CHAPTER 31
Terlihat seorang pemuda yang tengah mengeringkan rambutnya menggunakan handuk, ia menggosokkan kain itu di rambut basahnya.
Setelah dirasa rambut itu sudah sedikit mengering, pemuda itu mengambil topinya lalu mengenakannya dengan lidah topi itu ia kesampingkan. Dan berjalan kearah meja yang berada di ruangan, yang diyakini sebuah kamar itu.
Setelah sampai dihadapan meja, pemuda itu menarik sebuah pegangan(?), atau kata mudahnya ia membuka laci meja yang berwarna putih itu. Lalu mengambil masker medis yang sudah dia siapkan sebanyak satu Pack.
Menyelipkan masker itu kedalam saku jaketnya, kemudian melangkah kehadapan sebuah cermin yang besar sampai mampu memantulkan seluruh bayangan tubuhnya.
Sedikit berpose, lalu memerhatikan setiap lengkuk wajahnya yang tampan itu. Mengedipkan satu matanya, kemudian ia terkekeh sambil menggeleng pelan. Kembali berjalan mengambil benda pipih bermata 3 dibelakangnya yang berada di atas nakas sebelah Kasur Saiz queen nya.
Setelah semua yang ia butuhkan telah lengkap. Pemuda itu melangkah menuju pintu kamar tidur nya.
Clek
Kreet
Dari kamarnya ia sedikit berlari, menuruni anak tangga menuju lantai bawah. Melewati ruang keluarga dan yang terakhir ruang tamu.
"Taufan!"Langkah kakinya terhenti setelah mendengar suara yang mengintruksikan dirinya untuk berhenti.
Pemuda itu lantas berbalik, melihat siapa gerangan yang membuat langkahnya berhenti"Eh, Mamah... Kenapa mah?"Tanya-nya setelah mengetahui siapa orang yang menyerukan namanya.
"Mau ke kedai?"Taufan mengangguk.
"Mamah ikut ya, pengen ketemu Yaya"
"Ya... Boleh sih, tapi Taufan ngga pasti Mamah bisa ketemu Yaya, soalnya Taufan juga udah jarang ketemu ama dia"Ujar Taufan sambil menggosok tengkuknya.
"Yah... Mamah kan pengen ketemu sama Yaya, percuma dong kalo Mamah ke sana tapi ndak ketemu dia. Emang kamu ngga punya No telepon nya? Kabari dia suruh datang ke kedai bilang Mamah mau ketemu sama dia,"Ucap Mamah Taufan dengan sedikit merayu anaknya.
"Ya, Taufan punya sih mah, tapikan Mamah tau kalo Yaya lupa sama aku. Entar kesannya jadi aneh kalo Taufan tiba-tiba punya No nya."Luahnya dengan berat hati.
"Kamu kan bisa bilang kalau kamu dapat No nya dari Fang, Ying atau Gopal kan?"Mamah Taufan masih keukeuh dengan pendiriannya.
"Duh, gimana ya mah Taufan udah telat buka kedai ini, kerena Taufan tadi ketiduran. Lainkali aja ya?"
"Ck, iya deh lainkali aja! Tapi kamu harus janji ya kalau kamu bakalan bawa Mamah ketemu sama Yaya!?"Peringat Siti-Mamah Taufan-.
"Asiaaap Bosque!"Taufan memberi hormat, membuat Mama nya terkekeh geli.
Pemuda itu ikut tertawa, kemudian menghampiri sang ibu lalu mencium punggung tangan orang yang sudah melahirkan dirinya.
"Yaudah Taufan berangkat ke kedai dulu ya, Assalamu'alaikum.."Pemuda itu kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda. Berjalan kepintu utama rumah bak istana ini.
"Wa'alaikumsalam,"Siti kembali terkekeh sembari menggelengkan kepalanya pelan, melihat tingkah anak tunggal nya itu.
Kembali kepada Taufan, pemuda itu menaiki motor ninjanya. Kemudian menyalahkan mesin dan menjalankan kendaraan beroda dua itu, pergi menuju kedai coklatnya.
--oOo--
Sreet
Dugh
"Ck! Kenapa sih lo ngajak ketemuan pas gue lagi ada kelas?"Ketus seorang pemuda setelah duduk dihadapan seorang pria yang bermuka datar.
"Terlambat,"Sahut sang pria.
Pemuda itu memutar bola matanya,"Ya jelas lah! Gue aja baru pulang dari kampus!! Langsung cap cus kesini, mana jalan agak macet lagi! Salah lo ngajak ketemuan mendadak gini!"Gerutunya.
"Padahal niat awal gue, pulang langsung makan terus tidur, pusing gue sama penjelasan dosennya."Lanjutnya dengan suara pelan.
"Gue ngajak lo ketemu bukan tanpa alasan yang nggak penting! Gue juga sibuk, bukan kek lo yang so' sibuk_-"Balas pria berwajah tanpa ekspresi itu.
"Yayayayaya.... Terserah! Emang ngapa lo ngajak gue buat ketemuan?"Tanya pemuda itu to the point. Sekarang mereka sedang berada disebuah Cafe, memilih tempat paling pojok yang tidak terlalu disorot oleh pengunjung Cafe ini.
"Gue udah dapet infonya,"Jelas pria itu.
"Selama 6 bulan lebih lo baru dapet infonya?"Ujarnya membalas perkataan pria itu.
"Ck! Gue itu sibuk! Kebelakangan ini ada banyak kes yang lagi gue tangani, jadi sedikit susah untuk mencari info yang lo minta! Apalagi dari pihak Yaya, ia sudah menutup kasus ini 6 bulan lalu! Karena 'lelaki' itu sudah tewas jadi mereka tidak ada niat untuk mencari tahu siapa sesungguhnya sang 'lelaki' itu. Jadi kesimpulannya... Gue sedikit susah membongkar identitas 'orang itu' dan latar belakang nya,"Jelas sang pria.
Mendengar perkataan pria didepannya ini membuat pemuda itu seketika mengubah ekspresi nya menjadi serius, sepertinya memang ini bukan saat yang tepat untuk mendumel gaje, yang penting pria itu sudah mendapatkan apa yang ia minta,"Oke, mana?"
Sang pria berdecak kesal, bukannya berterima kasih, dateng² malah ngomel nggak jelas_- padahal sang pria sudah berusaha meluangkan waktunya, yang super duper sibuk hanya untuk mencari yang diinginkan oleh pemuda dihadapan nya ini.
Pria itu menaruh sebuah map di atas meja dengan kasar, atau mungkin bahasa yang benar adalah melemparkan map itu ke atas meja. Wajahnya masih setia datar dengan aura dingin.
"Makasih, bang"Ucap pemuda itu lalu mengambil map yang berada di meja dan membacanya. Saat halaman pertama sang pemuda melihat sebuah nama marga keluarga.
"Alexander Family"Gumam pemuda itu, membaca halaman pertama map.
"Nick, atau nama lengkapnya Nick Alexander, putra pertama dari seorang gubernur yang bernama Niga Alexander,"Ucap sang pria terhenti. Matanya memandang tajam entah ia tujukan kepada siapa?
"Niga, gubernur yang dipergoki korupsi oleh Tuan Yah, pemilik perusahaan Aya_Yah Corp. Dan dipenjara karena terbukti benar bahwa ia memang korupsi, namun pria ba*gke itu mengakhiri hidupnya karena tidak kuat menanggung malu dan melihat kekecewaan dari keluarganya, tidak kuat juga menjalani hukuman penjaranya."Lanjut pria muda itu.
"Pria itu... Memiliki dua anak, yang pertama lelaki dan anak keduanya perempuan. Steysi Alexander istri Niga sekaligus ibu dari kedua anaknya. Yang sangat menyukai shoping, berfoya-foya namun setelah mendapatkan kabar mengenai suaminya ditangkap karena sudah korup dan mereka jatuh miskin lalu suaminya budir membuat mentalnya jadi sedikit bermasalah.
Nick Alexander yang hanya menempuh pendidikan hingga jenjang SMA kelas XI saja, harus menjadi punggung keluarga, bekerja demi bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan keluarganya, untuk bisa membiayai sekolah sang adik juga."Pria itu berhenti, lalu menatap sang adik yang duduk dihadapan nya sedang asik menatap sebuah map.
"Erniska Alexander, anak kedua dari keluarga Alexander. Yang memiliki sifat biadap, membangkang, bad, nakal. Se-aslinya dia adalah gadis manis, baik manja dan periang, namun sifatnya berubah semenjak kepolisian memenjarakan sang ayah, apalagi saat ia mendapatkan kabar bahwa ayahnya budir, gadis itu tidak dapat diatur."Lanjut nya sambil masih terus menatap Fang datar.
"Fang?"Panggilnya pada sang adik.
"Hm?"Fang hanya membalasnya dengan dehemam, matanya masih fokus menelisik setiap bait kata yang terangkai didalam map itu.
Tidak mendapat respon dari sang kakak, membuat Fang menghentikan aktivitas membacanya lalu menatap Abangnya ini. Menutup dan menaruh map itu kembali keatas meja. Alisnya terangkan.
"Lo mau ngomong apa, bang?"Tanya Fang, menatap abangnya serius.
"Lo udah baca belum?"Pernyataan itu membuat Fang mengernyit.
"Baca apa?"Beonya.
"Udah baca sampai selesai?"Fang menggeleng.
Abang Fang A.k.a Kaizo menghela nafas, ia membalas tatapan pemuda berambut raven itu tidak kalah serius."Di bab terakhir....."Kaizo menggantung ucapannya.
".....Menjelaskan bahwa semenjak insiden di jurang itu adik dari Nick hilang entah kemana. Gue juga ngga bisa dapat ciri-ciri nya bahkan fotonya, jadi gue ngga tau pasti dia kek gimana,"Ujar Kaizo.
"Gapapa bang, yang penting lo udah berusaha. Keknya udah cukup dengan info ini, selanjutnya biar gue yang coba cari"Balas Fang, lalu meregangkan tubuhnya dan menyender pada senderan kursi.
Kaizo mengangkat sebelah alisnya,"Lo yakin lo bisa,"Katanya dengan senyuman meremehkan.
Fang menatap abangnya malas"Bisalah!"
Kaizo terkekeh sinis, lalu berdiri dari duduknya"Gue masih ada urusan. Kapan-kapan lagi kita ketemu,"Pamitnya kepada sang adik. Fang hanya mengangguk pelan.
"Gue duluan"-Kaizo
"Hm, Thanks"Kaizo hanya mengangguk kemudian melenggang pergi.
Fang menghela nafas lalu menatap lekat map dihadapan nya. Setelah kejadian itu Fang meminta abangnya untuk mencari tahu mengenai identitas Nick dan keluarganya, latar belakang pemuda bre*ng*ek itu.
Sekarang map mengenai identitas dan latar belakang Nick+keluarga nya ada dihadapan dirinya, ia memandang map berwarna kuning itu dengan seksama. Tidak lupa juga wajah serius yang dia tunjukkan, mampu membuat pengunjung Cafe yang duduk disekitar nya merinding.
🍃🍃🍃
"Makasih mas ganteng"Ucap salah satu wanita pengunjung kedai kepada sang pemilik, yang turun tangan melayani para pelanggan.
"Sama-sama, anda senang saya juga turut senang, hanya dengan melihat senyuman yang menghiasi wajah cantik anda semua,"Balasannya pada ke-empat wanita yang sekarang sedang salting karena ucapan pemuda tampan didekat mereka ini.
"Ah~ masnya bisa aja"Ujar salah satu dari ke-empat wanita muda itu seraya tersenyum malu:v
"Masnya juga ganteng kok.."Lanjut wanita lainnya, yang berambut panjang hingga pinggang, namun diikat ekor kuda.
Taufan terkekeh"Iya saya tahu saya ganteng, makanya kalian pada salting, kan?"Godanya diakhiri dengan kedipan satu matanya.
"Ihkk... Apaan sih? Enggak kok... Yakan??"Balas wanita berjilbab langsung, yang diakhiri dengan bertanya kepada teman-temannya.
"Iya, engga! Masnya aja yang ke ge-eran,"Jawab mereka serempak.
Taufan tertawa renyah,"Iya saya tahu, saya cuma bercanda"
"Ihkk!~ masnya nyebelin deh!"Kompak para wanita itu.
.
.
.
.
Semetara itu....
Tidak terlalu jauh dari keberadaan Taufan, seorang gadis tengah menatap pemuda itu tidak suka, meskipun hanya punggung saja yang terlihat. Yaya sedari tadi melihat kejadian itu dari awal, hatinya seperti teriris melihat kedekatan sang pria dengan para wanita-wanita itu.
Niat awal gadis itu ingin bertemu dengan pemuda beriris Sapphire itu, karena ia ingin menceritakan mengenai mimpinya semalam, barangkali Taufan bisa menjelaskan atau setidaknya menenangkan kegelisahan hatinya setelah bermimpi.
Namun tidak dapat dipungkiri se-aslinya hati gadis itu merindukan sosok pemuda yang baru beberapa hari lalu bertemu dirinya(menurut Yaya), tapi sudah berhasil mengusik hati sang gadis.
Yaya tidak paham kenapa darahnya mendidih melihat adegan yang tidak begitu jauh darinya. Rasanya ia ingin meremas-remas para wanita itu! Kenapa dia tidak suka–Bukan–sangat tidak suka melihat pemuda itu dekat dengan wanita lain!?
Yaya tidak paham, perasaan apa yang sedang bertumbuh di hati kecilnya? Dan kenapa dia jadi marah sama Taufan hanya karena melihat itu!? Bukankah itu kehidupan sang pemuda lantas kenapa dia serasa ingin melarang lelaki itu dekat dengan wanita lain!?
Yaya semakin geram, melihat mereka tertawa bersama, terlihat sangat bahagia! Mengabaikan para pengunjung kedai. Gadis cantik nan manis itu menundukkan kepalanya lalu menggertakkan giginya. Secara reflek kedua telapak tangannya terkepal erat. Membuat aura suram disekitarnya, untung saja dia sedikit jauh dari kedai sehingga tidak mengganggu para pengunjung.
Argh... Sungguh Yaya benar-benar tidak suka ini!! Ia seperti ingin menarik Taufan menjauh dari ke-empat wanita itu, tapi apa haknya? Siapa dia yang bisa marah melihat Taufan dekat dengan satu bahkan banyak wanita?
Siapa dia?
Bukan siapa-siapa...
Hanya seorang gadis biasa yang mendapat kesempatan bisa berteman dengan pemuda baik, kaya, ramah, hangat, itu saja yang Yaya tahu tentang sifatnya. Ah... Bahkan gadis itu baru tahu sedikit mengenai latar belakang sang pemuda.
Yaya mengangkat kepalanya, dahinya berkerut saat melihat sudah tidak ada Taufan dimeja para wanita itu. Pandangannya ia edarkan ke sekitar kedai. Kedua sudut bibirnya terangkan membantuk sebuah senyuman yang perlahan berubah menjadi kecut saat mengingat kejadian barusan. Seorang pemuda yang memunggungi dirinya sedang berada di kaunter sepertinya tengah menyiapkan pesanan.
Ia menghela nafas, dia tidak berhak marah kepada Taufan karena hal seperti tadi. Yah... Meskipun Yaya bisa memberi alasan masih marah kepada pemuda itu karena adu mulut waktu itu, tapi kejadian itu sudah cukup lama, lagipula tidak baik jika menyimpan amarah terlalu lama, lebih baik memaafkannya saja.
Gadis itu melangkahkan kakinya, berjalan menghampiri Taufan yang masih memunggunginya. Pemuda itu sibuk menyiapkan pesanan-pesanan pelanggan yang sedikit ramai itu.
Semetara Taufan sedang asik membuat Ice Chocolat pesanan salah satu pengunjung kedai, gerakannya terhenti saat sebuah tangan menutup matanya dari arah belakang.
Deg!
Dia kenal siapa pelaku yang menutup kedua matanya dengan kedua telapak tangan orang itu. Yaya. Ia gadis itu lah sang pelaku, Taufan sangat mengenali kelembutan dan kemulusan tangannya, bahkan ia juga bisa mengenalinya hanya dengan mencium aroma dari sang pujaan hati.
'Duh! Ampun deh! Gue belum pake masker lagi! Gimana coba!? Ayo Taufan berpikir! Berpikir...'Batin Taufan berusaha mencari akal, agar ia bisa mengenakan maskernya, supaya gadis dibelakangnya tidak bisa mengenali dirinya.
"Ayo tebak siapa?"Ucap Yaya, ia harus berjinjit agar bisa menutup kedua mata pemuda itu. Yak! Memang tinggi badan Taufan lebih dari dirinya. Hei itu wajar kan bagaimana pun lebih cocok jika sang pria lebih tinggi dari wanita dibanding sebaliknya.
Karena sejatinya pria lah yang harus melindungi wanita dengan tubuh tegabnya, bukan malah sebaliknya... Apa kata dunia jika wanita yang melindungi pria?
Yah... Meskipun itu hal biasa, karena setiap hubungan itu harus saling melindungi bukan hanya mengandalkan salah satunya saja. Baru kehidupan ini bisa berjalan indah. Benar?
"Engga bisa tebak ya?"Tanya Yaya saat tidak kunjung mendapatkan respon dari Taufan. Ia pun mendengus kesal, lantaran kejutannya datang ke sini tidak berjalan sesuai rencana. Pertama gadis itu harus menonton adegan yang membuat darahnya mendidih, dan kedua dia hanya ingin bersikap manis kepada Taufan dengan menutup kedua mata pemuda itu. Tapi apa?? Gagal!
Yaya melepaskan tangannya dari menutup mata pemuda itu, lantas berniat untuk berjalan kehadapan sang pemuda. Namun Taufan kembali memunggunginya, gadis itu mengernyit lalu kembali melangkah ingin ke depan sang pemuda, dan lagi-lagi pria itu berbalik memunggungi, membuat Yaya geram sendiri lantaran tidak bisa melihat wajah lelaki ini!
Sebenarnya apa yang membuat pemuda itu bertingkah demikian? Yaya hanya ingin melihat mata yang sangat ia rindukan. Namun pemuda itu selalu berhasil menghalangi dirinya untuk melihat wajah itu!
"Upan, kamu kenapa sih!?"Tanya Yaya pada akhirnya, setelah lelah berusaha membuat ia bisa berada dihadapan si 'Angin Ribut' itu.
"Gapapa"Jawabannya.
"Ya kalo gapapa kenapa dari tadi munggungi aku terus? Seakan nggak seneng ketemu sama aku!? Atau emang kamu gak mau ketemu aku?"Simpul Yaya, sambil menarik bahu pemuda tersebut, agar menghadap dirinya. Namun Taufan lebih gesit sehingga Yaya gagal lagi, lagi dan lagi.
Gadis itu mendengus geram, karena terus gagal, lantas ia bersedekap, kemudian berbalik balas memunggungi Taufan.
Karena bosan dan Taufan tidak kunjungan bergerak, ia juga sudah capek, Yaya membuka suaranya"Upan?" Panggilnya. Namun tidak mendapatkan sahutan dari sang empunya.
"Pan!"Sekali lagi Yaya memanggil, masih setia memunggungi Taufan.
Yaya mendengus.. Lagi, dia berfikir apakah pemuda itu tidak letih terus saja berdiri seperti itu? Ia saja sudah letih, dan ingin segera mendudukkan dirinya.
"Upan jangan diemin aku dong! Bosen nih!"Ucap Yaya, Taufan masih setia tidak membalas nya.
"Btw, aku masih marah loh sama kamu tentang perdebatan kita waktu itu,"Perkataan Yaya masih diabaikan oleh Taufan.
Yaya menghela nafas, ia tersenyum jail. Lalu..."BOM!"Serunya mengagetkan Taufan.
"Opocotmakkaukawinlagi!"Telatahnya, jantung pemuda itu nggak karuan, karena terkejut. Ia mengatur nafasnya yang memburu sembari Mengelus-elus dadanya.
Hap!
Kedua mata Taufan membola, Yaya berhasil menangkap bahunya dan ia tidak bisa berbuat apa-apa karena tubuhnya masih lemas dikarenakan terkejut tadi. Otomatis gadis itu bisa membalikkan tubuh pemuda itu menghadap dirinya. Meskipun Yaya belum melakukannya tapi pasti ia akan lakukan, dan sudah bisa membayangkan reaksi yang dirinya dapat nanti.
Yaya tersenyum kemenangan, perlahan ia membalikkan badan tagap pemuda itu, Taufan tidak melawan lantaran dirinya lemas. Jantungnya saja masih shock, dan tambah berdebar saat perlahan ia menghadap ke gadis itu.
Yaya semakin membalikkan badan Taufan, sudah tidak sabar melihat tatapan yang teramat ia rindukan. Tapi apakah gadis itu akan tetap senang saat melihat tatapan yang dirinduinya itu berasal dari pemuda yang ia anggap........ Sudahlah.
Taufan menutup rapat-rapat kedua matanya tidak ingin melihat tatapan kebencian Yaya setelah gadis itu melihat dirinya. Tubuhnya menuruti tarikan Yaya agar menghadap sang gadis. Ia pasrah.
"Ha'??"
BERSAMBUNG......
Assalamu'alaikum.... Mat pagi–///plak!
Bosenin ya cerita nya? ( ;∀;)
Aku tempe...
Eh, ngomong-ngomong bang Hali, Bang Gem ama yg laen jarang keluar ya? ;-;
Taufan : Lah... Kan emang ini cerita gue, ngapain mereka keluar? Nggak ada faedahnya!
Zakia : Astaghfirullah.. Abang ini baik benget :>
Solar : Kalo gue mah ndk masalah, gue kan udah punya cerita sendiri UvU
Zakia : Hilih! Gue apus aja ya cerita lu_-
Solar : J-jangan... o(iДi)o
Zakia : Dahlah...
Mau nanya.. Kok aku pengen banget ya buat cerita yang menistakan para Bang BoEl? ._.
Bukan nistain sih.. Lebih ke buat mereka sedih! Menangis! Ampe buat Readers baper terus ikut menangis ugha...
Dahlah.. Gak jadi, kasian mereka udah banyak dinistain sama Author lain... 🤧
Jan lup...
____>VOTE AND COMMENT!
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh....
Bye..👋
Salam Kiya_Comel:v
Author Akiya out.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro