Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

MTM 15 ▪︎ Shocking Facts about Zidan

Saturday, 15 Juni 2024

-: Quest Day 15 :-

Genre Utama : Teenfiction
Sub Genre : Teenfiction


▪︎
▪︎

▪︎
▪︎
▪︎

Terkadang, masa remaja itu adalah masa-masa paling menyenangkan bagi sebagian orang. Akan tetapi, ada beberapa orang yang justru menganggap masa remaja adalah masa-masa paling mengerikan dalam hidupnya.

Karena ... tidak semua orang bernasib sama.

Contoh sederhananya adalah dia.

Sahabatku, Zidan.

Yahh, seperti yang kalian tahu, Zidan adalah sahabatku. Kami berbeda sekolah. Sama seperti ketiga sahabatku yang lain ; Soraya, Fikri, dan Nanda. Dari pada mereka, Zidan adalah sosok yang paling pendiam di antara kami. Dia juga jarang sekali menceritakan kisah-kisah kesehariannya pada kami.
Itulah yang terkadang membuatku penasaran dengan lingkungan hidup Zidan.

Beberapa waktu yang lalu, aku sedang berbaik hati ingin mengantarkan bingkisan kue yang kubuat dengan Mama ke rumah sahabat-sahabatku. Aku memulainya dengan pergi ke rumah Zidan-karena hanya rumah Zidan saja yang jaraknya paling dekat dengan rumahku.

Aku datang ke sana dengan bermodalkan satu kotak kue bolu berukuran sedang yang kumasukkan dalam paperbag putih. Juga dengan penampilan sederhana ala anak rumahan beserta sepeda polygon hitam yang kukayuh sesuka hati.

Bertemu langsung dengan Zidan adalah keinginanku, tapi yang menyambutku di depan pintu adalah ibu dari sahabatku. Wanita paruh baya itu menyambutku dengan baik. Beliau tampak senang sekali karena aku datang berkunjung.

"Zidan beruntung memiliki seorang sahabat seperti kalian berempat, Sierra."

Tatapan sendu bisa kulihat saat beliau mengatakan kalimat tersebut. Dengan sedikit keberanian, aku pun bertanya. Sebenarnya apa maksud beliau berkata demikian? Bukankah Zidan pasti juga memiliki sahabat atau teman-teman yang lain selain kami, 'kan?

Namun jawaban tidak terduga dari wanita yang tak lagi muda itu membuatku sangat terkejut.

"Zidan tidak memiliki teman lain selain kalian, Sierra. Dia selalu dijauhi oleh teman-temannya di sekolah karena tidak pandai bergaul. Apakah Zidan tidak pernah mengatakannya pada kalian?"

Aku menggeleng dengan gerakan patah-patah. Jujur, aku tidak menyangka kalau Zidan akan mengalami hal seperti itu. Well, aku sangat tahu kalau sahabatku yang satu itu memang pendiam. Akan tetapi, tidak pandai bergaul? Hei, ayolah! Jika tidak pandai bergaul, Zidan tidak mungkin hadir di antara persahabatan kami.

"Zidan akan selalu pulang dengan senyuman cerah setelah bertemu dan bermain bersama kalian. Tetapi berbeda ketika dia akan berangkat sekolah, binar cerah di wajahnya akan langsung hilang dalam sekejap."

"Memang, Zidan tidak mengalami pembullyan secara fisik. Akan tetapi, bukankah Zidan mengalami pembullyan secara batin jika dijauhi oleh teman-temannya di sekolah?"

Dalam situasi seperti ini, aku tidak tahu harus seperti apa aku merespon kalimat yang dilontarkan oleh wanita paruh baya tersebut. Karena Zidan sendiri juga tidak pernah mengatakan apapun pada kami. Dia terlihat normal dan baik-baik saja.

Akan tetapi, dijauhi oleh teman-temannya?

Astaga!

Aku benar-benar sulit menerima fakta ini!

"Maaf sebelumnya, Tante. Tapi Sierra benar-benar tidak tahu kalau Zidan mengalami hal buruk seperti itu. Dia tidak pernah cerita apapun pada kami."

Senyum lembut dan usapan halus pada puncak kepala langsung kudapatkan dari Ibunda Zidan. "Tidak apa-apa. Karena hal seperti ini memang tidak seharusnya diceritakan. Zidan hanya tidak ingin kalian jadi kasihan padanya."

"Iya, Tante. Sierra ngerti. Terima kasih karena sudah mau berbagi hal ini pada Sierra." Aku mengulas senyum dengan perasaan bergemuruh yang tak bisa kutahan. Netraku kembali menatap pada wanita paruh baya yang tengah memeluk erat bungkusan paperbag di tangannya. "Lantas, di mana Zidan sekarang, Tante? Sedari tadi aku tidak melihatnya." Aku kembali berujar sembari mengedarkan pandangan dan menelusuri seluruh ruangan untuk mencari keberadaan Zidan.

"Ohh, Zidan ada di kamarnya. Mungkin sedang membaca buku. Kamu bisa langsung pergi ke kamarnya saja, Sierra. Pintunya tidak ditutup, kok."

Aku mengangguk patuh sebelum beranjak berdiri dan pergi ke kamar Zidan yang terletak di lantai atas. Aku harus bertanya pada Zidan soal kebenaran yang baru saja aku dengar dari ibunya. Karena jujur saja, saat ini aku benar-benar merasa gagal sebagai sahabat.

Kenapa kamu tidak pernah menceritakannya pada kami, Zidan?

▪︎
▪︎
▪︎

-: Shocking Facts about Zidan :-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro