My Tears for You
Suatu hari yang kelam
Kehampaan muncul
Merebut kasih dan sayang
Dalam kegelapan
Benang tipis membelit tak beraturan
Muncul serbuk dandelion
Bergoyang mengikuti takdir
Menyangkut dengan matahari
Saling bersama
Tersenyum tipis mengembang batin
Menghilang demi sedikit
Kekosongan itu berada
Air mata ini aku persembahkan padamu
Membuktikan bahwa kau tidak sendirian.
.
.
.
My Tears for You
Story © Mika Tetsuya
Original Fiction Oneshot
Song © AKB0048 (No Name)
Genre : Friendship and Angst
Warning: Orific abal, miss typo (s), POV yang selalu berubah tiap scene, friendship always , bit angstly, dramatic and etc.
Didedikasikan for nakamuramio
P.S: Recommended Song AKB0048 (No Name) ~ Kono Namida wo Kimi ni Sasagu
.
.
.
Don't Like, Don't Read
.
Happy Reading
.
.
.
.
.
Itsuka no negai wa
Tsuchi no naka de nemutte
Yakusoku no jikoku ni
Kibou no me ga deru nda
Pagi yang sejuk merayapi permukiman desa yang hijau di ujung kota. Hawa dingin mengetuk berjalan seirama dengan konstan. Daun kuning yang waktunya usai, jatuh ke bawah tanah basah. Sinar fajar menembus awan tipis nan lembut. Ayam membunyikan terompet menandakan aktivitas telah dimulai.
Suara gesekan antara rantai dengan tuas karat cukup menganggu telinga. Bergerak bak gelombang kanan ke bawah menuju kiri begitu sebaliknya. Bentuk kayu persegi cokelat tua ditopang untaian rantai yang lebih panjang, disanggah tiang di kedua sisi.
Sosok manusia berada di bawah ayunan memainkan tanpa minat. Menunduk memandang semut merah berjalan teratur mencari makanan. Mengeratkan pegangan agar tidak terjatuh, sang gadis menggerakkan ayunan kembali dengan kecepatan berbahaya.
"Jangan terlalu tinggi bermain, kamu akan terlempar dan terluka. Itu sangat menyakitkan." Sahutan terdengar tegas membuat perhatian sang gadis terpecah. Menoleh ke samping sambil memelankan laju ayunannya dengan kedua kaki.
Seketika ekspresi sang gadis berubah ceria. Mengangguk paham akan kesalahan yang ia lakukan, gadis tersebut tertawa kecil.
Kernyitan dahi sebagai balasan atas sikap sang gadis membuat pendatang baru menghela napas mengerti. Melangkah ke tempat bermain satu-satunya di lapangan cukup luas berada di belakang pohon berhijau menampakkan kesegaran tak terkira.
Berdiri di belakangnya, pendatang tersebut memegang kedua bahu gadis yang merupakan sahabat sejak beberapa bulan yang lalu. Gadis itu bernama Fira Fauzyah, penduduk tetap di desa sepi ini. Fira adalah seorang yang sangat baik ketika pendatang itu bingung dengan adaptasi baru di desanya.
Pendatang yang memberikan dukungan penuh terhadap Fira adalah Rahma Dhani, juga dianggap sahabat oleh Fira. Bagi Fira, Rahma adalah orang yang perhatian sekali dengan kegiatan yang ia lakukan.
Fira menengadah ke atas untuk menemukan sepasang manik cokelat menatap ke arahnya dengan binar tenang, membuat ia kembali mengembangkan bibir kecil dibalas dengan senyuman pula oleh Rahma.
"Kamu masih ingat janji kita berdua saat pertama kali, Rahma?" Fira menurunkan pandangan ke depan, rumput hijau menjadi atensi sekarang.
Futari ga deatta koro
Yume nado mada tane datta
Dore kurai toki ga sugi
Hana wa saku no darou
Mendapatkan pertanyaan ke sekian kalinya, Rahma menganguk sekali. "Tentu saja aku mengingatnya. Kamu terus menanyakan itu setiap kita bertemu."
Mendorong tubuh Fira ke depan agar ayunan kembali melakukan tugasnya, Fira mendengus senang setelah mendengar pernyataan Rahma sesuai ekspetasi.
"Kita berjanji akan membuat ladang dengan tanaman bunga kesukaan kita berdua. Dandelion dan Matahari. Aku benar bukan?" lanjut Rahma menebak pernyataan yang sudah benar dari awal.
Sedangkan Fira kembali menganggukkan kepala semangat. Ekspresi yang dipancarkan berubah menjadi murung, namun ia tidak mau memperlihatkannya kepada sahabatnya. Memegang dada untuk menguatkan diri untuk mengatakan sesuatu yang tak bisa ia ucapkan gamblang, Fira berbicara lirih tetapi Rahma masih bisa mendengarnya.
"Kamu jangan merasa bersalah padaku, Rahma. Kamu pergilah bersama orangtuamu. Aku mengetahui bahwa kamu akan pergi esok hari."
Mata Rahma terbelalak kaget kala sosok di depannya mengetahui rahasia yang seharusnya tidak ia simpan sendiri. Berdiri di hadapan Fira, ia segera memeluk sang gadis dengan erat. Ia mengucapkan kata maaf berulang kali, juga mengatakan bahwa ia tidak bermaksud menyembunyikan hal seberat itu pada Fira.
Fira menutup mata, meresapi alunan hangat dari tubuh Rahma memasuki kulit epidermis menuju sel darah dan menyampaikan kehangatan itu ke seluruh tubuhnya. Ia menepuk punggung ramping Rahma pelan, tidak mempermasalahkannya. Darimana Fira mendapatkan informasi itu, biarkan ia yang tahu sendirian.
"Walau kita berpisah, mimpi kita berdua tetap menjadi harapan baru, tumbuh tunas sehat dan mekar pada waktunya. Jangan bersedih sahabatku." Fira membalas ringan nan menguatkan diri untuk tidak menangis kepergiannya. Fira sangat yakin bahwa mereka akan bertemu kembali.
Rahma yang sedari tadi diam, hanya membisu entah apa. Padahal ia bisa mengatakan perasaan terdalamnya pada Fira. Tetapi, ia memilih menutup mulut. Walaupun Rahma tidak mengucapkannya secara langsung, janji itu akan terus melekat pada hatinya yaitu mendukung semua pilihan Fira dan membantunya secara tranparan.
Kini, kicauan burung kenari berbunyi nyaring untuk mendoakan dua orang itu akan selalu bersama sampai akhir.
Kono namida wo kimi ni sasagu
Motto kimi ga kagayakunara
Zutto mimamotteta
chinmoku no sora kara
Ima boku wa ame ni narou
Rahma menatap pemandangan melalui bingkai jendela, rintik-rintik air dari langit turun sepanjang dataran bumi termasuk bangunan serba putih tempat ia tinggal selama dua tahun terakhir. Seharusnya gadis tersebut masih menginginkan kegiatan rutin yang ia lakukan berjalan semestinya, namun apa dikata, sebuah penyakit menyerangnya ganas tanpa henti, menggerogoti tubuh sampai batas terakhir.
Tidak ada yang menjenguk Rahma selain teman sesama karyawan di kantor, itupun hanya beberapa di antara mereka yang datang. Tentu saja, ia ahli dalam menutupi kesedihannya berlarut-larut apalagi penyakit yang dideritanya, Rahma jago membuat dinding tersebut.
Suhu dingin mulai mengintari dirinya, menyadari bahwa ia sudah mendekat pada limit waktu, gadis itu tersenyum tipis. Ia berdoa dalam hati sebelum inti jiwa ditarik oleh sang malaikat mulia.
'Kumohon...
Biarkan aku bisa menjadi air hujan...
Air mataku kupersembahkan khusus untuk sahabatku...
Bukan kesedihan ... semangat tak terkira kuberi pada dia...
Agar dia selalu berdiri dengan kedua kakinya.'
Dalam keheningan pekat, tidak ada yang menyadari mata yang selalu menampilkan keceriaan dalam masa hidupnya harus tenggelam pada kehidupan abadi.
Chiisana shiawase
Miagete ita taiyou
Kitai ni fukuramu
Ano mirai ga tsubomisa
Ladang seluas lima hektar berupa tanah pupuk yang subur, diisi dengan sesuatu yang indah. Fira, gadis yang dulu mengikat janji dengan Rahma menjadi sahabat pena selama sepuluh tahun sejak kepindahan Rahma beserta keluarga ke negara lain, sekarang berada di tempat dimana impian mereka berdua akhirnya bisa terwujud.
Tanah di depannya adalah milik Rahma walau dia mengatakan tanah itu milik bersama. Bukan ladang kosong melompong, ladang ditanami bunga kesukaan mereka berdua. Dandelion, bunga kecil nan imut dengan bulu-bulu tipis, mudah terbang ketika bermekaran. Bunga matahari, bunga bulat dikelilingi kelopak kuning terang saling menyambung, diikuti biji-biji unik di tengah bunga.
Tidak mustahil menempatkan kedua bunga kepribadian unik itu dalam tempat yang sama. Bahkan bunga tersebut saling bersinambungan membentuk sulur teratur menjadi gabungan murni. Serbuk bunga tersebar dibantu oleh angin sesuai penunjuk arah yang berbeda. Harum abstrak tercium menenangkan.
Sedangkan sang langit terbentang luas, langit biru muda tanpa awan bagaikan kanvas hanya disiram dengan cat satu warna, warna menyenangkan. Tidak ada rumah di sekitar ladang tersebut, karena di sinilah kediaman Rahma berada. Jauh dari hiruk pikuk kota besar Inggris.
Duduk sembari memeluk lutut, Fira sangat senang bahwa harapan yang ia bangun bersama dengan dia, berkembang dari masa lalu menjadi masa kini.
Kokoro ga kawaita toki
Dareka no ai wo motometa
Kanashimi no kaze ga fuki
Hana ga kareru hi made
Memegang kertas persegi panjang, kertas khas Inggris; tebal dan kaku, tercoret kalimat kaligrafi profesional di dalamnya. Jika bukan suatu hal yang merusak momen ini, mungkin Fira akan terus mengagumi mahakarya yang jarang ia lihat. Sungguh, sahabatnya adalah orang teliti dalam semua hal termasuk surat yang ia terima, surat terakhir kalinya.
Tes.
Tes.
Tes.
Bulir air mata jatuh dari mata lentik Fira, membasahi wajahnya yang putih, turun menuju dagu dan lepas landas ke tanah dengan kilat. Kata-kata yang tertulis di dalamnya adalah kabar menyedihkan baginya.
Kini, ia sendirian di dunia ini. Padahal, Fira yang awalnya senang bukan kepalang mendapatkan tiket pesawat dan paspor untuk menuju tanah Inggris, negara adidaya makmur. Setelah meminta ijin cuti dari pekerjaannya yang cukup padat, akhirnya ia bisa berada di sini. Namun, yang ditemukan bukanlah sahabatnya, tetapi surat beserta arah menuju ladang yang diberitahukan oleh teman terdekat Rahma.
Hampa.
Tidak berisi; kosong. Hatinya kosong, kehilangan orang yang sangat berharga baginya, orang yang selalu memberinya apa artinya persahabatan. Seharusnya ia tidak mengingkari feeling buruk terhadap Rahma, beberapa hari sebelum dia meninggalkan tubuh dan kerabat terdekatnya di bumi.
Penyesalan selalu datang terlambat, seperti Fira terlambat menyadari arti pertimbangan hati saat itu. Kepahitan menyapa indera perasanya ketika mencoba menelan kegetiran teramat dalam.
Fira merindukan dia, mengharapkan ia bisa memeluk sahabatnya dengan perasaan gembira. Niat hanyalah angan yang tidak akan tersampaikan di dunia.
Memeluk dirinya sendiri, gadis berambut hitam panjang itu merasakan dingin tiba-tiba. Ternyata bukan hanya Fira yang kehilangan sosok Rahma ceria, ternyata angin juga membawa kesedihan yang sama.
Memandang kembali ladang impian, sang gadis melihat beberapa bunga menunduk ke bawah, seakan memberi penghormatan kepada seseorang. Tentu saja, siapa lagi jika bukan Rahma sendiri. Pasti sahabatnya itu merawat kebun mereka dengan baik.
Kono namida wo kimi ni sasagu
Tatoe kimi ga kidzukanakute mo
Sukoshi atatakakute
Nantonaku natsukashii
Sou boku wa ame ni narou
Air mata bercucuran, menangkupnya dalam telapak tangan rapuh, sosok transparan berdiri tak jauh dari Fira, tidak membuat dirinya bergerak ke sana. Ia mengetahui bahwa dirinya bukan lagi makhluk hidup yang bisa berkeliaran bebas di bumi. Maka dari itu, Rahma hanya diam menatap Fira dalam.
Melepaskan air di tangannya ke tanah, tumbuhlah satu bunga lily putih kecil membuat Rahma tersenyum kecil akan keajaiban Tuhan tiada batasnya. Meski Fira tidak bisa melihat diri ini, Rahma tidak memusingkan tersebut. Karena, jikalau dia menyadari keberadaan ia di sini, gadis itu yakin, Fira tambah sulit melepaskannya.
"Sahabatku, ingatlah hari kebersamaan kita dulu. Janganlah bersedih, kawanku. Tersenyumlah, aku menyukai senyuman polosmu. Aku berdoa kepada Tuhan agar kamu meraih kehidupan dengan bahagia. Jika kau masih belum bisa mengurangi kehampaanmu, tengoklah ladang impian kita. Itu akan memberimu kekuatan. Be happy and cheer up, Fira."
Sosok transparan itu menghilang menjadi butiran debu putih dan terbang ke atas langit.
Mabuta wo tojita mejiri kara
Nagareochita atsui mono
Ano sora e to nobotte
Fukan de miru ai ni kaware
Fira memejamkan mata, mencoba berhenti menangis. Kehangatan mengetuk sanubari sedikit demi sedikit, mengisinya dengan perlahan, menutupi kehampaan melanda. Ia mendengar perkataan terakhir diucapkan oleh Rahma entah darimana, bukan mistis tetapi nyata. Kalaupun tubuh dia tidak berada di sampingnya, Fira tidak membohongi diri bahwa suara yang memasuki pikirannya adalah Rahma, sahabatnya.
Sang gadis tidak menggigil lagi, kekuatan yang diberikan dari Rahma membuatnya tegar dalam menerima kepergian dia. Menatap langit yang masih menampilkan langit biru muda, burung merpati putih bertebangan di sekeliling ladang. Perpanduan menajubkan, rasa syukur Fira panjatkan kepada Tuhan.
Masih ada peninggalan yang bisa ia jaga. Fira tidak bisa berkabung lebih lama, ia harus bangkit untuk menjaga impian mereka berdua yaitu merawat bunga yang telah tumbuh dan menanam biji baru agar bunga mereka selalu tumbuh terutama pada musim panas.
Kekesalan yang sempat merambat relung hatinya, diubahnya menjadi cinta putih polos. Putih melambangkan persahabatan seumur hidup. Fira akan menumbuhkan cinta ini untuk mengingat Rahma kapanpun dan dimanapun. Dan, persahabatan akan selalu bertahan sampai akhir zaman apapun itu.
Kono namida wo kimi ni sasagu
Motto kimi ga kagayakunara
Zutto mimamotteta
Chinmoku no sora kara
Ima boku wa ame ni narou
Aaa kimi ni sasagu
Konna boku ni dekiru koto wa
Kimi no munashisa wo
Sukoshi demo iyasu koto
Saa boku wa ame ni narou
.
.
.
Wahai sahabatku yang baik
Aku sangat senang bisa mengenalmu
Perbedaan dunia tidak membuat kita canggung
Langkah kita rajut perlahan
Sampai membentuk syal panjang
Membungkus kita bersama
Membagi kehangatan yang sama
Wahai sahabatku
Janganlah menyimpan kesendirianmu
Dalam dirimu sendiri
Tengoklah sekitarmu
Carilah orang yang bisa menopangmu
Kala kau jatuh
Kala kau lemah
Kala kau hampa
Berdirilah dan tegakkan tubuhmu
Tampilkan senyuman terbaikmu
Menyapa pagi cerah.
.
.
.
.
.
.
End
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro