enak? B-bukanya..."Katanya tergantung tidak mampu melanjutkan.

"Iyaa dong! Mamah kasi Yaya resep baru masa' dia mau buat biskuit pake bawang merah, sereh... Terus apalagi tuh! Pokoknya bahan untuk masak lah! Bukan untuk bikin biskuit!"Rungut sang mamah.

Taufan menatap ibunya dengan tidak percaya, jadi biskuit waktu itu yang dia makan terbuat dari....

"Udah solat sana! Kaget atau terkejutnya nanti aja, Habistu makan"Titah sang ibu, Taufan hanya menurut. Pemuda itu masih tidak percaya dengan apa yang ibunya katakan mengenai bahan biskuit Yaya sebelumnya.

Sudahlah... Yang terpenting dia masih hidup! Bersyukur saja atas kebaikan Tuhan yang masih memberi nya kesempatan untuk hidup didunia ini agar menebus plus memperbaiki setiap dosa dan kesalahan nya, selama dirinya hidup di bumi.

Sekarang dia harus sholat bersyukur atas keajaiban yang terjadi, dia selamat dari biskuit maut Yaya. Meskipun hal itu terjadi berbulan-bulan lalu lamanya... Tapi tidak ada kata terlambat untuk bersyukur kepada nikmat yang sudah diberikan oleh Tuhan.


















BERSAMBUNG....

Assalamu'alaikum n Haii!! :D

Saia kembali setelah lama menghilang tanpa kabar <( ̄∇ ̄)>

Gimana kabar kalian dengan tugas kalian? •–•

Dahlah🚮 ndk usah ngomongin tugas! =>=

Blm masuk dimana Yaya di hujat ya👀

Sabar aja, sebagai gantinya krn aku lama Up, nih Chap nya panjang unk kalian! (*´∨'*)

Udh lama ndk sapa kalian, ndk tau mao ngomong apa:'V

Gempa : Pamitan aja kalo kau mau ke pondok:'D

Kiya :*mematung, tdk dpt berkata-kata*

Gempa : Sudahlah....

Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh....

Salam Kiya_Comel:v

Author Akiya out.







Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro