Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 33

"Tadi malam... Aku mimpi aneh"Setelah melihat senyum tulus Taufan, meskipun hanya melalui matanya saja. Gadis itu sudah yakin, dan memulai cerita tentang mimpi nya semalam.

"Aneh kek gimana?"Tanya Taufan, ia bingung dengan maksud gadisnya mengenai mimpi aneh itu.

Yaya mendongak menatap langit indah di sore hari, sebenarnya ia ada rasa tak enak ingin cerita kepada Taufan. Takut membebani pemuda itu, gadis itu ingin bercerita kepada Ying–Sahabatnya–namun sedari tadi Handphone Ying tidak dapat dihubungi.

Iya, memang niatnya datang kesini ingin bercerita kepada Taufan, tapi setelah kejadian dimana dia ngambek, Yaya jadi gak enak mau bercerita, apalagi setelah membuat pemuda itu marah, engga marah sih aslinya cuma kesel aja, dan menundanya melayani pengunjung kedai. Karena membujuk dirinya.

"Awalnya... Aku buka mata perlahan-lahan, aku bisa liat kalo aku sedang berada disebuah ruangan yang lusuh, kotor, lembab, minim cahaya. Aku kaget, aku mikir apakah aku diculik? Diriku menoleh kesamping dan menemukan kalau aku sedang diikat kedua tanganku dengan rantai, tapi anehnya saat aku memberontak tanganku tembus! Ternyata bukan aku yang dirantai... Aku rasa jika mimpi itu adalah bagian dari masa laluku"Yaya diam, pandangannya kembali tertunduk melihat sepatu yang ia kenakan sedang menggosok-gosok tanah.

"Terus?"

Gadis itu menghela nafas pelan, apa ia harus menceritakan semua kepada Taufan? Dirinya memang yakin jika mimpinya itu adalah serpihan daripada masa lalunya. Tapi, bagaimana jika pemuda ini tidak percaya? Bukankan lelaki itu baru bertemu dengannya?

Memang lebih susah menjalani hidup ketika diri sendiri tidak mengingat apa-apa. Jika hanya lupa makan, mandi, tugas, yang disuruh orang tua, rumus, sejarah, nama orang dan nomor absen itu biasa... Lain halnya dengan melupakan segala yang terjadi, meskipun dia masih mengingat separuhnya.

"Dan pada saat aku berbalik, tubuhku kaku, melihat diriku sendiri yang berada disitu. Terikat kedua tangannya, aku shock banget!"

Taufan menoleh menatap miris gadisnya ini, dia tidak tau seperti apa rasanya kehilangan hampir seluruh ingatan, yang ia tau hal itu berat untuk dijalani. Seandainya.. Yaya tidak salah paham dan menganggap dirinya adalah orang yang mencoba untuk menembak, pasti sekarang dirinya bisa memberitahu sedikit perihal masa lalu gadisnya.

"Apa lagi yang kamu lihat?"Tanya Taufan karena Yaya sudah cukup lama tidak melanjutkan cerita mengenai mimpinya.

"Selanjutnya... Aku melihat 'dia' memberontak, selang beberapa menit 'dia' berhenti. Sepertinya 'dia' letih, aku melihatnya tak berdaya. Setelah cukup lama dalam posisi diam, 'dia' kembali mengangkat kepalanya, lalu berteriak"Tambah Yaya, masih setia menunduk.

Gadis itu menarik dalam nafasnya"Ada sebuah suara dingin yang membalas teriakannya, aku menoleh keasal suara itu tapi tidak menemukan apa-apa, hanya kegelapan saja sosok misterius itu berada disisi raungan yang gelap,"Lanjutnya.

Taufan yakin jika yang gadisnya ceritakan ini adalah kejadian saat dia diculik, meskipun pemuda itu tidak tau seperti apa keadaan atau kejadian persisnya... Tapi ia memiliki keyakinan kuat kalau itu memang masa lalu Yaya.

"Mereka terus adu argumen, dan aku tau bahwa keinginan sosok itu adalah aku mati. Bahkan sosok misterius itu tau banyak mengenai diriku, ibuku dan Otoi"Suara gadis itu mulai serak karena menahan tangisnya.

"Aku nggak tau apa salahku!? Sehingga dia sampai ingin aku mati demi membalaskan dendamnya, bahkan sosok itu berkata; hanya dengan kematian ku saja tidak akan cukup untuk membalas setiap dendamnya. Apa salahku!? Aku ngga ingat! Gak ingat!"Ricaunya, hati Taufan perih melihat ricauan gadisnya, hatinya seakan diremas-remas. Pemuda itu mengepalkan kedua tangannya menahan geram, rasanya dia ingin menghajar habis-habisan lelaki br*ngs*k itu! Tapi apalah daya? Si merk sepatu itu sudah mati!

"Setelah perdebatan antara sosok itu dengan 'diriku' usai, perlahan dia berjalan maju. Aku menajamkan penglihatan ku demi bisa mengetahui wajah sang sosok, entah mengapa aku tidak dapat menangkap dengan jelas wajahnya! Yang aku ketahui hanyalah warna irisnya, yang berwarna biru menyala."Jelas Yaya lagi.

"Dan aku juga tidak tau kenapa sosok itu berjalan kearah ku? Bukan kearah 'diriku'!? Aku pun memundurkan diri perlahan! Menjauhi sosok misterius itu!.. Hiks"Satu isakan itu sudah mampu membuat hati Taufan remuk! Menyakitkan melihat orang yang ia cintai mericau-ricau disertai isakan dan air mata.

Yaya menutup rapat matanya membuat satu mutiara bening terjatuh begitu saja, membasahi pipi mulusnya."Tapi dia terus saja melangkah mendekat, hingga punggung ku menabrak dinding dibelakang! Aku semakin takut!!... Hiks... Aku memeluk kedua lututku!!Dia... Dia... Seakan ingin memangsa ku hidup-hidup!!... Hiks hikss.. Sa-sa-at... A-aku.. Hiks... Me.. Hiks... Mendongak... T-te–"

Grep!

Perkataan yang menyayat hati itu terhenti kala Taufan membawa gadisnya ke dalam dekapan hangatnya. Yaya tidak memberontak, tangisan gadis itu semakin pecah disertai ricauan didalam pelukan hangat pemuda periang itu. Ia meremat jaket Taufan, menumpahkan semua tangisan dan rasa takutnya.

Tangan Taufan bergerak mengelus punggung gadisnya yang bergetar hebat. Hatinya tersayat melihat tangisan gadisnya yang ketakutan itu, pemuda itu sudah tidak tahan mendengar carita penuh rasa takut dan isak tangis. Sudah cukup! Ia tidak perlu mendengar semuanya, dirinya sudah paham seperti apa kejadiannya hanya dengan melihat mata gadisnya yang menyiratkan ketakutan yang mendalam seakan tidak ingin mengingat mimpi buruk itu.

Sementara Yaya semakin meneggelamkan wajahnya didada bidang pemuda yang mendekapnya. Dia tidak peduli jika nantinya Taufan akan marah karena jaket dan kaos pemuda itu basah oleh air mata dirinya.

Tidak jauh dari mereka ada dua anak orang yang melihat itu, Pipi menoleh ke abangnya."Ermm... Bang Ocho? Jadi kita pamit pulang dulu ngga?"Tanya-nya kepada remaja disebelah dirinya.

Ochobot menggeleng"Gak usah, entar kalo kita pamit ganggu mereka lagi. Terus kita yang disalahin sama bang Fang karena udah menghancurkan rencananya"Ucap Ochobot, menarik tangan adiknya menjauhi dua sejoli itu.

"Tapi, bang! Gimana kalau nanti bang Taufan cariin?"Protes Pipi tapi tetap mengikuti sang abang yang menarik pergelangan tangannya.

"Engga akan... Entar abang tulis di kertas terus ditempel di meja kaunter"Terang Ochobot, berjalan terus menuju ke meja kasir mengambil seutas kertas. Lalu menulisnya, dan pergi pulang ke rumah bersama sang adik. Tidak lupa dia sudah meninggal kan kertas itu diatas meja kaunter.
.
.
.
.
.
.
Setelah lama menumpahkan isak tangisnya, Yaya sudah semakin tenang sekarang, hanya masih sedikit terisak kecil. Ia masih nyaman dengan posisi ini, bahkan rasanya dirinya ingin menutup mata dan tidur dalam dekapan sang pemuda pemilik kedai ini.

Taufan tersenyum tipis, saat sudah tidak lagi mendengar suara tangisan dan ricauan Yaya, ia berhenti mengelus punggung gadisnya. Sejujurnya dia sudah pegal dengan posisi seperti ini, tapi pemuda itu mengabaikan nya demi kenyamanan gadisnya, apapun akan ia lakukan:v

Perlahan mata Yaya mulai memberat, sepertinya dirinya mengantuk setelah letih menangis. Gadis itu terlalu nyaman dengan dekapan hangat ini, ia semakin menyamankan posisinya agar bisa tidur dengan nyenyak. Tidak taukah dirinya jika Taufan sudah pegal dengan ini?? Bisa encok entar pinggangnya(😂)

"Udah baikan?"Okay, Taufan sudah tidak sanggup menahan rasa pegelnya. Perlahan pemuda itu melonggarkan pelukan hangat mereka. Yaya jadi malu karena sudah keenakan, malah semakin menyamankan posisi dan berniat tidur.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya,"M-maaf udah bikin bajumu basah,"Ucapnya setelah menguraikan pelukan, kepalanya ia tundukkan demi menutupi rona merah di pipi.

Taufan terkekeh, kemudian melihat jaket dan kaosnya yang basah karena ulah gadisnya."Gapapa,"Ujarnya tersenyum manis dibalik masker.

"Itu... Anu... Maaf juga udah keenakan,"Lirih Yaya semakin menundukkan kepala, menutup rapat-rapat kedua matanya, dirinya jadi malu sendiri mengingat hal itu(>\\\<).

Senyum pemuda itu semakin melebar kala melihat rona merah yang timbul di kedua pipi gadisnya dan bahkan sudah menyebar ke seluruh wajah. Apalagi melihat Yaya tidak enak seperti itu semakin menambah rasa cintanya dan semakin ingin cepat menjadikan gadis yang sedang ngeblush itu menjadi milik dirinya sepenuhnya.

"Hei itu bukan masalah, berhentilah meminta maaf kepadaku. Kau semakin ngeblush jika terus merasa tidak enak,"Yaya menggigit kembali bibirnya mendengar penuturan Taufan. Jadi pemuda itu tau jika dirinya sedang blushing!? Oh noooo!

Yaya menutup wajahnya mengunakan kedua telapak tangan, menutup wajahnya yang merona hebat. Ia menarik nafasnya kemudian mengeluarkannya melalui mulut. Dia harus bisa terlihat biasa-biasa saja, dan menormalkan detak jantung ini. Setelah dirasa sudah stabil, gadis itu membuka tangan yang menutupi mukanya lalu mengangkat wajahnya menatap Taufan, meskipun masih ada sedikit semburat merah di pipi.

"Terimakasih,"Ucap Gadis itu tersenyum manis, dengan kedua mata yang ia pejamkan. Tidak lupa jika masih ada semburat di kedua pipinya, kepalanya sedikit ia miringkan. Sungguh saat ini Yaya terlihat sangat manis! Dengan ekspresi yang ugh.. Sangat menggemaskan.

Taufan tertegun melihat senyuman di wajah gadisnya, senyum manis gadis itu menular ke sang pemuda. Ia juga turut tersenyum manis penuh cinta, sayangnya tertutup oleh masker sehingga Yaya tidak bisa melihatnya. Tangannya diangkat menepuk-nepuk puncak kepala gadis yang sangat menggemaskan ini.

Yaya membuka kedua matanya saat merasakan tepukan di ubun-ubunnya. Kepalanya di dongakkan menatap pemuda itu dengan senyuman sumringah. Senyuman gadis itu perlahan memudar seiring dengan dahinya yang berkerut.

"Terimakasih untuk apa hmm?"Tanya Taufan, mengganti gerakannya dari menepuk-nepuk, menjadi mengelus-elus puncak Yaya.

Yaya tersenyum,"Udah mau dengerin dan nenangin aku, bahkan percaya sama cerita mengenai mimpi ku"Katanya, gadis itu sedikit menunduk memikirkan sesuatu.

"Itu bukan masalah, kita kan teman..."Ucap Taufan menggantung... 'Hidup suatu saat nanti, Aamiin'Lanjutnya di hati.

Yaya mengangkat kepalanya, lalu membalas perkataan Taufan dengan senyuman. Kemudian gadis itu  memainkan kedua tangannya, bola matanya bergerak gusar, ia kembali menunduk.

Satu helaan nafas gusar berhembus dari gadis itu, kepalanya diangkat, matanya membola saat melihat Taufan yang memandangnya tepat di manik mata dirinya. Keduanya saling terhanyut dalam keindahan tatapan penuh sayang itu.

Tangan Yaya diangkat, perlahan jari-jarinya menyentuh wajah Taufan. Gadis itu berniat menurunkan masker pemuda itu, ia sangat ingin tahu siapa kah lelaki dibalik masker ini. Kenapa dirinya selalu tertegun dengan tatapan mata itu?? Kenapa ia bisa nyaman bersamanya?? Kenapa jantung nya selalu tidak normal jika berada didekatnya?? Kenapa dia bisa merindukan pemuda itu?? Bahkan di dalam hatinya mulai terukir nama sang pemuda.

Taufan terlalu hanyut dalam tatapan Yaya, sampai dirinya tidak menyadari pergerakan gadis itu yang mulai ingin membuka maskernya. Jika sampai Yaya berhasil melihat wajah tampan pemuda itu sepenuhnya maka.... Hal buruk yang tidak diinginkan sama sekali akan terjadi.

Semua usaha Fang, Ying dan Gopal untuk menyatukan mereka akan sia-sia, mungkin gadis itu sudah tidak akan percaya lagi dengan sahabatnya, karena sudah berbohong dan membawa dirinya bertemu dengan si penembak(palsu) itu.

Yaya membuat Taufan seakan terhipnotis dengan tatapan yang ia berikan, sampai pemuda itu tidak merasakan jari gadisnya yang sudah menyentuh masker bagian atas itu. Hanya dengan satu kali tarikan maka terbongkar lah identitas asli Taufan!

Sejujurnya Yaya sedikit curiga dengan pemuda dihadapan nya ini, melihat warna iris sang pemuda yang berwarna biru ia jadi merasa jika lelaki ini adalah dalang dibalik penculikan dirinya dimasa lalu, gadis itu sudah berusaha menepiskan pikiran itu, tapi entah mengapa semakin ditepis maka semakin menghantui dirinya.

Rasa curiga ini baru timbul saat dia menatap Taufan yang sedang menepuk-nepuk puncaknya, Yaya bisa melihat warna iris pemuda itu biru menyala karena langit yang mulai menggelap. Dia tau seharusnya ia tidak mencurigakan pemuda yang sudah sangat baik kepada nya...

Tapi apa salahnya jika diperiksa? Se-aslinya dia juga sangat penasaran dengan wajah pemuda itu, dari pertama kali bertemu. Ia heran kenapa Taufan menggunakan masker, awalnya dirinya berpikir jika pemuda bertopi itu sedang flu atau batuk biasa sehingga memakai masker.

Dia mulai merasa aneh karena setiap bertemu, pemuda ini selalu saja menggunakan masker. Yaya mulai berpikir jika Taufan memiliki penyakit berbahaya yang mewajibkan sang pemuda memakai masker. Tapi melihat tubuh tegap dan wajah sumringah nya gadis itu jadi menepis pikiran buruk nya. Mana mungkin tubuh yang segar dan pemuda itu sangat bersemangat atau bisa dikatakan terlihat sehat walafiat memiliki penyakit berbahaya?

Jadi Yaya mengubah pikiran nya, kalau pemuda itu menggunakan masker untuk menutupi wajahnya yang penuh dengan jerawat.

Atau pemuda itu memiliki kelainan di bagian pipi atau mulutnya. Jadi dia malu untuk menunjukkan nya kepada orang sehingga memilih mengenakan masker? Entahlah.... Tidak usah dipikirkan lagi.. Karena sebentar lagi wajah pemuda itu akan terbongkar!

Dengan perlahan dan penuh kasih sayang Yaya menurunkan masker medis yang dikenakan pemuda itu.

"Haaa'!"






















































































































































































































































Bersambung ngga ya??







































































































































































































































Nungguin yak??






































































































































































































































Yaya terlonjat saat tiba-tiba ada sebuah tangan menghentikan pergerakan nya. Ia menelan air liur nya, melihat tatapan tajam yang berasal dari Taufan. Satu tangan pemuda itu memperbaiki masker nya yang sedikit menurun.

Setelah selesai merapikan masker yang terbongkar itu, Taufan memandang Yaya, tangannya masih menggenggam pergelangan gadisnya. Perlahan tatapan pemuda itu menjadi lembut. Ia menghela nafas lega, hampir saja identitasnya dibongkar oleh Yaya, jika dia tidak menyadari perbuatan gadisnya itu.

"Mau ngapain?"Tanya Taufan lirih.

Yaya mendesah, tidak seharusnya ia mencoba membuka masker pemuda itu, bisa saja kan itu privasi sang pemuda? Apa yang sudah dirinya lakukan itu salah.. Apalagi tanpa meminta izin terlebih dahulu. Sekarang apa yang harus ia jawab?

Allahuakbar... Allahuakbar.....

Suara adzan maghrib yang berkumandang, menyelamatkan Yaya dari pertanyaan pemuda itu, yang mungkin lebih dari satu. Taufan bangun dari duduknya, kemudian mengedarkan pandangannya ke sekitar taman, sudah sepi.

Ia kembali menatap gadisnya yang masih duduk di kursi dengan rasa bersalah, Taufan tersenyum lembut kearahnya. Ia tau jika gadisnya ini sangat penasaran dengan wajah tampannya, dan sangat ingin mengetahui siapa dirinya.

"Udah adzan maghrib, ayo pulang... Biar aku anterin"Ujarnya mengingat jika hanya ada dirinya dan gadisnya yang berada di taman, bukannya tidak boleh jika seorang lelaki berdua saja dengan perempuan? Katanya yang ketiga itu setan...

Tapi, bukankah orang ketiga disini itu Readers? Berarti.. –//plakk!

Yaya mendongak menatap Taufan takut-takut, namun rasa takutnya seketika lenyap begitu saja saat melihat senyum lembut penuh sayang dari sang pangeran:v

Gadis itu berdiri, lalu membalas senyum sang pemuda. Taufan berjalan beriringan dengan Yaya menuju kedai, sesampainya di sana ingatan pemuda itu tertuju kepada Ochobot dan Pipi... Kemana dua anak itu? Ya! Dimana mereka, reflek Taufan menghentikan langkahnya, membuat Yaya yang berjalan dibelakang dirinya-(sambil menunduk)-menubruk punggung kokoh itu.

Yaya menggosok dahinya yang sakit karena terbentur dengan punggung Taufan, perlahan dahinya berkerut, bingung kenapa pemuda itu berhenti mendadak.

"Kenapa, Pan?"Tanya Yaya, memiringkan sedikit kepalanya, agar bisa melihat apa yang menghentikan pemuda itu.

Taufan membalikkan badannya menghadap Yaya"Ochobot sama Pipi dimana?"Tanya dirinya spontan.

"Ha'?"Bingungnya. Mana Yaya tau kedua anak itu dimana dia kan terus bersama pemuda ini.

"Ck!"Taufan berdecak."Duh gimana nih?? Bisa mampus gue kalau Mama Zila cari"Lanjutnya bergumam.

"Coba kita cari disekitar sini dulu sapa tau mereka lagi sembunyi,"Solusi Yaya karena mendengar gumaman pemuda itu.

Taufan mengangguk setuju, lantas ia melangkah mencari keberadaan kedua pekerjanya itu. Hingga pandangan pemuda itu hinggap di seutas kertas yang tertempel di meja kaunter. Dibacanya kertas itu yang berisi permintaan maaf karena mereka pulang tanpa pamit terlebih dahulu, dan juga penjelasan kenapa keduanya tidak berpamitan.

Taufan menghela nafas lega, ternyata kedua anak itu sudah pulang ke rumah mereka, untung rumahnya tidak begitu jauh dari kedai ini.

"Ayo kita pulang,"Ajak Taufan setelah menemukan Yaya, yang sekarang berada dihadapan nya.

"Loh... Ocho sama Pipi gimana?" Tanya Yaya.

"Mereka udah pulang ke rumah, ada hal penting sehingga mereka tidak pamitan terlebih dulu sama kita,"Jelas Taufan tidak sepenuhnya jujur. Karena tidak mungkin pemuda itu memberitahu alasan sesungguhnya kan?

Yaya mengangguk paham,"Yaudah, yuk"Serunya lalu pergi menuju motor pemuda itu dengan semangat. Sepertinya gadis itu sudah melupakan mimpi buruk nya, dan hal yang terjadi tadi.

Taufan hanya tersenyum melihat tingkah laku ibu dari calon anak-anaknya:v ia pun menyusul langkah gadisnya itu menuju motor nya. Sepertinya keduanya tidak mengingat jika mereka belum mandi... Dan masih bau keringat karena bekerja.












BERSAMBUNG.......

Assalamu'alaikum... Hai Hai Hai!!👋👋

Aku mungkin bakalan ndk sempat baca cerita up orang dulu... Krn aku buka WP hanya unk ketik cerita spy bisa ditamatkan seblm aku berangkat ke ponpes....

Sekali lagi maaf, maaf banget😔

Dahlah🚮

Sepi •-•

Byee....

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh....

Salam Kiya_Comel:v

Author Akiya out.

Taufan : YIIIIING DISINI LU JADI TERSANGKA UTAMA NYA!!!

Ying : Owh... Udah tau,,

Blaze : Idihh, dia santuy santuy aja padahal kan semua readers pada tebak dia...

Ying : Gpp, itukan pendapat mereka, setiap orang kan berhak memberi pendapat mereka.... Sekalipun benar kan itu cuma akting aja..

Taufan+Blaze : . . . . . .

Serah"


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro